INT. RUMAH VANIA - KAMAR - NIGHT
Vania sedang duduk di depan meja riasnya. Vania mulai mendengar suara-suara di kepalanya.
SUARA 1
Hwaaa.. Hwaa.. (Perempuan menjerit histeris ketakutan) Huhuhu (Isak tangis perempuan)
SUARA 2
To-long le-pas-kan ka-mi. Ja-ngan bu-nuh ka-mi (suara laki-laki dengan nafas terengah dan suara yang hampir menghilang)
SUARA 1
Aaaaaa.. (Rintihan perempuan yang kesakitan)
SUARA 2
Eh eh eh (nafas terengah) Ja-ngan sa-ki-ti Va-ni-a
Vania menggelengkan kepalanya cepat dengan mata terpejam. Vania berusaha mengusir suara-suara yang memenuhi kepalanya. Suara-suara itu semakin jelas terdengar sebelum akhirnya tiba-tiba senyap.
Vania lalu membuka mata. Ia menarik nafas panjang. Vania lalu meremas rambutnya. Ia kemudian berdiri dan berjalan ke arah ranjang. Vania berbaring tengkurap sambil memainkan ponsel.
Vania tiba-tiba merasa ada seseorang yang sedang mengawasinya dari jendela. Ia lalu bangun dan berjalan ke jendela. Vania tidak melihat siapapun.
Vania berbalik dan kembali ke ranjangnya. Di sana sudah ada Zafran yang sedang duduk sambil tersenyum padanya. Vania lalu duduk di samping Zafran.
ZAFRAN
Habis ngapain, lo? Nyari sesuatu?
VANIA
Enggak. Cuma pingin ngintip langit aja.
INSERT
Rizal berdiri di depan pintu kamar Vania. Ia ragu-ragu hendak masuk.
CUT BACK TO
Vania terlihat mengobrol seru dengan Razaf. Ia tertawa terbahak-bahak. Wajahnya sangat bahagia.
Rizal masuk dan berdiri di tengah pintu. Ia terkejut melihat Vania yang tertawa sendirian. Ragu-ragu Rizal memanggil Vania.
RIZAL
(Sedikit bergetar) Van..
Vania menoleh.
VANIA
Eh, Mas Rizal..
Vania tersenyum lalu turun dari ranjang dan berjalan menghampiri Rizal.
RIZAL
Kamu kenapa? Kok, ketawa-ketawa..
VANIA
Hehehe.. Itu, Mas. Zafran habis nyeritain hal lucu ke Vania.
RIZAL
Zaf-ran?
VANIA
Iya. Itu o-ra-ng..
Vania berbalik dan menunjuk tempatnya bersama Zafran. Namun ia tidak melihatnya.
VANIA (CONT'D)
(Lirih) Loh.. Kok nggak ada.
Vania menggaruk kepalanya pelan dan kembali menghadap Rizal.
VANIA (CONT'D)
Mas Rizal mau ngapain?
Rizal merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah kotak beludru. Memberikannya pada Vania.
VANIA
Ini apa, Mas?
Rizal menggaruk tengkuknya pelan. Salah tingkah.
RIZAL
Emm.. Anu, Van. Hadiah buat kamu. Terima kasih sudah bersedia menunggu saya.
Wajah Vania berbinar. Vania langsung memeluk Rizal. Wajah Rizal mendadak pucat. Ia gugup.
VANIA
Makasih banyak ya, Mas..
Vania merasakan tubuh Rizal sedikit menegang. Ia buru-buru melepas pelukan. Vania menatap Rizal sambil memegang pundaknya.
VANIA (CONT'D)
Mas Rizal kenapa? Kok pucet?
Vania sadar tangannya menyentuh Rizal. Ia melepaskan pegangan tangannya pada pundak Rizal. Vania merasa bersalah.
VANIA (CONT'D)
Oh, maaf, Mas. Vania kelepasan.
RIZAL
Eh, hmm.. Nggak papa, Van.
Vania beralih menatap kotak di tangannya.
VANIA
Boleh Vania buka sekarang?
Rizal mengangguk. Vania membuka kotak, lalu mengeluarkan isinya. Vania mengangkat sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati.
VANIA (CONT'D)
Waah.. Makasih banyak, Mas. Vania suka banget. (Beat) Boleh Vania pakai sekarang?
Rizal mengangguk. Vania lalu duduk di pinggir ranjang untuk memakai kalung. Vania kesulitan memakainya. Ia berniat akan menyimpan kalung itu, sebab tak kunjung berhasil memakainya.
Saat Vania akan memasukkan kalung pada kotaknya, Rizal datang menghampiri. Rizal mengambil kalung dari tangan Vania dan sedikit membungkuk untuk memakaikannya pada leher Vania.
Setelah kalung terpasang, Rizal masih berada pada posisinya. Vania terus tersenyum. Razaf tiba-tiba masuk dengan membawa buku. Ia terkejut.
RAZAF
Ayah.. Bunda.. Oops (Razaf menutup mulut)
Rizal dan Vania kompak menoleh ke arah Razaf. Rizal segera menjauh dari Vania dan segera berjalan menuju almari. Ia membuka almari dan pura-pura memilih pakaian.
Vania segera merapikan rambutnya dan berjalan menghampiri Razaf.
RAZAF (CONT'D)
Hayoo.. Bunda sama Ayah tadi habis ngapain, hayo..
VANIA
Razaf ada perlu apa?
RAZAF
Ini, Bunda. Ada PR yang aku nggak bisa. Bunda bisa ngajarin aku, kan?
Vania mengangguk.
VANIA
Yaudah, kita belajarnya di kamar kamu aja, ya?
RAZAF
Boleh. Eh.. Bunda tadi habis dicium Ayah, ya? Hayoo ngaku..
VANIA
Enggak, kok.
Vania tersenyum malu-malu.
RAZAF
Loh, Bunda senyum-senyum. Berarti tebakanku bener. Ciee..
VANIA
Apaan sih, Zaf. Udah ah, ayo keluar.
RAZAF
Ihh.. Bunda salting. Ciee..
Razaf berlari menghampiri Rizal.
RAZAF
Ayah ngapain sembunyi di sini?
RIZAL
Eh, eh, Ayah nggak lagi sembunyi. Ayah lagi nyari baju.
RAZAF
Loh, Ayah grogi. Ciee.. Ayah sama Bunda pacaran..
VANIA
Razaf.. Ayo, Nak. Katanya mau belajar.
RAZAF
Iya, Bun.
Razaf menghampiri Vania dan keduanya keluar.
INT. RUMAH VANIA - KAMAR RAZAF - NIGHT
Vania mengajari Razaf dengan sabar. Setelah semuanya selesai, Vania segera pergi dan berjalan menuju kamarnya.
INT. RUMAH VANIA - KAMAR - NIGHT
Vania membuka pintu dan masuk dengan wajah bahagia. Saat mengetahui Rizal sudah pergi, Vania kecewa.
Vania lalu berjalan menuju ranjang dan berbaring di tempatnya. Ia masih memandangi kalungnya, dan berulang kali menciuminya. Vania kini menghadap ke tempat Rizal. Mengelus pinggiran bantal Rizal.
VANIA
Hmm.. Andai sekarang Mas di sini. Vania pasti lebih bahagia.
Zafran tiba-tiba muncul di hadapan Vania. Zafran berbaring di tempat Rizal. Vania kaget.
VANIA
Heh.. Kamu..
Zafran bangun dan duduk bersila. Vania ikut bangun dan duduk di depan Zafran.
ZAFRAN
Lo seneng banget ya, Van?
Vania mengangguk.
VANIA
Iya, Zafran. Vania seneng banget hari ini. Kalungnya bagus ya?
ZAFRAN
Iya. Cocok banget buat lo.
Vania berjalan ke meja rias. Zafran menghilang. Vania memandangi kalung yang dipakainya lewat cermin. Vania memutar-mutar tubuh di depan cermin.
Vania tiba-tiba merasa sedang diawasi. Ia lalu berbalik dan mengedarkan pandangan. Vania menangkap sosok hitam berdiri di luar jendela. Vania berlari menghampiri, namun tidak menemukan siapapun. Vania lalu menutup tirai jendela kamarnya dan berlari ke ranjangnya. Vania segera berbaring sambil menutupi seluruh tubuh dengan selimut.
EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH VANIA - NIGHT
Rizal berjalan di pinggir kolam renang. Ia sedang menelpon Danang.
DANANG
Gimana, Zal. Sukses?
RIZAL
Enggak. Gue bingung ngomongnya gimana.
DANANG
Yaelah, Zal. Tinggal ngomong "Van, gue tidur di sini, ya?" Susah bener, sih.
RIZAL
Bukan gitu, Nang. Gue bingung mulainya gimana..
DANANG
Lo to the point aja lagi, Zal. Kayak biasanya..
RIZAL
Gila, Lo. Malu lah gue.
DANANG
Lo sama istri sendiri aja sok-sok an pake malu segala. Kayak gue sama Diana dong. Loss doll..
RIZAL
Gue sama lo itu beda.
DANANG
Iya, iya.. Gue paham. (Beat) Yaudahlah, besok coba gue tanyain ke Diana gimana enaknya..
RIZAL
Oke. Gue tunggu.
Rizal mematikan telpon.
INT. BUTIK - RUANGAN VANIA - DAY
Vania duduk di tempat kerjanya. Komputer di depannya dibiarkan menyala. Vania gelisah. Ia melihat sosok hitam dari jendela luar.
Vania berjalan ke jendela. Ia melongokkan kepala. Vania tidak menemukan siapapun. Ia segera menutup tirai. Saat berbalik, ia melihat sosok hitam itu berdiri di luar jendela dalam ruangannya. Vania segera menutup tirai jendela tersebut asal.
Vania duduk di sofa ruangannya. Meremas rambutnya frustasi. Gagang pintunya bergerak. Vania terlonjak kaget. Ia melihat pintu ruangannya dibuka. Vania berdiri dengan wajah ketakutan. Nafasnya tidak beraturan.
Diana masuk dan kaget melihat kondisi Vania. Ia berjalan mendekati Vania.
DIANA
Van.. Kamu kenapa? Kamu sakit?
Diana memegang kening Vania. Vania menyingkirkan tangan Diana.
Vania
Eng-Enggak. Vania nggak papa.
Vania berlari keluar.
DIANA
Vania kenapa, sih? Kok dari kemaren aneh banget. Jangan-jangan ini ulah Rizal lagi. Duuh.. Orang itu, nggak bersyukur banget punya istri kayak Vania. Bisanya nyakitiin mulu. Awas lo, Zal!!
INT. BUTIK - KAMAR MANDI - DAY
Vania membasuh wajah di wastafel. Saat mengangkat wajah, lewat pantulan cermin, Vania melihat sosok hitam berdiri di belakangnya. Ia lalu kembali membasuh wajahnya. Tubuh Vania gemetaran.
Vania kembali mengangkat wajah. Ia sudah tidak menemukan sosok hitam di belakangnya. Vania menoleh ke belakang, lalu menghembuskan nafas lega.
Saat Vania kembali menghadap cermin, Zafran tiba-tiba muncul di sampingnya. Vania terlonjak kaget.
ZAFRAN
Lo ngapain di sini, Van? Kerjaan lo masih numpuk, tuh. Cepet selesain kerjaan lo!
Vania keluar.
INT. KANTOR RIZAL - DAY
Rizal menyandarkan tubuh pada kursi. Kepalanya menengadah ke atas. Ia tiba-tiba teringat pada Vania. Rizal mengusap wajah, lalu berdiri dan keluar ruangan.
EXT. HALAMAN BUTIK - DAY
Mobil Rizal berhenti di depan butik. Ia lalu turun dan masuk.
INT. BUTIK - DAY
Rizal berjalan menuju ruangan Vania. Ia mengintip Vania dari jendela.
INT. BUTIK - RUANGAN VANIA - DAY
Vania duduk menghadap komputer dengan gelisah. Beberapa kali tubuhnya bergerak-gerak. Ia merasa sosok hitam tengah mengawasinya dari jendela. Vania mulai ketakutan.
Vania melirik ke jendela. Ia melihat sosok hitam tengah mengintipnya. Ia segera mengambil sebuah gunting dari laci mejanya. Vania bertekad akan menemui sosok hitam. Vania berjalan ke arah pintu dengan menggenggam gunting di belakang tubuhnya.
Vania membuka pintunya sedikit. Ia berdiri di pintu mengawasi keadaan sekitar. Rizal yang mendengar sura pintu terbuka, segera berbalik dan berlari menjauh. Vania sempat melihat wajah Rizal.
Vania kaget dan menjatuhkan guntingnya. Ia lalu jatuh terduduk.
VANIA
(Lirih) Jadi selama ini, penguntit itu, adalah Mas Rizal.
EXT. HALAMAN RUMAH VANIA - DAY
Rizal berjalan hendak memasuki rumah. Mobil Vania berhenti, Vania turun. Rizal berdiri di depan pintu, menunggu Vania.
Vania berjalan sambil menunduk. Saat melihat Rizal, Vania tiba-tiba ketakutan. Vania berlari masuk. Rizal kebingungan melihat tingkah Vania.
EXT. HALAMAN BELAKANG RUMAH VANIA - NIGHT
Vania sedang duduk di ayunan. Ia gelisah. Beberapa kali Vania menghembuskan nafas panjang.
Vania melihat sosok hitam berdiri di pojok halaman. Sosok itu menghadap lurus ke arah Vania. Sosok itu berjalan mendekati Vania.
Vania segera berdiri dan berlari pergi. Ia sangat ketakutan. Vania terpeleset dan terjatuh ke kolam renang. Vania melihat sosok itu ikut terjun ke kolam. Vania panik dan kehilangan keseimbangan. Tubuhnya limbung. Tangannya menggapai-gapai meminta pertolongan.
Rizal datang dan melihat Vania tenggelam. Rizal segera menceburkan diri dan menarik Vania. Vania melihat wajah Rizal sekilas, sebelum akhirnya pingsan.
INT. RUMAH VANIA - KAMAR - DAY
Vania mengerjapkan mata, lalu menatap ke sekeliling. Vania lalu duduk dan bersandar pada ranjangnya. Ia mencoba mengingat kejadian semalam. Dan Vania ingat saat dia terjatuh, Ia melihat Rizal di depannya dengan memakai pakaian hitam.
Vania menegakkan badannya dan duduk memeluk lutut.
VANIA
Ternyata emang bener, Mas Rizal mau nyelakain Vania. Kenapa Mas Rizal tega sama Vania?
Vania menunduk dan terisak. Zafran tiba-tiba muncul dan duduk bersila di samping Vania. Zafran mengelus rambut Vania.
ZAFRAN
Hey, anak cengeng. Kenapa lagi, lo?
Vania mendongak, memandang Zafran dengan wajah sayu. Vania lalu memeluk Zafran erat. Ia menangis di pelukan Zafran.
VANIA
Kenapa sih, Mas Rizal jahat sama Vania? Emang Vania salah apa sama Mas Rizal? Huhuhu...
Zafran melepaskan pelukan. Ia mencengkram lengan Vania dan memaksa Vania menatap wajahnya.
ZAFRAN
Lo nangis karna Rizal lagi? Emang bego, lu. (Beat) Van, satu-satunya kesalahan lo, adalah jatuh cinta pada Rizal. Jadi, mulai sekarang lo harus belajar ngelupain Rizal.
Rizal masuk dan berdiri di depan pintu. Mengamati Vania yeng sedang berbicara sendiri.
VANIA
Vania nggak bisa. Itu terlalu berat buat Vania. Huhuhu..
Vania kembali menangis sambil memeluk lutut. Rizal yang melihat Vania menangis, segera berjalan mendekati Vania. Rizal duduk di samping Vania. Tangannya terulur hendak mengelus rambut Vania. Namun, ia ragu. Ia menarik tangannya. Tangan Rizal kembali terulur di atas kepala Vania. Rizal ragu. Ia menurunkan tangannya kembali. Rizal menarik nafas.
RIZAL
Van..
Vania mendongak. Saat melihat Rizal, Vania terkejut. Ia bergeser mundur dengan ketakutan. Vania berteriak histeris. sambil berlari ke kamar mandi di dalam kamarnya.
INT. RUMAH VANIA - KAMAR MANDI - DAY
Vania menutup pintu dengan tangan gemetaran. Ia lalu segera mengunci pintu kamar mandi. Vania masih gemetaran di dalam kamar mandi.
INSERT
Rizal berdiri di balik pintu. Ia mengetuk pintu kamar mandi.
RIZAL
Van.. Kamu nggak papa?
VANIA (O.S.)
Pergi!!
Rizal terkejut mendengar jawaban Vania. Ia masih berdiri di depan pintu dengan ekspresi bingung. Rizal lalu pergi
CUT BACK TO
Vania masih gemetar dengan nafas tak beraturan. Ia lalu duduk di bathup dan menyalakan shower. Vania menangis.
INT. KANTOR RIZAL - DAY
Rizal menyandarkan tubuh pada kursi. Ia mengusap wajahnya kasar. Rizal lalu termenung beberapa saat. Ia kemdudian tersadar, lalu membuka google chrome. mengetikkan kata "Skizofrenia" di kolom pencarian. Ia lalu membaca semua artikel tentang Skizofrenia.
INT. RUMAH VANIA - DAPUR - DAY
Vania makan ditemani Budhe Amih. Vania makan dengan tidak semangat. Ia melamun.
BUDHE amih
Gimana kondisi kamu, Van? Sudah enakan?
Vania tidak merespon. Budhe Amih memukul pundak Vania pelan.
BUDHE AMIH (CONT'D)
Van..
Vania terkejut. Ia lalu menoleh pada Budhe Amih. Nafas Vania tidak beraturan.
VANIA
Eh, ada apa, Budhe?
BUDHE AMIH
Gimana kondisi kamu? Udah enakan?
Vania mengangguk.
BUDHE AMIH (CONT'D)
Oiya, Van, nanti sore setelah jemput Razaf, Budhe mau ke rumah Tante Ia dulu. Abi tadi malem datang. Kamu mau ikut apa enggak?
VANIA
Vania kesana lain kali aja, Budhe.
BUDHE AMIH
Oh, yaudah kalo gitu. Budhe kesana sama Razaf aja.
Vania lalu berdiri dan mencuci piringnya. Vania beberapa kali menggelengkan kepala dengan mata tepejam. Vania berusaha mengusir suara-suara di kepalanya. Vania lalu membanting piring yang ia pegang untuk mengusir suara itu.
Budhe Amih menghampiri Vania dan memegang pundaknya.
BUDHE AMIH
Van.. Kamu nggak papa?
Vania mengangguk.
BUDHE AMIH (CONT'D)
Udah, biar Budhe aja yang beresin. Kamu istirahat aja.
VANIA
Eng-Eggak usah, Budhe. Vania bisa sendiri.
Budhe Amih menatap Vania bingung.
BUDHE AMIH
Oh yaudah kalo gitu.
Budhe Amih kembali duduk.
INT. RUMAH VANIA - KAMAR - DAY
Vania berbaring di ranjangnya. Ia mendengar banyak suara-suara bersahutan di kepalanya.
SUARA 1
Hwaaa.. (Perempuan histeris)
SUARA 2
To-long le-pas-kan ka-mi. Ja-ngan bu-nuh ka-mi (suara laki-laki dengan nafas terengah dan suara yang hampir menghilang)
SUARA 1
Aaaaaa.. (Rintihan perempuan yang kesakitan)
SUARA 2
Eh eh eh (nafas terengah) Ja-ngan sa-ki-ti Va-ni-a
Vania menggelengkan kepala tidak teratur sambil memejamkan mata, berusaha menghilangkan suara tersebut. Suara-suara itu justru terdengar semakin keras. Vania membuka mata dan mengambil ponselnya. Ia memutar lagu dengan volume keras.
Suara itu justru semakin keras. Mengalahkan musik dari ponselnya. Vania memejamkan mata sambil menutup telinga. Kepalanya masih menggeleng tidak teratur.
Zafran muncul dan meletakkan telapak tangan pada telinga Vania. Suara itu tiba-tiba menghilang. Vania membuka mata dan memeluk Zafran erat. Zafran mengambil ponsel Vania dan mematikan music.
VANIA
Zafran.. Vania takut. Huhuhu...
Vania menangis.
ZAFRAN
Lo nggak perlu takut, Van. Gue selalu ada buat lo. Gue selalu di samping lo.
Budhe Amih masuk sambil menutup telinga. Budhe Amih melihat Vania duduk sambil sesenggukan.
BUDHE AMIH
(Suara keras) Van.. Ngapain kamu muter musik sekeras ini.
Vania terkejut. Ia juga ikut menutup telinga. Terganggu dengan suara musiknya. Vania mematikan musiknya.
BUDHE AMIH (CONT'D)
Van, Budhe mau jemput Razaf sekarang. Kamu beneran nggak ikut?
VANIA
Iya, Budhe.
BUDHE AMIH
Yudah, kalo gitu Budhe pergi dulu. Kamu baik-baik, ya di rumah.
Vania mengangguk. Budhe Amih pergi.
INT. RUMAH VANIA - DAPUR - DAY
Vania sedang menyantap camilan ditemani Zafran. Vania tertawa-tawa mendengarkan cerita Zafran. Vania terlihat bahagia.
INSERT
Rizal menatap heran pada Vania yang tertawa sendiri. Ia tiba-tiba teringat pada ibunya.
DISSOLVE TO
INT. RUMAH RIZAL - RUANG TAMU - FLASHBACK - DAY
Santi sedang duduk di tikar. Santi memainkan jarinya sambil tertawa terbahak-bahak dengan pandangan kosong. Di sebelahnya, ada buku pelajaran Rizal beserta alat tulisnya.
Rizal(9 th) berdiri agak jauh dengan wajah ketakutan. Ia lalu berjalan mendekat hendak mengambil bukunya. Rizal mengulurkan tangan menarik bukunya. Santi melihat Rizal mendekat. Ia lalu menatap Rizal marah dan menarik buku yang dipegang Rizal. Santi juga menarik tangan Rizal, lalu memukulinya.
CUT BACK TO
INT. RUMAH VANIA - DAPUR - DAY
Rizal tersadar dari lamunannya. Ia kembali melihat Vania yang masih tertawa. Rizal berpikir lama, sebelum akhirnya berjalan menghampiri Vania.
Rizal
Van..
Vania mendongak. Saat melihat Rizal, ia segera berdiri dan berlari ketakutan.
Rizal duduk. Ia lalu minum.
RIZAL (CONT'D)
Sepertinya penyakit Vania benar-benar kambuh.
Rizal merenung. Ia lalu membuka ponselnya dan membaca artikel tentang Skizofrenia.