An Imperfect Marriage
10. 10. Perjuangan

INT. KANTOR - DAY

Rizal keluar dari ruangannya. Ia berjalan tergesa sambil melihat jam tangannya sekali. Danang menghampiri Rizal.

DANANG

Lo mau kemana, Zal?

Rizal berhenti. Melihat Danang.

RIZAL

Gue ada jadwal terapi.

DANANG

Lo udah mulai terapi lagi?

RIZAL

Iya. Gue pengen sembuh. Pengen hidup normal.

DANANG

Nah.. Bagus itu, Zal. Lo terapi di mana sekarang?

RIZAL

Di tempat Diana dulu. Dia yang rekomin ke gue.

Rizal melihat jam tangannya.

RIZAL (CONT'D)

Gue cabut dulu..

DANANG

Oh iya.

Rizal berjalan pergi.

INT. RUANG TERAPI - DAY

(ESTABLISH) Kita melihat ruangan minimalis berwarna pastel, dengan aquarium besar sebagai sekat antara ruang terapi dengan ruang konsultasi.

Rizal duduk bersandar pada kursi khusus. Di sampingnya ada psikolog yang menanganinya.

psikolog

Baik, Pak Rizal. Kita mulai sekarang, ya?

RIZAL

Baik, Pak.

INT. RUMAH SAKIT JIWA - RUANG FLAMBOYAN - DAY

Vania terbaring di ranjang, dengan kaki dan tangan terikat. Matanya bergerak-gerak tidak teratur. Di samping Vania, Abimanyu duduk sambil menggenggam tangan Vania dan mengelusnya.

ABIMANYU

Van.. Kamu harus sembuh, ya. Kamu harus berjuang. Mas Abi akan selalu nemenin kamu, Van. Mas Abi nggak akan pernah ninggalin kamu lagi. Mas Abi janji, Van.

Vania tertawa keras.

INT. RUANG TERAPI - DAY

Rizal masih duduk di kursi khusus.

PSIKOLOG

Baik, Pak Rizal. Untuk terapi selanjutnya, mungkin bisa dilakukan bulan depan. Karna sejauh ini, Pak Rizal sudah banyak mengalami kemajuan.

RIZAL

Baik, Pak. Terima kasih banyak. (Beat) Saya permisi dulu, Pak.

Rizal berdiri dan berjalan keluar.

EXT. HALAMAN RUMAH SAKIT JIWA - NIGHT

Rizal turun dari mobil dengan membawa parcel buah. Ia berlari kecil sambil menutup kepalanya dengan satu tangan. Mencoba berlindung dari hujan.

Rizal sampai di depan pintu utama. Ia meletakkan parcelnya di lantai. Rizal merapikan pakaiannya.

INT. LOBI RUMAH SAKIT JIWA - NIGHT

Rizal berjalan menuju meja resepsionis. Sela duduk menatap komputer serius.

RIZAL

Permisi, Mbak..

SELA

Iya. Ada yang bisa saya bantu?

RIZAL

Pasien atas nama Tabita Vania, berada di kamar mana, ya?

SELA

 Pasien atas nama Tabita Vania berada di ruang Flamboyan. Tapi, mohon maaf, Bapak, pasien tidak bisa dijenguk.

RIZAL

Kenapa, Mbak?

SELA

Itu sudah menjadi ketentuan di sini, Bapak. Pelu diketahui bahwa ruang Flamboyan merupakan ruang rawat intensif untuk pasien dengan gangguan yang cukup parah. Jadi, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, kita berlakukan kebijakan larangan kunjungan.

RIZAL

Oh.. Yaudah, kalo gitu, saya titip ini saja buat Vania. Bisa, kan?

Rizal menyerahkan parcel buah yang dibawanya.

SELA

Oh, iya, Bapak. Nanti saya kasihkan.

RIZAL

Terima kasih. Saya permisi.

Rizal berjalan meninggalkan meja resepsionis, hendak keluar.

Abimanyu berjalan dari arah berlawanan. Abimanyu melihat Rizal.

ABIMANYU

Rizal..

Rizal menghentikan langkah. Ia kemudian menoleh.

Abimanyu mendekati Rizal. Rizal terkejut melihat Abimanyu. Abimanyu mengulurkan tangan, mengajak Rizal bersalaman.

ABIMANYU (CONT'D)

Saya Abi. Sahabat Vania.

Rizal balas menjabat tangan Abi.

RIZAL

Rizal. Su-a-mi Vania. (Penuh penekanan)

Abimanyu tersenyum.

ABIMANYU

Iya. Saya tau. Emm.. Bisa bicara sebentar?

Rizal mengangguk.

ABIMANYU (CONT'D)

Mungkin lebih baik kalo kita bicaranya di sana.

Abimanyu menunjuk tempat duduk di loket pendaftaran. Abimanyu dan Rizal berjalan ke temat duduk loket. Keduanya duduk.

ABIMANYU (CONT'D)

Apa kamu sudah tau tentang kondisi Vania sekarang?

RIZAL

Saya tidak tau secara pasti. Yang saya tau, hanya kondisi Vania memburuk.

ABIMANYU

Kamu benar. Kondisi Vania akhir-akhir ini memburuk. (Beat) Ada satu hal yang ingin saya tanyakan pada kamu. Apa kamu benar-benar mencintai Vania?

Rizal tidak menjawab. ia memilih mengalihkan pandangan.

ABIMANYU (CONT'D)

Jika tidak.. Saya harap kamu bersedia melepaskan Vania. Jangan kekang dia dalam hubungan kalian yang tidak sehat.

RIZAL

Saya mencintai Vania.

ABIMANYU

Kamu tidak perlu berbohong, Zal. Saya sudah tau semuanya. Saya tau, kamu tidak pernah mencintai Vania.

RIZAL

Apa kamu cinta sama Vania?

ABIMANYU

Iya. Saya sangat mencintai Vania. Jauh sebelum kalian berdua saling mengenal dan akhirnya menikah.

Rizal kaget.

ABIMANYU (CONT'D)

Vania adalah satu-satunya alasan, kenapa saya berada di sini sekarang. Saya tidak ingin melihat Vania tersakiti lagi. Jadi, saya minta kamu bersedia melepaskan Vania. Sesegera mungkin.

RIZAL

Maaf.. Saya tidak akan melepaskan Vania. Permisi.

Rizal berdiri dan langsung pergi.

INT. RUMAH SAKIT JIWA - DAY

Rizal berjalan di lorong Rumah Sakit Jiwa. Mencoba mencari keberadaan Ruang Flamboyan.

Rizal telah sampai di depan ruang Flamboyan. Rizal berdiri di depan pintu, menunggu perawat keluar. Ia ingin menitipkan sesuatu untuk Vania.

Budhe Amih datang bersama Razaf. Budhe Amih terkejut melihat Rizal. Ia kemudian menarik tubuh Rizal menjauh.

BUDHE AMIH

Ngapain lagi kamu kesini?

RIZAL

Saya mau nitip sesuatu buat Vania, Budhe.

BUDHE AMIH

Zal, saya minta kamu bersedia menceraikan Vania. Biarkan dia hidup bahagia.

Rizal terkejut. Ia terdiam beberapa saat.

RIZAL

Saya tidak mau, Budhe. Saya ingin mempertahankan pernikahan ini.

BUDHE AMIH

Tidak. Saya tidak setuju. Kamu harus menceraikan Vania, Zal. Saya tidak mau lagi melihat Vania menderita seperti ini.

RIZAL

Saya tidak akan menyakiti Vania lagi, Budhe. Jadi biarkan saya mempertahankan pernikahan ini.

BUDHE AMIH

Tidak, Zal. Asal kamu tau, sejak awal kalian menikah, saya sebanarnya tidak setuju. Karna saya tau, kamu tidak benar-benar mencintai Vania.

Rizal diam. Ia membenarkan ucapan Budhe Amih.

BUDHE AMIH (CONT'D)

Selama ini, saya memilih diam. Karna saya tidak ingin menyakiti Vania. Tapi melihat perlakuan kamu kepada Vania, saya tidak bisa membiarkan itu lagi. Sudah lama saya ingin kelian bercerai. Itu sebabnya, saya memilih memberitahu kamu tentang penyakit Vania.

Rizal mengernyit.

BUDHE AMIH (CONT’D)

Sebenarnya, sayalah yang telah meletakkan majalah di gudang. Saya sengaja menyuruh kamu ke sana, agar kamu bisa melihat majalah itu. 

Rizal terkejut.

RIZAL

Bu-dhe.. Kenapa Budhe melakukan hal itu?

BUDHE AMIH (CONT'D)

Saya ingin melihat reaksi kamu. Dan ternyata, semua sesuai dengan prediksi saya. Kamu memang tidak cocok dengan Vania, Zal. Jadi, saya harap kamu menyerah saja dan tinggalkan Vania sesegera mungkin. Dan satu lagi, jangan pernah menemui Vania di sini lagi.

Budhe Amih berjalan pergi. Rizal masih berdiri di tempatnya.

RIZAL

Gue nggak nyangka, Budhe Amih tega ngelakuin hal itu.

INT. RUMAH SAKIT JIWA - RUANG GARDENIA - DAY

Vania duduk di ranjang bersama Razaf. Kondisinya membaik. Di sampingnya, ada Budhe Amih yang duduk di kursi. Sedang Abimanyu sedang berbaring di ranjang sebelahnya. Mereka semua sedang berbincang seru. Beberapa kali, Vania tersenyum bahagia.

VANIA

Emm.. Budhe, Apa selama Vania di sini, Mas Rizal nggak pernah jenguk Vania?

Semuanya tiba-tiba diam. Merasa canggung.

BUDHE AMIH

Hm... Van, dari pada kamu mikirin Rizal, lebih baik kamu fokus buat kesembuhan kamu aja, ya.. Ada banyak orang yang ingin kamu segera sembuh..

VANIA

Oh, iya, Budhe.

INT. LOBI RUMAH SAKIT JIWA - DAY

Rizal berjalan menuju meja resepsionis. Ia datang dengan membawa parcel buah. Alfin menghampiri Rizal. Alfin menepuk pundak Rizal. Rizal kaget, lalu menoleh pada Alfin.

ALFIN

Mau ketemu Mbak Vania, Mas?

Rizal mengangguk. Ia mengamati Alfin.

ALFIN (CONT’D)

Saya Alfin. Perawat di sini.

RIZAL

Ohh..

ALFIN

Masnya mau ketemu Mbak Vania, kan? Mari saya antar. Kebetulan, saya juga mau ke sana.

RIZAL

Oh, Baik.

Rizal dan Alfin berjalan. Saat melewati meja resepsionis, Sela memanggil ALfin.

SELA

Fin.. Alfin..

Alfin menghampiri Sela. Rizal berdiri di tempatnya.

ALFIN

Ada apa, Sel?

Sela

Lo mau kemana?

ALFIN

Mau nganter suami Mbak Vania ke ruangan Mbak Vania.

SELA

Jangan..

ALFIN

Kenapa?

SELA

Keluarga Mbak Vania nggak ngizinin.

ALFIN

Lah, terus itu gimana? (Menunjuk Rizal)

SELA

Lo bilang aja Mbak Vania nggak bisa dijenguk.

ALFIN

Oke.

Alfin berjalan menghampiri Rizal.

ALFIN

Maaf, Mas.. Saya baru inget, kalo Mbak Vania tidak bisa dijenguk.

RIZAL

Oh.. Vania masih di ruang Falmboyan?

ALFIN

Iya, Mas

RIZAL

Yaudah, saya nitip ini aja buat Vania.

Rizal menyerahkan parcel buahnya dan pergi.

INT. KANTOR - RUANGAN RIZAL - DAY

Rizal duduk di tempatnya. Ia sedang melihat akun instagram Vania. Mengamati foto-foto yang ada di sana.

Diana mengiris pesan. Rizal segera membukanya.

"Zal.. hari ini Vania pulang. Lo harus jemput dia. Gue udah bilang ke Vania, kalo lo bakal dateng".

"Lo harus dateng sebelum jam setengah empat".

Rizal mengetik balasan

"Ok. Tau dari mana lo, kalo hari ini Vania balik?"

Diana membalas.

"Dari Budhe Amih".

Rizal kemudian kembali melihat instagram Vania.

INT. MOBIL RIZAL - DAY

Rizal melajukan mobilnya dengan pelan. Di luar, hujan deras. Mobil Rizal tiba-tiba mogok. Rizal panik. Ia segera turun, dengan memakai payung. Rizal berjalan mencari bengkel terdekat.

Rizal menemukan bengkel. Ia berbicara sebentar dengan pemilik bengkel. Keduanya berjalan menuju mobil Rizal.

Rizal menunggu di dalam mobil. Ia gelisah. Beberapa kali Rizal melihat jam tangannya.

EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH VANIA - DAY

Vania dan Abimanyu berdiri di depan pintu utama.

ABIMANYU

Van.. Mau sampek kapan kita berdiri di sini? Budhe Amih sama Razaf udah nunggu di rumah.

VANIA

Sebentar lagi ya, Mas.

ABIMANYU

Ini sudah lebih dari lima belas menit, Van.. Kamu nunggu siapa? Rizal?

Vania mengangguk. Abimanyu menggenggam tangan Vania.

ABIMANYU (CONT'D)

Van.. Dengerin Mas Abi. Kamu harus berhenti terobsesi pada Rizal. Rizal dan Zafran itu berbeda, Van. Mereka tidak sama.

Vania diam beberapa saat.

VANIA

Mas Abi benar. Selama ini, Vania salah, menganggap perasaan itu adalah cinta. Padahal Vania bertahan, hanya karna Vania ingin membuktikan bahwa Zafran itu nyata. Bukan sekedar teman khayalan.

ABIMANYU

Kamu tidak perlu membuktikan apapun, pada siapa pun, Van. Itu semua tidak akan merubah apapun. Kamu hanya perlu menerima semua takdir kamu. Kamu tidak perlu malu, merasa hina, hanya karna kamu mengidap Skizofrenia. Bagaimanapun keadaan kamu, di dunia ini, masih ada orang yang sayang dan peduli sama kamu.

Vania mengangguk. Abimanyu melepaskan genggaman tangan.

ABIMANYU (CONT'D)

Kita pulang sekarang, ya.

Vania kembali mengangguk. Abimanyu lalu membuka payung, dan berjalan bersama Vania menuju mobil.

INT. LOBI RUMAH SAKIT JIWA - DAY

Rizal berjalan menuju meja resepsionis. Sela berjalan menghampiri Rizal.

SELA

Mas Rizal..

Rizal berhenti, lalu menatap Sela.

SELA (CONT'D)

Mas Rizal ngapain di sini? Kak Vania, kan, udah pulang.

Rizal terkejut.

RIZAL

Pulang jam berapa tadi?

SELA

Jam empat, kalo nggak salah. Mas Rizal nggak tau?

Rizal pergi.

INT. RUMAH VANIA - RUANG TAMU - DAY

Di ruangan ini, semua pegawai butik Vania berkumpul, menyambut kedatangan Vania. Semuanya duduk di lantai, beralaskan karpet. Di tengah-tengah mereka, ada banyak makanan.

Semuanya asyik bercerita dan bercanda. Vania tersenyum melihat kelakuan pegawainya.

Jam dinding menunjukkan pukul enam tepat. Satu persatu pegawai Vania pamit pulang. Menyisakan Diana.

VANIA

Mbak Di.. Makasih banyak udah ngurusin butik selama ini.

DIANA

Kamu tidak perlu berterima kasih, Van. Itu, kan, sudah menjadi tanggung jawab Mbak. Mbak seneng banget, Van.. Akhirnya bisa lihat kamu di sini lagi. Bisa lihat kamu tersenyum lagi.

Diana memeluk Vania.

DIANA (CONT'D)

Jangan sakit lagi ya, Van..

Vania mengangguk. Diana melepas pelukan.

DIANA (CONT'D)

Mbak balik dulu ya..

Diana berdiri, dan berjalan keluar. Vania mengantar Diana keluar.

Vania kembali, lalu duduk di atas sofa. Budhe Amih dan Razaf menghampiri Vania. Duduk di sampingnya. Razaf berdiri dan mengambil makanan di bawah. Ia kemudian kembali duduk di samping Vania.

BUDHE AMIH

Gimana perasaan kamu, Van?

VANIA

Vania seneng banget, Budhe. Vania nggak nyangka mendapat kejutan kayak gini..

BUDHE AMIH

Itu artinya banyak yang sayang dan peduli sama kamu, Van.

VANIA

Iya, Budhe. Selama ini, Vania kok bisa nggak sadar ya, Budhe..

BUDHE AMIH

Itu karna, kamu terlalu fokus sama satu orang.

Bel di rumah Vania berbunyi.

BUDHE AMIH

Zaf.. Tolong kamu bukain pintu, ya?

VANIA

Nggak usah, Budhe. Biar Vania aja..

RAZAF

Nggak papa, Bun. Biar aku aja..

VANIA

Kamu di sini aja, habisin itu makanannya. Biar Bunda yang bukain pintu.

Vania berjalan membuka pintu. Vania terkejut melihat kedatangan Rizal.

VANIA (CONT'D)

Ma-Ma-Mas Rizal..

RIZAL

Vania..

Rizal memeluk Vania erat. Vania terkejut. Ia hanya diam sambil mengerjapkan mata. Vania kemudian melepaskan pelukan.

VANIA

Masuk dulu, Mas.

Rizal mengangguk. Ia kemudian berjalan di belakang Vania.

Budhe Amih melihat kedatangan Rizal. Budhe Amih dan Razaf terkejut.

BUDHE AMIH

Ngapain lagi kamu kesini?

VANIA

Mas Rizal mau ketemu Vania sama Razaf, Budhe. Zaf.. Sini dulu, Nak.

Razaf menghampiri Rizal. Budhe Amih masuk.

Razaf bersalaman pada Rizal, lalu segera menyusul Budhe Amih ke dalam.

RIZAL

Razaf kenapa, Van?

VANIA

Vania nggak tau, Mas. (Beat) Mas.. ada yang mau Vania sampaikan ke Mas Rizal.

RIZAL

Apa, Van?

Vania menarik nafas panjang.

VANIA

Vania mau kita cerai, Mas..

Rizal terkejut. Ia lalu memegang pundak Vania.

RIZAL

Van.. Apa yang kamu bicarakan? Jangan bercanda, Van!

Vania melepaskan tangan Rizal.

VANIA

Vania serius, Mas. Vania mau kita cerai. Vania sadar, selama ini hubungan kita itu nggak sehat. Vania minta maaf, udah maksa Mas Rizal bertahan selama ini.

RIZAL

Enggak, Van. Saya tidak mau.

VANIA

Mas.. Vania sadar, selama ini perasaan Vania ke Mas Rizal itu bukan cinta. Vania hanya terobsesi sama Mas Rizal. Karna Mas Rizal mirip dengan Zafran, teman khayalan Vania.

RIZAL

Enggak, Van.. Saya tetep nggak mau cerai dari kamu.

VANIA

Kenapa, Mas?

Rizal menggenggam tangan Vania.

RIZAL

Karna saya cinta sama kamu.

Vania terkejut.

RIZAl (CONT’D)

Saya minta maaf, Van, karna selama sikap saya ke kamu sangat buruk. Beri saya kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Van.

Vania berfikir sejenak. Ia kemudian menarik nafas panjang.

VANIA

Baiklah. Vania beri kesempatan terakhir. Mas Rizal harus bisa buktiin ke Vania, kalo Mas Rizal bener-bener bisa nerima kondisi Vania.

RIZAL

Baik, Van. Terima kasih banyak.

INT. RUMAH VANIA - DAPUR - NIGHT

Vania sedang mencuci piring. Budhe Amih mendekati Vania.

BUDHE AMIH

Van.. Kamu yakin nggak jadi cerai?

Vania berhenti sejenak.

VANIA

Vania masih bingung, Budhe.

BUDHE AMIH

Biar yakin, coba kamu uji keseriusan Rizal..

VANIA

Caranya gimana, Budhe?

Budhe Amih berbisik pada Vania. Wajah Vania berbinar.

VANIA (CONT'D)

Ide bagus itu, Budhe.

INT. RUMAH VANIA - KAMAR - NIGHT

Rizal sudah tertidur pulas menghadap Vania. Tangannya memeluk tubuh Vania. Vania menatap Rizal dalam.

VANIA (V.O.)

Apa keputusanku ini benar? (Beat) Apa aku memang tidak pernah mencintai Mas Rizal? Apa perasaanku selama ini hanya sebatas obsesi?

Vania melepaskan pelukan Rizal. Ia kemudian duduk dan mengambil foto pernikahan di atas nakas. Vania mengusap foto tersebut.

FADE OUT/FADE IN

INT. RUMAH VANIA - KAMAR - DAY

Vania tidur memeluk foto pernikahnnya. Rizal masuk lalu membuka semua tirai. Vania mengerjapkan mata, lalu duduk. Rizal berbalik dan melihat Vania bangun.

RIZAL

Sudah bangun, Van?

Vania menguap, kemudian mengangguk. Rizal menghampiri Vania.

RIZAL (CONT'D)

Saya berangkat kerja dulu ya, Van.. (Sambil menyodorkan tangan)

Vania menatap Rizal bingung. Rizal meraih tangan Vania dan menjabatnya. Rizal kemudian menempelkan punggung tangannya pada kening Vania.

RIZAL (CONT'D)

Salim, dulu.. Kan, mau berangkat kerja..

Rizal mengecup puncak kepala Vania, lalu berjalan keluar. Vania termenung. Ia kemudian meletakkan tangan di dadanya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar