INT. KANTOR - DAY
Rizal keluar dari ruangannya. Ia berjalan tergesa sambil melihat jam tangannya sekali. Danang menghampiri Rizal.
DANANG
Lo mau kemana, Zal?
Rizal berhenti. Melihat Danang.
RIZAL
Gue ada jadwal terapi.
DANANG
Lo udah mulai terapi lagi?
RIZAL
Iya. Gue pengen sembuh. Pengen hidup normal.
DANANG
Nah.. Bagus itu, Zal. Lo terapi di mana sekarang?
RIZAL
Di tempat Diana dulu. Dia yang rekomin ke gue.
Rizal melihat jam tangannya.
RIZAL (CONT'D)
Gue cabut dulu..
DANANG
Oh iya.
Rizal berjalan pergi.
INT. RUANG TERAPI - DAY
(ESTABLISH) Kita melihat ruangan minimalis berwarna pastel, dengan aquarium besar sebagai sekat antara ruang terapi dengan ruang konsultasi.
Rizal duduk bersandar pada kursi khusus. Di sampingnya ada psikolog yang menanganinya.
psikolog
Baik, Pak Rizal. Kita mulai sekarang, ya?
RIZAL
Baik, Pak.
INT. RUMAH SAKIT JIWA - RUANG FLAMBOYAN - DAY
Vania terbaring di ranjang, dengan kaki dan tangan terikat. Matanya bergerak-gerak tidak teratur. Di samping Vania, Abimanyu duduk sambil menggenggam tangan Vania dan mengelusnya.
ABIMANYU
Van.. Kamu harus sembuh, ya. Kamu harus berjuang. Mas Abi akan selalu nemenin kamu, Van. Mas Abi nggak akan pernah ninggalin kamu lagi. Mas Abi janji, Van.
Vania tertawa keras.
INT. RUANG TERAPI - DAY
Rizal masih duduk di kursi khusus.
PSIKOLOG
Baik, Pak Rizal. Untuk terapi selanjutnya, mungkin bisa dilakukan bulan depan. Karna sejauh ini, Pak Rizal sudah banyak mengalami kemajuan.
RIZAL
Baik, Pak. Terima kasih banyak. (Beat) Saya permisi dulu, Pak.
Rizal berdiri dan berjalan keluar.
EXT. HALAMAN RUMAH SAKIT JIWA - NIGHT
Rizal turun dari mobil dengan membawa parcel buah. Ia berlari kecil sambil menutup kepalanya dengan satu tangan. Mencoba berlindung dari hujan.
Rizal sampai di depan pintu utama. Ia meletakkan parcelnya di lantai. Rizal merapikan pakaiannya.
INT. LOBI RUMAH SAKIT JIWA - NIGHT
Rizal berjalan menuju meja resepsionis. Sela duduk menatap komputer serius.
RIZAL
Permisi, Mbak..
SELA
Iya. Ada yang bisa saya bantu?
RIZAL
Pasien atas nama Tabita Vania, berada di kamar mana, ya?
SELA
Pasien atas nama Tabita Vania berada di ruang Flamboyan. Tapi, mohon maaf, Bapak, pasien tidak bisa dijenguk.
RIZAL
Kenapa, Mbak?
SELA
Itu sudah menjadi ketentuan di sini, Bapak. Pelu diketahui bahwa ruang Flamboyan merupakan ruang rawat intensif untuk pasien dengan gangguan yang cukup parah. Jadi, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, kita berlakukan kebijakan larangan kunjungan.
RIZAL
Oh.. Yaudah, kalo gitu, saya titip ini saja buat Vania. Bisa, kan?
Rizal menyerahkan parcel buah yang dibawanya.
SELA
Oh, iya, Bapak. Nanti saya kasihkan.
RIZAL
Terima kasih. Saya permisi.
Rizal berjalan meninggalkan meja resepsionis, hendak keluar.
Abimanyu berjalan dari arah berlawanan. Abimanyu melihat Rizal.
ABIMANYU
Rizal..
Rizal menghentikan langkah. Ia kemudian menoleh.
Abimanyu mendekati Rizal. Rizal terkejut melihat Abimanyu. Abimanyu mengulurkan tangan, mengajak Rizal bersalaman.
ABIMANYU (CONT'D)
Saya Abi. Sahabat Vania.
Rizal balas menjabat tangan Abi.
RIZAL
Rizal. Su-a-mi Vania. (Penuh penekanan)
Abimanyu tersenyum.
ABIMANYU
Iya. Saya tau. Emm.. Bisa bicara sebentar?
Rizal mengangguk.
ABIMANYU (CONT'D)
Mungkin lebih baik kalo kita bicaranya di sana.
Abimanyu menunjuk tempat duduk di loket pendaftaran. Abimanyu dan Rizal berjalan ke temat duduk loket. Keduanya duduk.
ABIMANYU (CONT'D)
Apa kamu sudah tau tentang kondisi Vania sekarang?
RIZAL
Saya tidak tau secara pasti. Yang saya tau, hanya kondisi Vania memburuk.
ABIMANYU
Kamu benar. Kondisi Vania akhir-akhir ini memburuk. (Beat) Ada satu hal yang ingin saya tanyakan pada kamu. Apa kamu benar-benar mencintai Vania?
Rizal tidak menjawab. ia memilih mengalihkan pandangan.
ABIMANYU (CONT'D)
Jika tidak.. Saya harap kamu bersedia melepaskan Vania. Jangan kekang dia dalam hubungan kalian yang tidak sehat.
RIZAL
Saya mencintai Vania.
ABIMANYU
Kamu tidak perlu berbohong, Zal. Saya sudah tau semuanya. Saya tau, kamu tidak pernah mencintai Vania.
RIZAL
Apa kamu cinta sama Vania?
ABIMANYU
Iya. Saya sangat mencintai Vania. Jauh sebelum kalian berdua saling mengenal dan akhirnya menikah.
Rizal kaget.
ABIMANYU (CONT'D)
Vania adalah satu-satunya alasan, kenapa saya berada di sini sekarang. Saya tidak ingin melihat Vania tersakiti lagi. Jadi, saya minta kamu bersedia melepaskan Vania. Sesegera mungkin.
RIZAL
Maaf.. Saya tidak akan melepaskan Vania. Permisi.
Rizal berdiri dan langsung pergi.
INT. RUMAH SAKIT JIWA - DAY
Rizal berjalan di lorong Rumah Sakit Jiwa. Mencoba mencari keberadaan Ruang Flamboyan.
Rizal telah sampai di depan ruang Flamboyan. Rizal berdiri di depan pintu, menunggu perawat keluar. Ia ingin menitipkan sesuatu untuk Vania.
Budhe Amih datang bersama Razaf. Budhe Amih terkejut melihat Rizal. Ia kemudian menarik tubuh Rizal menjauh.
BUDHE AMIH
Ngapain lagi kamu kesini?
RIZAL
Saya mau nitip sesuatu buat Vania, Budhe.
BUDHE AMIH
Zal, saya minta kamu bersedia menceraikan Vania. Biarkan dia hidup bahagia.
Rizal terkejut. Ia terdiam beberapa saat.
RIZAL
Saya tidak mau, Budhe. Saya ingin mempertahankan pernikahan ini.
BUDHE AMIH
Tidak. Saya tidak setuju. Kamu harus menceraikan Vania, Zal. Saya tidak mau lagi melihat Vania menderita seperti ini.
RIZAL
Saya tidak akan menyakiti Vania lagi, Budhe. Jadi biarkan saya mempertahankan pernikahan ini.
BUDHE AMIH
Tidak, Zal. Asal kamu tau, sejak awal kalian menikah, saya sebanarnya tidak setuju. Karna saya tau, kamu tidak benar-benar mencintai Vania.
Rizal diam. Ia membenarkan ucapan Budhe Amih.
BUDHE AMIH (CONT'D)
Selama ini, saya memilih diam. Karna saya tidak ingin menyakiti Vania. Tapi melihat perlakuan kamu kepada Vania, saya tidak bisa membiarkan itu lagi. Sudah lama saya ingin kelian bercerai. Itu sebabnya, saya memilih memberitahu kamu tentang penyakit Vania.
Rizal mengernyit.
BUDHE AMIH (CONT’D)
Sebenarnya, sayalah yang telah meletakkan majalah di gudang. Saya sengaja menyuruh kamu ke sana, agar kamu bisa melihat majalah itu.
Rizal terkejut.
RIZAL
Bu-dhe.. Kenapa Budhe melakukan hal itu?
BUDHE AMIH (CONT'D)
Saya ingin melihat reaksi kamu. Dan ternyata, semua sesuai dengan prediksi saya. Kamu memang tidak cocok dengan Vania, Zal. Jadi, saya harap kamu menyerah saja dan tinggalkan Vania sesegera mungkin. Dan satu lagi, jangan pernah menemui Vania di sini lagi.
Budhe Amih berjalan pergi. Rizal masih berdiri di tempatnya.
RIZAL
Gue nggak nyangka, Budhe Amih tega ngelakuin hal itu.
INT. RUMAH SAKIT JIWA - RUANG GARDENIA - DAY
Vania duduk di ranjang bersama Razaf. Kondisinya membaik. Di sampingnya, ada Budhe Amih yang duduk di kursi. Sedang Abimanyu sedang berbaring di ranjang sebelahnya. Mereka semua sedang berbincang seru. Beberapa kali, Vania tersenyum bahagia.
VANIA
Emm.. Budhe, Apa selama Vania di sini, Mas Rizal nggak pernah jenguk Vania?
Semuanya tiba-tiba diam. Merasa canggung.
BUDHE AMIH
Hm... Van, dari pada kamu mikirin Rizal, lebih baik kamu fokus buat kesembuhan kamu aja, ya.. Ada banyak orang yang ingin kamu segera sembuh..
VANIA
Oh, iya, Budhe.
INT. LOBI RUMAH SAKIT JIWA - DAY
Rizal berjalan menuju meja resepsionis. Ia datang dengan membawa parcel buah. Alfin menghampiri Rizal. Alfin menepuk pundak Rizal. Rizal kaget, lalu menoleh pada Alfin.
ALFIN
Mau ketemu Mbak Vania, Mas?
Rizal mengangguk. Ia mengamati Alfin.
ALFIN (CONT’D)
Saya Alfin. Perawat di sini.
RIZAL
Ohh..
ALFIN
Masnya mau ketemu Mbak Vania, kan? Mari saya antar. Kebetulan, saya juga mau ke sana.
RIZAL
Oh, Baik.
Rizal dan Alfin berjalan. Saat melewati meja resepsionis, Sela memanggil ALfin.
SELA
Fin.. Alfin..
Alfin menghampiri Sela. Rizal berdiri di tempatnya.
ALFIN
Ada apa, Sel?
Sela
Lo mau kemana?
ALFIN
Mau nganter suami Mbak Vania ke ruangan Mbak Vania.
SELA
Jangan..
ALFIN
Kenapa?
SELA
Keluarga Mbak Vania nggak ngizinin.
ALFIN
Lah, terus itu gimana? (Menunjuk Rizal)
SELA
Lo bilang aja Mbak Vania nggak bisa dijenguk.
ALFIN
Oke.
Alfin berjalan menghampiri Rizal.
ALFIN
Maaf, Mas.. Saya baru inget, kalo Mbak Vania tidak bisa dijenguk.
RIZAL
Oh.. Vania masih di ruang Falmboyan?
ALFIN
Iya, Mas
RIZAL
Yaudah, saya nitip ini aja buat Vania.
Rizal menyerahkan parcel buahnya dan pergi.
INT. KANTOR - RUANGAN RIZAL - DAY
Rizal duduk di tempatnya. Ia sedang melihat akun instagram Vania. Mengamati foto-foto yang ada di sana.
Diana mengiris pesan. Rizal segera membukanya.
"Zal.. hari ini Vania pulang. Lo harus jemput dia. Gue udah bilang ke Vania, kalo lo bakal dateng".
"Lo harus dateng sebelum jam setengah empat".
Rizal mengetik balasan
"Ok. Tau dari mana lo, kalo hari ini Vania balik?"
Diana membalas.
"Dari Budhe Amih".
Rizal kemudian kembali melihat instagram Vania.
INT. MOBIL RIZAL - DAY
Rizal melajukan mobilnya dengan pelan. Di luar, hujan deras. Mobil Rizal tiba-tiba mogok. Rizal panik. Ia segera turun, dengan memakai payung. Rizal berjalan mencari bengkel terdekat.
Rizal menemukan bengkel. Ia berbicara sebentar dengan pemilik bengkel. Keduanya berjalan menuju mobil Rizal.
Rizal menunggu di dalam mobil. Ia gelisah. Beberapa kali Rizal melihat jam tangannya.
EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH VANIA - DAY
Vania dan Abimanyu berdiri di depan pintu utama.
ABIMANYU
Van.. Mau sampek kapan kita berdiri di sini? Budhe Amih sama Razaf udah nunggu di rumah.
VANIA
Sebentar lagi ya, Mas.
ABIMANYU
Ini sudah lebih dari lima belas menit, Van.. Kamu nunggu siapa? Rizal?
Vania mengangguk. Abimanyu menggenggam tangan Vania.
ABIMANYU (CONT'D)
Van.. Dengerin Mas Abi. Kamu harus berhenti terobsesi pada Rizal. Rizal dan Zafran itu berbeda, Van. Mereka tidak sama.
Vania diam beberapa saat.
VANIA
Mas Abi benar. Selama ini, Vania salah, menganggap perasaan itu adalah cinta. Padahal Vania bertahan, hanya karna Vania ingin membuktikan bahwa Zafran itu nyata. Bukan sekedar teman khayalan.
ABIMANYU
Kamu tidak perlu membuktikan apapun, pada siapa pun, Van. Itu semua tidak akan merubah apapun. Kamu hanya perlu menerima semua takdir kamu. Kamu tidak perlu malu, merasa hina, hanya karna kamu mengidap Skizofrenia. Bagaimanapun keadaan kamu, di dunia ini, masih ada orang yang sayang dan peduli sama kamu.
Vania mengangguk. Abimanyu melepaskan genggaman tangan.
ABIMANYU (CONT'D)
Kita pulang sekarang, ya.
Vania kembali mengangguk. Abimanyu lalu membuka payung, dan berjalan bersama Vania menuju mobil.
INT. LOBI RUMAH SAKIT JIWA - DAY
Rizal berjalan menuju meja resepsionis. Sela berjalan menghampiri Rizal.
SELA
Mas Rizal..
Rizal berhenti, lalu menatap Sela.
SELA (CONT'D)
Mas Rizal ngapain di sini? Kak Vania, kan, udah pulang.
Rizal terkejut.
RIZAL
Pulang jam berapa tadi?
SELA
Jam empat, kalo nggak salah. Mas Rizal nggak tau?
Rizal pergi.
INT. RUMAH VANIA - RUANG TAMU - DAY
Di ruangan ini, semua pegawai butik Vania berkumpul, menyambut kedatangan Vania. Semuanya duduk di lantai, beralaskan karpet. Di tengah-tengah mereka, ada banyak makanan.
Semuanya asyik bercerita dan bercanda. Vania tersenyum melihat kelakuan pegawainya.
Jam dinding menunjukkan pukul enam tepat. Satu persatu pegawai Vania pamit pulang. Menyisakan Diana.
VANIA
Mbak Di.. Makasih banyak udah ngurusin butik selama ini.
DIANA
Kamu tidak perlu berterima kasih, Van. Itu, kan, sudah menjadi tanggung jawab Mbak. Mbak seneng banget, Van.. Akhirnya bisa lihat kamu di sini lagi. Bisa lihat kamu tersenyum lagi.
Diana memeluk Vania.
DIANA (CONT'D)
Jangan sakit lagi ya, Van..
Vania mengangguk. Diana melepas pelukan.
DIANA (CONT'D)
Mbak balik dulu ya..
Diana berdiri, dan berjalan keluar. Vania mengantar Diana keluar.
Vania kembali, lalu duduk di atas sofa. Budhe Amih dan Razaf menghampiri Vania. Duduk di sampingnya. Razaf berdiri dan mengambil makanan di bawah. Ia kemudian kembali duduk di samping Vania.
BUDHE AMIH
Gimana perasaan kamu, Van?
VANIA
Vania seneng banget, Budhe. Vania nggak nyangka mendapat kejutan kayak gini..
BUDHE AMIH
Itu artinya banyak yang sayang dan peduli sama kamu, Van.
VANIA
Iya, Budhe. Selama ini, Vania kok bisa nggak sadar ya, Budhe..
BUDHE AMIH
Itu karna, kamu terlalu fokus sama satu orang.
Bel di rumah Vania berbunyi.
BUDHE AMIH
Zaf.. Tolong kamu bukain pintu, ya?
VANIA
Nggak usah, Budhe. Biar Vania aja..
RAZAF
Nggak papa, Bun. Biar aku aja..
VANIA
Kamu di sini aja, habisin itu makanannya. Biar Bunda yang bukain pintu.
Vania berjalan membuka pintu. Vania terkejut melihat kedatangan Rizal.
VANIA (CONT'D)
Ma-Ma-Mas Rizal..
RIZAL
Vania..
Rizal memeluk Vania erat. Vania terkejut. Ia hanya diam sambil mengerjapkan mata. Vania kemudian melepaskan pelukan.
VANIA
Masuk dulu, Mas.
Rizal mengangguk. Ia kemudian berjalan di belakang Vania.
Budhe Amih melihat kedatangan Rizal. Budhe Amih dan Razaf terkejut.
BUDHE AMIH
Ngapain lagi kamu kesini?
VANIA
Mas Rizal mau ketemu Vania sama Razaf, Budhe. Zaf.. Sini dulu, Nak.
Razaf menghampiri Rizal. Budhe Amih masuk.
Razaf bersalaman pada Rizal, lalu segera menyusul Budhe Amih ke dalam.
RIZAL
Razaf kenapa, Van?
VANIA
Vania nggak tau, Mas. (Beat) Mas.. ada yang mau Vania sampaikan ke Mas Rizal.
RIZAL
Apa, Van?
Vania menarik nafas panjang.
VANIA
Vania mau kita cerai, Mas..
Rizal terkejut. Ia lalu memegang pundak Vania.
RIZAL
Van.. Apa yang kamu bicarakan? Jangan bercanda, Van!
Vania melepaskan tangan Rizal.
VANIA
Vania serius, Mas. Vania mau kita cerai. Vania sadar, selama ini hubungan kita itu nggak sehat. Vania minta maaf, udah maksa Mas Rizal bertahan selama ini.
RIZAL
Enggak, Van. Saya tidak mau.
VANIA
Mas.. Vania sadar, selama ini perasaan Vania ke Mas Rizal itu bukan cinta. Vania hanya terobsesi sama Mas Rizal. Karna Mas Rizal mirip dengan Zafran, teman khayalan Vania.
RIZAL
Enggak, Van.. Saya tetep nggak mau cerai dari kamu.
VANIA
Kenapa, Mas?
Rizal menggenggam tangan Vania.
RIZAL
Karna saya cinta sama kamu.
Vania terkejut.
RIZAl (CONT’D)
Saya minta maaf, Van, karna selama sikap saya ke kamu sangat buruk. Beri saya kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Van.
Vania berfikir sejenak. Ia kemudian menarik nafas panjang.
VANIA
Baiklah. Vania beri kesempatan terakhir. Mas Rizal harus bisa buktiin ke Vania, kalo Mas Rizal bener-bener bisa nerima kondisi Vania.
RIZAL
Baik, Van. Terima kasih banyak.
INT. RUMAH VANIA - DAPUR - NIGHT
Vania sedang mencuci piring. Budhe Amih mendekati Vania.
BUDHE AMIH
Van.. Kamu yakin nggak jadi cerai?
Vania berhenti sejenak.
VANIA
Vania masih bingung, Budhe.
BUDHE AMIH
Biar yakin, coba kamu uji keseriusan Rizal..
VANIA
Caranya gimana, Budhe?
Budhe Amih berbisik pada Vania. Wajah Vania berbinar.
VANIA (CONT'D)
Ide bagus itu, Budhe.
INT. RUMAH VANIA - KAMAR - NIGHT
Rizal sudah tertidur pulas menghadap Vania. Tangannya memeluk tubuh Vania. Vania menatap Rizal dalam.
VANIA (V.O.)
Apa keputusanku ini benar? (Beat) Apa aku memang tidak pernah mencintai Mas Rizal? Apa perasaanku selama ini hanya sebatas obsesi?
Vania melepaskan pelukan Rizal. Ia kemudian duduk dan mengambil foto pernikahan di atas nakas. Vania mengusap foto tersebut.
FADE OUT/FADE IN
INT. RUMAH VANIA - KAMAR - DAY
Vania tidur memeluk foto pernikahnnya. Rizal masuk lalu membuka semua tirai. Vania mengerjapkan mata, lalu duduk. Rizal berbalik dan melihat Vania bangun.
RIZAL
Sudah bangun, Van?
Vania menguap, kemudian mengangguk. Rizal menghampiri Vania.
RIZAL (CONT'D)
Saya berangkat kerja dulu ya, Van.. (Sambil menyodorkan tangan)
Vania menatap Rizal bingung. Rizal meraih tangan Vania dan menjabatnya. Rizal kemudian menempelkan punggung tangannya pada kening Vania.
RIZAL (CONT'D)
Salim, dulu.. Kan, mau berangkat kerja..
Rizal mengecup puncak kepala Vania, lalu berjalan keluar. Vania termenung. Ia kemudian meletakkan tangan di dadanya.