INT. RUMAH VANIA - KAMAR - NIGHT
Vania duduk di meja riasnya. Ia menyisir rambutnya yang berantakan. Dari pantulan cermin, Vania tiba-tiba melihat sosok hitam di belakangnya. Ia terkejut hingga sisir yang dipegangnya terlempar jatuh. Nafasnya tidak beraturan.
Vania lalu berbalik, tapi sosok itu sudah menghilang. Vania mengatur nafasnya dan kembali menghadap cermin. Vania kembali melihat sosok itu di belakangnya. Vania kembali menoleh. Namun sosok itu sudah menghilang.
Vania kembali menghadap cermin. Lagi-lagi ia melihat sosok hitam berdiri di belakangnya. Vania kesal. Ia akhirnya memecahkan cermin dengan tangannya. Tangannya berdarah. Ia lalu memunggungi cermin dan mengelap tangannya dengan tisu.
Rizal masuk dan berdiri di depan Vania. Vania yang menyadari ada orang di depannya, segera mendongak. Saat melihat Rizal, Vania sangat ketakutan. Ia refleks melempari Rizal dengan barang-barang yang ada di meja riasnya.
Rizal mencoba menghindar. Namun, Vania tetap melemparinya hingga barang-barang di mejanya kosong. Rizal berjalan mendekati Vania, berusaha menenangkann. Rizal akhirnya berhasil mencengkram tangan Vania. Vania panik dan berusaha melepaskan diri. Rizal mencengkram semakin erat. Vania mengambil pecahan cerminnya yang berukuran besar dan mengarahkannya pada wajah Rizal.
Rizal kaget dan melepaskan tangan Vania. Vania lalu mendekati Rizal dengan potongan cermin yang teracung. Rizal berjalan mundur dengan wajah sangat ketakutan.
RIZAL
Van.. Pliiss, Van. Kamu harus sadar. Ini saya, Van. Rizal. Kamu tidak boleh melakukan hal ini, Van.
Vania masih mendekati Rizal dengan wajah penuh kemarahan hingga Rizal sampai di pojok ruangan, di samping nakas.
RIZAL (CONT'D)
Van, tolong letakkan benda itu. Bahaya, Van. Plis, Van..
Vania justru semakin mendekati Rizal. Ia kini mencengkram kerah baju Rizal dengan potongan cermin yang teracung tepat di leher Rizal yang mendongak.
Rizal gemetar. Nafasnya memburu. Rizal memejamkan mata. Mencoba menenangkan diri. Saat Rizal membuka mata, ia melihat sosok di depannya adalah ibunya, bukan Vania. Rizal mengedarkan pandangan, ia melihat lampu tidurnya. Rizal segera mengambil lampu tidur di atas nakas dan memukul kepala Vania. Vania jatuh dengan berlumuran darah.
Rizal mengatur nafasnya. Tangannya masih memegang lampu. Budhe Amih, Razaf, dan Abimanyu masuk. Mereka terkejut melihat Vania terkapar di lantai.
BUDHE AMIH
(Teriak) Astaga, Vania!!
RAZAF
Bunda!!
ABIMANYU
Vania!!
Ketiganya berlari menghampiri Vania. Menggoyangkan tubuh Vania. Abimanyu segera mengambil ponsel, menelpon.
Rizal yang mendengar nama Vania disebut, segera melihat sosok yang terkapar di depannya. Rizal terkejut melihat wajah Vania. Ia lalu melihat tangannya yang memegang lampu. Ia menemukan ada bercak darah. Rizal tersadar dan langsung menjatuhkan lampu yang dipegangnya. Tubuhnya ikut merosot jatuh. Rizal merasa bersalah.
Budhe Amih mendekati Rizal. Menamparnya.
BUDHE AMIH
Kamu sudah gila ya, Zal. Kamu mau bunuh Vania? Iya? Iya?
Rizal diam. Nafasnya tidak beraturan. Razaf menghampiri Budhe Amih dan memeluknya.
RAZAF
Yangti.. Udah, Yangti. Jangan marahin Ayah.
ABIMANYU
Budhe, kita harus segera membawa Vania ke Rumah Sakit.
BUDHE AMIH
Oh, iya, Bi. (Beat) Awas, ya! Kalo sampek terjadi apa-apa sama Vania, saya tidak segan-segan melaporkan kamu.
Budhe Amih berbalik dan berjalan menyusul Abimanyu yang sudah berada di pintu dengan menggendong Vania. Razaf masih berdiri di depan ayahnya.
Razaf berbalik dan akan pergi. Rizal memegang tangan Razaf, mencegahnya. Razaf melepaskan pegangan Rizal dan berlari menyusul Abimanyu dan Budhe Amih.
INT. LORONG RUMAH SAKIT UMUM - NIGHT
Perawat sedang mendorong brankar dibantu Abimanyu. Kemeja yang dikenakan Abiamnyu berlumuran darah. Budhe Amih dan Razaf berjalan di belakang dengan wajah penuh kekhawatiran. Razaf terisak. Vania dibawa masuk ke ruang UGD.
Abimanyu, Budhe Amih dan Razaf berdiri di depan pintu dengan wajah cemas. Abimanyu lalu menyuruh Razaf dan Budhe Amih duduk di kursi yang ada di depan ruang UGD. Budhe Amih dan Razaf duduk. Abimanyu mendekati Budhe Amih.
ABIMANYU
Budhe, Abi keluar sebentar, ya. Mau nyari baju. Nanti Abi balik kesini lagi.
BUDHE AMIH
Oh.. Iya, Bi. Terima kasih banyak, ya.
Budhe Amih menggenggam tangan Abimanyu.
ABIMANYU
Iya, Budhe. Budhe tenang, ya. In Sya Allah Vania baik-baik aja.
BUDHE AMIH
Iya, Bi.
Budhe Amih melepaskan tangan Abimanyu. Abimanyu lalu mendekati Razaf, duduk berlutut di depannya.
ABIMANYU
Razaf jangan nangis terus. Doain Bunda biar cepet sadar.
Razaf mengangguk.
Razaf
Iya, Om.
Abimanyu berdiri. Mengelus pelan rambut Razaf, lalu berjalan pergi.
INT. MOBIL RIZAL - NIGHT
Rizal menyetir dengan pikiran kacau. Ia mengacak rambutnya. Jam di dashbor menunjukkan angka 00.00. Rizal melihat ke sekeliling. Jalanan lengang. Ia lalu melajukan mobilnya kencang. Rizal menoleh ke samping. Tiba-tiba ia melihat samar Vania berdiri dengan rambut sedikit berantakan dan wajah penuh darah. Rizal terkejut dan segera mengerem mobilnya. Ia lalu menutup wajah dengan tangan. Nafasnya tak beraturan. Rizal kembali menoleh, namun ia tidak menemukan siapapun.
Rizal kembali melajukan mobilnya dengan kencang. Matanya beberapa kali melihat ke sekeliling. Saat Rizal menatap ke depan, tiba-tiba ia melihat Vania berdiri di tengah jalan dengan wajah penuh darah. Mobil Rizal hampir menabrak Vania. Rizal segera membelokkan mobilnya ke samping, menabrakannya pada pohon besar di samping jalan.
Airbag di mobilnya mengembang. Rizal diam beberapa saat, lalu mengerjapkan mata. Rizal segera keluar dari mobil.
EXT. JALANAN DEPAN TOYS STORIES – NIGHT
Rizal berdiri memandangi mobilnya. Ia mengusap rambutnya pelan. Rizal mengambil ponsel dan kemudian menelpon seseorang.
INT. RUMAH DANANG - KAMAR - NIGHT
Danang dan Diana sedang tidur. Ponsel Danang berdering. Danang tidak bergerak sama sekali. Ia tertidur sangat pulas. Ponselnya berhenti berdering.
Ponsel Danang kembali berdering. Diana menggerakkan tubuh, sedikit terganggu. Danang masih pulas.
DIANA
Ck.. Siapa sih. Malem-malem gini nelpon. Ganggu aja.
Diana menepuk lengan Danang kasar. Matanya masih sedikit terpejam.
DIANA (CONT'D)
Ay.. Ay.. Bangun. Ck, Ay, bangun. Ada telpon.
Danang menggeliat. Ia kini memunggungi Diana. Ponselnya masih berdering. Diana menepuk punggung Danang lebih keras.
DIANA (CONT'D)
Ay.. Bangun. Telpon, tuh. Berisik banget. Cepetan bangun.
Danang menguap lebar. Tangannya lalu meraba ponsel di atas nakas. Danang mengambil ponselnya dan mengangkat telpon.
Danang
Halo.. Ada apa?
Danang terbelalak kaget. Ia lalu duduk dan melihat ponselnya. Tertera nama "Rizal" di sana.
DANANG
Ha!! Kecelakaan?
Diana memukul Danang keras.
DIANA
Stt...
Danang menutup mulut.
INTERCUT TO
EXT. JALANAN DEPAN TOYS STORIES – NIGHT
Rizal mondar-mandir dengan menelpon
RIZAL
Iya. Mobil gue nabrak pohon. Lo jemput gue sekarang, ya.
Rizal mengedarkan pandangan, lalu menatap toko Toys Stories.
RIZAL
Gue di depan toko Toys Stories.
CUT BACK TO
INT. RUMAH DANANG - KAMAR - NIGHT
DANANG
Gila, lo. Jauh banget.
DIANA
Stt..
DANANG
Oke, oke. Lo tungguin bentar. Gue kesana sekarang.
Danang lalu turun dari tempat tidur dan berjalan keluar.
EXT. DEPAN TOYS STORIES - NIGHT
Rizal duduk merenung di emperan Toys Stories. Ia mengusap wajah dan menghembuskan nafas panjang. Rizal lalu menatap lurus ke depan. Ia melihat samar Vania berdiri dengan mengacungkan potongan cermin. Rizal membuang pandangan. Ia memaju mundurkan tubuhnya dengan memejamkan mata. Rizal menggelengkan kepala tak beraturan. Ia lalu membuka mata dan kembali melihat ke depan. Rizal menangkupkan tangan pada wajahnya.
Mobil Danang berhenti di depan Toys Stories. Danang memencet klakson dan membuka kaca mobilnya.
DANANG
Zal.. Rizal..
Rizal mengangkat kepala. Setelah melihat Danang, ia berdiri dan berjalan menaiki mobil Danang.
INT. MOBIL DANANG - NIGHT
Rizal memasang seatbeltnya. Danang melajukan mobil.
Danang
Lo ngapain tengah malem keluyuran di sini? Mau nyari simpenan lo? Hahaha..
Rizal tidak menyahut. Danang melirik Rizal yang sedang merenung. Danang kemudian memutar musik di mobilnya.
Beat.
DANANG
Zal, ntar lo balik sendiri aja, ya. Bawa mobil gue. Sorry, Gue nggak bisa nganterin lo. Rumah lo kejauhan.
RIZAL
Anterin ke perumahan aja, Nang. malam ini gue nginep sana.
DANANG
Lo udah ngaish tau Vania, kalo mau nginep di sana?
RIZAL
Vania lagi di Rumah Sakit.
DANANG
Loh? Siapa yang sakit? Budhe? Apa Razaf?
Rizal menarik nafas panjang.
RIZAL
Vania yang sakit.
Danang menoleh karna terkejut.
DANANG
Vania? Sakit? Mulai kapan?
RIZAL
Baru tadi malem.
DANANG
Vania sakit apaan? Trus lo kok, malah di sini, nggak jagain Vania.
RIZAL
Gue tadi mukul Vania pake lampu.
Danang terkejut, ia lalu mengerem mendadak. Danang menghadap Rizal.
DANANG
Gimana ceritanya, Zal? Kok bisa lo mukul Vania?
RIZAL
Gue ceritain nanti pas di rumah.
DANANG
Oh, oke.
Danang melajukan mobil.
INT. RUMAH SAKIT UMUM- RUANG VVIP - NIGHT
Vania tidur dengan kepala diperban. Budhe Amih dan Razaf tidur di ranjang sebelahnya. Abimanyu duduk di kursi samping ranjang Vania. Ia menggenggam dan mengelus jemari Vania.
INT. PERUMAHAN - RUANG TAMU - NIGHT
Rizal dan Danang duduk di sofa.
DANANG
Trus lo rencananya gimana? Mau lanjutin pernikahan lo, atau nyerain Vania lagi?
RIZAL
Gue masih nggak tau.
DANANG
Kalo saran gue, ya, pertahanin Vania. Dia pantas diperjuangin.
Rizal memijit kening.
DANANG (CONT'D)
Lo harus inget, Zal, gimana dulu keadaan lo pas pisah sama Vania. Hidup lo berantakan, kan? Lo harus bisa belajar dari sana. Biar lo nggak salah ngambil keputusan. Apalagi tadi lo bilang, Dokter Abi ada di sini, urusannya nggak akan segampang dulu. Lo sekarang punya saingan.
Danang melihat jam, 03.00
DANANG (CONT'D)
Gue cabut dulu, Zal. Takut nanti Diana nyariin.
RIZAL
Oh, iya. Thanks, ya.
Danang mengangguk lalu berdiri dan berjalan menuju pintu diikuti Rizal.
Rizal menutup pintu lalu berjalan ke kamar.
INT. PERUMAHAN - KAMAR - NIGHT
Rizal duduk di atas kasur. Ia memikirkan perkataan Danang. Rizal lalu berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya.
DISSOLVE TO
INT. RUMAH VANIA - KAMAR - NIGHT
Vania mendekati Rizal dan mencengkram kerah bajunya. Ia mengacungkan potongan cermin tepat di leher Rizal yang mendongak.
Rizal gemetar. Nafasnya memburu. Rizal mengedarkan pandangan, ia melihat lampu tidurnya. Rizal segera mengambil lampu tidur di atas nakas dan memukul kepala Vania.
CUT BACK TO
INT. PERUMAHAN - KAMAR - DAY
Rizal terlonjak kaget dan langsung duduk. Ia menangkupkan tangan pada wajahnya. Rizal kemudian mengusap pelan wajahnya.
Rizal melihat jam dinding. 08.00. Rizal berdiri dan mengambil kalender mejanya. Menyilang hari ini (08 Januari) dengan spidol hitam.
Rizal melihat stiky notes menempel laptopnya. Itu adalah quotes dari Danang yang ia salin. Rizal mengambilnya. Ia melihat bahwa stiky notes itu bertumpuk. Rizal memisahkannya. Di stiky notes kedua, ada tulisan Razaf.
"Bunda bukan monster, Ayah. Bunda itu malaikat. Untuk Razaf dan Ayah."
Rizal memikirkan kata-kata itu.
INT. RUMAH SAKIT - RUANG VVIP - DAY
Vania duduk bersandar. Di telinganya terpasang earphone. Abimanyu dengan telaten menyuapi Vania makan. Budhe Amih duduk di ranjang sebelahnya sambil menatap mereka berdua.
BUDHE AMIH
Budhe seneng ngelihat kamu nyuapin Vania. (Beat) Coba dulu Vania nikahnya sama kamu, pasti dia bahagia. Nggak bakal ngalamin hal kayak gini.
ABIMANYU
Hahaha.. Mungkin Abi sama Vania masih belum berjodoh, Budhe.
Budhe Amih ikut tertawa.
BUDHE AMIH
Kalo seandainya Vania dan Rizal bercerai, apa kamu bersedia menikahi Vania?
Abimanyu diam beberapa saat.
ABIMANYU
Jika Vania tidak keberatan, Abi akan melakukannya, Budhe.
EXT. HALAMAN PERUMAHAN - DAY
Danang dan Diana berdiri di depan rumah Rizal. Diana mengetuk pintu. Pintu rumah Rizal terbuka. Danang dan Diana segera masuk.
INT. PERUMAHAN - RUANG TAMU - DAY
Danang dan Diana sudah duduk di sofa. Rizal menutup pintu, lalu duduk.
RIZAL
Ada urusan apa lo berdua kesini?
DIANA
Yaelah, Zal. Lu tamu baru datang, bukannya nawarin minum, malah ngintrogasi. Harus banget ya pertanyaan lo tadi gue jawab.
Rizal berdiri.
RIZAL
Gue cuma punya minuman kaleng. Lo berdua mau apa enggak?
DANANG
Lo bawa kesini langsung aja, Zal. Kita berdua nggak suka pilih-pilih, kok.
Rizal lalu masuk, dan keluar lagi dengan membawa tiga kaleng minuman bersoda. Rizal meletakkan minuman di atas meja, lalu duduk. Diana dan Danang langsung minum.
RIZAL
Mau ngapain lo kesini?
Danang
Gue mau ngajak lo jenguk Vania di Rumah Sakit.
RIZAL
Emang lo udah tau, Vania dirawat dimana?
DANANG
Udah. Diana tadi telpon Budhe Amih.
Diana berdiri.
DIANA
Udah yok, berangkat.
Danang dan Rizal berdiri mengikuti Diana. Lalu ketiganya berjalan keluar.
EXT. HALAMAN RUMAH SAKIT UMUM - DAY
Mobil Danang berhenti di halaman Rumah Sakit Umum. Danang, Diana dan Rizal turun lalu berjalan masuk.
INT. LOBI RUMAH SAKIT UMUM - DAY
Danang, Diana dan Rizal berjalan menuju meja resepsionis.
DIANA
Maaf, Mbak, Mau nanya, pasien atas nama Tabita Vania berada di kamar mana, ya?
RESEPSIONIS
Sebentar, Ibu, saya lihat dulu.
Petugas resepsionis mengutak atik komputer.
RESEPSIONIS (CONT'D)
Maaf, Ibu, untuk pasien atas nama Tabita Vania, baru saja keluar pagi ini.
DIANA
Yang bener, Mbak? Masak udah pulang, sih. Coba dicek lagi. Kali aja mbaknya salah.
RESEPSIONIS
Benar, Ibu. Pasien atas nama Tabita Vania, masuk pada tanggal 7 Januari dan keluar pada tanggal 9 Januari.
DIANA
Tapi ini, kan, hari minggu. Harusnya, kan, nggak bisa keluar.
RESEPSIONIS
Pasien tersebut mendapat rekomendasi khusus, Ibu.
DIANA
Owalah..
DANANG
Udah, yuk, Ay. Kita balik aja.
Danang menatap resepsionis.
DANANG (CONT'D)
Mari, Mbak..
Danang, Diana dan Rizal berjalan keluar.
EXT. HALAMAN RUMAH SAKIT UMUM - DAY
Danang, Diana dan Rizal berjalan ke arah mobil. Diana menelpon.
DIANA
Assalamualaikum, Budhe..
DIANA (CONT'D)
Ini Diana di Rumah Sakit. Rencana mau jenguk Vania. Eh, ternyata Vania udah keluar.
DIANA (CONT'D)
Trus sekarang Vania berarti udah di rumah ya, Budhe?
DIANA (CONT'D)
Apa? Di RSJ?
INTERCUT
INT. RUMAH SAKIT JIWA - RUANGAN TANTE IA - Day
Budhe Amih sedang duduk di sofa bersama Razaf.
BUDHE AMIH
Iya, Di. Tadi pagi Vania ngamuk. Makanya, langsung dibawa kesini.
CUT BACK TO
EXT. HALAMAN RUMAH SAKIT UMUM - DAY
DIANA
Yaudah, Budhe.. Kalo gitu Diana nyusul ke sana sekarang, ya?
DIANA (CONT'D)
Loh? Kenapa, Budhe?
Rizal dan Danang penasaran.
DIANA (CONT'D)
Masuk ruang Flamboyan? Astaga, Vania..
Danang menjawil Diana. Ia lalu menggerakkan bibir mengatakan (Vania kenapa?)
Diana meletakkan telunjuk di bibir. Menyuruh Danang diam.
DIANA (CONT'D)
Oh.. Kalo gitu, Diana ke sananya lain kali aja, Budhe. Budhe kasih tau Diana, ya.. Kalo Vania udah pindah ruangan.
DIANA (CONT'D)
Udah dulu ya, Budhe.. Budhe yang sabar, ya..
Diana mengakhiri telpon dan memasukkan ponsel di tasnya. Ia kemudian masuk mobil, disuusl Danang dan Rizal.