67. EXT. — PONDOK DARURAT - PAGI
Pagi hari dilembah sungai jauh di hilir sana, Menggantung embun tipis, jatuh dipermukaan daun daun, membentuk bulatan kristal bening berkilau, disapu cahaya tamaram pagi.
Bergulir kebawah menyapa lengan gadis, saat ini sudah terbangun dari tidurnya.
Tidak mendapatkan apa apa, selain seonggok tubuh bertelanjang dada terkulai lemas. Penuh dengan legam dan luka disekujur tubuhnya!
Membungkuk, bersandar didinding pondok terbuat dari anyaman dahan, ranting dan dedaunan. Persis berada disampingnya.
Terasa iba melihatnya, berusaha mencari sesuatu untuk dapat menghangatkan tubuh pria disampingnya.
Mencoba berdiri keluar dari dalam pondok disambut kupu kupu berwarna warni terbang mengitari dirinya. Mendapatkan lembaran lembaran pakaian, tergantung diranting dahan. Berayun ayun kesana kemari tetiup angin semilir.
Meraih kemeja tergantung sepertinya hampir kering, membentangkannya dipundak pria itu.
Terlihat kelelahan amat sangat, berbisik ditelinganya.
Tidak ada jawaban!
Kembali bangkit menengok kiri kanan dengan waspada. Dikejutkan suara lengkingan puluhan monyet ekor panjang. Mereka melompat kesana kemari, berayun-ayun mengelilingi pondok.
Tanpa beralaskan kaki mencoba mengais barang barang tergeletak disamping ransel besar. membongkar bungkusan plastik satu persatu.
Menemukan beberapa bekal makanan, minuman dalam wadah botol plastik kecil.
Menjumput salah satunya menegaknya sekali habis. tidak perduli nanti minum apa lagi.
Mendapatkan dua sisa kue donat. Melahapnya menyisakan salah satunya.
Masuk kedalam lagi membawa sebotol plastik kecil minuman dan kue donat, Tinggal satu satunya. Tidak ada lain lagi bisa dimakannya nanti!
Suara lengkingan monyet ekor panjang tidak henti hentinya, Membantu membangunkannya.
Sedikit linglung, belum sadar sepenuhnya.
Membuka tutupnya, menyodorkan kemulut Raymond perlahan.
Terbatuk-batuk.
Sumingrah Andin melihat Raymond sudah sadar kembali.
Raymond sadar dirinya bukan sedang ada di base camp, Namun berada jauh, entah sebarapa jauhnya.
Tidak menghabiskan minuman dan kue donat diberikan ke Andin.Dimakan juga separo kue donat itu, juga sisa minuman.
Andin mulai berurai air mata lagi, membayangkan nasib teman temannya.
Raymond langsung bergegas keluar, melambai-lambai kemejanya
sambil berteriak-teriak.
Andin ikut melambai-lambaikan tangannya.
Tapi sepertinya helikopter itu berbalik memutar arah setelah terbang jauh menyisir sungai.
Sia sia, kembali lagi kepondok dengan wajah kecewa.
Tidak ada waktu untuk berleha leha, saat ini harus bisa bertahan untuk hidup. Menyadari tidak sesuatu apapun untuk bisa dimakan dan diminum.
Raymond memeriksa tas ransel, didalamnya; ada korek api gas, maupun batangan, autan pisau dan parang. Ponsel dan radio.
Tidak ditemukan. Wadah untuk dapat memasak air atau apapun!
Didalam tas kecil ransel milik Andin tidak ada barang berarti.
CUT TO :
67. EXT — POS KOMANDO - PAGI
Dua helipkopter dari kepolisian telah tiba. Juga sepuluh ambulance telah datang, berikut team medis. Mendirikan posko darurat.
Sebuah Helikopter Puma telah diterbangkan membawa pasukan komando terlatih merambah sungai.
CUT TO :
68. EXT. — AIR TERJUN - PAGI
Berhasil menemukan air terjun. Kemudian menurunkan pasukan dengan tali luncur.
Mendapati jejak anak anak muda telah menyambangi tempat ini sebelumnya. Ditemukan kardus bekas tempat kue, beberapa botol plastik minuman. Juga ada sebuah parang ditemukan, mungkin tertinggal oleh mereka.
CUT TO :
69. INT. — DI DALAM HELIKOPTER PUMA - PAGI
Helikopter Puma satunya lagi diterbangkan juga mengangkut pasukan komando terlatih.
Pepohonan lebat disepanjang jalur sungai dilihat dari palka helikopter, menyulitkan memantau jejak mereka. Kamera zoom digunakan tidak mampu menembus dataran sungai dibawah.
Tertutup kanopi dedaunan bak permadani raksasa dibentangkan sepanjang lintasan sungai!
Tidak berapa lama kemudian
Helikopter Puma mengikuti arah petunjuk salah satu anggota pasukan komando. Terbang lebih rendah.
Kamera zoom membidik lagi lebih tajam kearah lima sosok tergeletak di bawah pohon.
Berusaha terbang lebih rendah lagi. Menyibak ranting dedaunan lebat, Bergoyang hebat tersambar pusaran angin baling baling Helikopter Puma.
Lima sosok manusia tergeletak bertumpuk, dibawah pohon besar tepi sungai. Mereka masih hidup! Hanya saja tidak sadarkan diri!
Tidak butuh waktu lama, Helikopter Puma satunya lagi datang!
Sepuluh anggota pasukan komando telah meluncur ke bawah, disusul lima tandu diturunkan bersamaan! Dari kedua Heli tersebut.
Kelima korban sekarang berhasil di evakuasi menggunakan dua helikopter.
CUT TO :
69. EXT — BASE CAMP - PAGI
Dua Helikopter Puma mendarat bergantian membawa ke lima korban. Telah menunggu team medis.
Disambut sorak sorai gembira masyarakat.
Kelimanya dibawa ke tenda posko darurat. Telah menunggu lima ambulance, akan membawanya kerumah sakit.
Mereka itu adalah Olivia, Marcel, Astrid, Bambang, Arief!
Keajaiban telah terjadi! Kelima orang itu bisa terdampar bersamaan dibawah pohon besar, Sejauh 'Empat Puluh Kilo Meter' dari titik awal berangkat!
Sungguh tidak masuk akal. Tapi seperti itulah yang terjadi!
Kekuasaan Tuhan tidak bisa dipungkiri!
Tinggal Raymond dan Andin belum ditemukan!
CUT TO :
70. EXT — LEMBAH ANAK SUNGAI - PAGI
Ternyata Andin dan Raymond terdampar tidak dijalur sungai utama. Melainkan anak sungai lebih kecil lagi. Menjorok masuk kedalam. Tersembunyi dibalik kelebatan hutan.
Hampir sama persis dengan lokasi air terjun ditemukan.Itu sebabnya berkali helikopter melewatinya, Tidak menemukan sosok keduanya!
Andin dan Raymond telah melewati tiga malam dilembah hutan anak sungai tidak bertuan ini.
Segala cara dilakukan untuk bisa bertahan hidup.
Salah satunya membuat pancing ikan dari peniti ditemukan di dalam ransel Andin. Dibengkokannya sedemikian rupa, ujung tajam peniti mengarah keatas. Dikaitkannya peniti itu dengan seutas akar menyerupai benang. Kemudian ditambatkan di ujung ranting. Dengan cara ini berhasil mendapatkan ikan besar dan kecil Menggunakan umpan cacing banyak ditemukan disini.
Memanggangnya dengan api unggun. Tanpa bumbu dan rasa apapun! Menampung air dari akar pepohonan, kadang terpaksa minum air mentah dari sungai mengalir. Tidak ada wadah untuk memasak air.
CUT TO :
65. EXT — LEMBAH SUNGAI - MALAM
Hari ke tiga keduanya terdampar. Tengah malam gangguan muncul. Pondok darurat bergoyang-goyang. Suara erangan binatang buas terdengar. Pucat pasi Raymond dan Andin. Berkemungkinan harimau tengah mengintai!
Beruntung sampai pagi tidak terjadi apa apa.
Andin penasaran.
Bergetar tubuh Andin mendengarnya, Bagaimana mungkin bisa melakukannya?
Dengan jarak sejauh itu, bakal ditempuh dengan melawan arus.
Berkemungkinan akan datang lagi banjir bandang menerjang.
Belum lagi hewan buas berkeliaran, bakal ditemuinya!
Tak kuasa menahan tangis memikirkan hal tersebut, Rasanya ingin bunuh diri saja.Dari pada akan menghadapi bahaya lebih besar lagi.
Raymond memegang kedua tangan Andin, mentautkan kedua gelang dikenakannya, seraya berkata.
Mulai berbenah menyiapkan segala sesuatu yang tersisa. Alat penyelamat seperti pelampung, tali tambang masih bisa digunakan.
Ikan panggang sisa tadi malam masih ada, dilahapnya sampai habis, hanya menyisakan tulang- tulangnya saja.
CUT TO :
71. EXT. — SUNGAI - PAGI
Mulai menyusuri kali kecil menuju sungai utama.
Perjalanan dilakukan kadang berjalan di tepi kadang juga harus menyeburkan diri kesungai, Ketika menemukan tebing tinggi dan sempit.
Berbasah basah kembali. Raymond dan Andin sebenarnya tidak tahu posisinya ada dimana sekarang, dan masih berapa jauh lagi.
Tapi yang pasti jalur dilewatinya sekarang belum pernah dilalui sebelumnya.
Mulai terlihat binatang melata dikiri kanan tebing,biawak, ular, buaya sedang berjemur.
Raymond mulai waspada. Parang di pinggang siap digunakan sewaktu waktu.
CUT TO :
72. EXT — BERTARUNG DENGAN ULAR - PAGI
Tanpa disadari keduanya, dibelakang mereka, Riak air sungai bergelombang bergerak mendekati.
Sepertinya ada mahluk dasar sungai mengincar mereka berdua. Ternyata seekor ular besar, menggeliat kesana kemari terus bergerak semakin dekat!
Saat itu juga, ular sebesar paha muncul begitu saja Persis disamping Andin!
Andin kaget bukan main, menjerit, berteriak sejadi jadinya.
Raymond berusaha meraih Andin menjauh dari ular besar itu. Terlambat! .. Ular itu telah membelitnya dari samping!
Andin meronta ronta melepaskan diri. Tubuh Andin dihempas, dibanting keatas kebawah, membuat dirinya megap megap, banyak menelan air. Tidak bisa berteriak lagi.
Raymond melihat itu panik luar biasa, berusaha sekuat tenaga melepaskan belitan ular itu dari tubuh Andin.
Sia sia! Belitannya terlalu kuat. Tidak mampu melepaskannya! Sekarang seluruh badan Andin tergulung oleh ular besar. Hanya menyisakan kepalanya saja! Kepala ular berayun ayun dipermukaan air. Tepat berada di atas kepala Andin!
Raymond dengan sigap menghunus parangnya. Akan mengayunkan parangnya sekuat tenaga mengarah ke leher ular besar itu.
Terlihat mulut, rahang ular sudah menganga lebar. Menyeramkan! Dengan menunjukkan kedua taringnya. Siap menelan Andin bulat bulat!
Dengan cepat Raymond mengayunkan parangnya. Sekali tebas putus kepala ular seketika! Darah muncrat kemana-mana.
Belitan ular perlahan mulai mengendor. Raymond berusaha melepaskan belitan ular melilit tubuh Andin. Setelah terlepas menyeretnya ketepi sungai. Andin tidak sadarkan diri.
Sampai ditepi, menyandarkannya ke tebing. Membersihan darah ular melumuri seluruh wajah juga pakaian dikenakannya.
Air sungai tadinya berwarna coklat. Seketika berubah menjadi merah darah, Mengikuti tubuh ular tanpa kepala, hanyut terbawa arus sungai!
Raymond pernah melarang Bambang membunuh ular. Tapi kali ini ia melakukannya. Demi menyelamatkan Andin.
Menyandarkan tubuh Andin dipermukaan pasir tidak tergenang air.Menunggu sadar kembali. Khawatir belitan ular tadi menciderainya.
Perlahan mulai sadar, menyadari apa yang barusan terjadi.
Raymond telah menyelamatkan dirinya, tidak sampai ditelan ular besar itu. Memeluk Raymod sambil menangis sesunggukan.
Sambil memeluk Andin
CUT TO :
73. EXT. — POS KOMANDO - PAGI
Beberapa anggota Team penyelamat dari pasukan katak, amphibi, dikerahkan.
Menyiapkan beberapa perahu karet. Akan mengarungi sungai. Sebuah helikopter membawa pasukan komando mengiringi dari atas.
Berita musibah di alami kesembilan pemuda pemberani ini, sudah menyebar luas ke masyarakat, semakin banyak warga berdatangan, bahkan ada yang datang dari luar desa dan kota.
Tidak ketinggalan wartawan cetak dan media televisi meliput kejadian ini.
CUT TO :
74. EXT — SUNGAI - SIANG
Dengan sisa tenaga masih ada, Andin dan Raymond terus berjalan menyusuri sungai, Beberapa kali harus berenang melawan arus, menghadapi rintangan bebatuan dan pohon pohon tumbang diterjang banjir bandang sebelumnya.
Andin terpincang pincang Keduanya sudah kehabisan tenaga.
Percuma memaksakan diri, kini keduanya tertambat pada sebuah batu besar di tengah sungai. Tidak mampu lagi bertahan, tidak sadarkan diri dilandasan batu besar.
CUT TO :
75. EXT — HULU SUNGAI - SIANG
Hujan deras mengguyur di hulu, sungai meluap. Mulai datang lagi banjir bandang!
76. EXT — BATU BESAR - SIANG
Air sungai mulai meninggi, Sudah mencapai bibir batu besar. Akan menghanyutkan kembali kedua insan tidak berdaya itu.
di saat bersamaan di atas tebing sebelah kiri, kanan, Dua predator buaya besar mengedus mangsanya!
Terlihat ke dua predator itu turun kesungai bersama. Menghampiri dua sosok manusia, tergeletak tidak berdaya!
Tinggal sejengkal lagi kedua mahluk besar melata itu, mencapai bibir batu.
Kedua kaki depan dengan cakar tajam sudah mencengkeram, menapak bebatuan, datang dari samping kiri dan kanan.
Siap melumat tubuh Andin dan Raymond?
CUT TO :
77. EXT. — DIATAS BATU BESAR - SIANG
Di saat genting, terdengar suara helikopter menderu. Disertai suara tembakan senjata berat menyalak berkali-kali.
Tembakan senapan kaliber berat itu, dilesakkan oleh beberapa pasukan komando dari atas Helikopter. Datang tepat pada waktunya! Terbang rendah mengitari batu besar, sambil terus melepaskan tembakkan ke arah kedua buaya besar itu tanpa ampun!
Pasukan komando segera diterjunkan kebawah, Membawa dua tandu. Kemudian mengangkat kedua korban, langsung diterbangkan menuju base camp Bukit Seluma!
CUT TO :
78. EXT. — BASE CAMP - SIANG
Berita radio dari helikopter penyelamat mengabarkan telah menemukan korban tersisa. Disambut gembira semua anggota Basarnas. Menyebar ke masyarakat datang berduyun.
Termasuk Hermanto dan Istrinya,telah tiba kemaren sore. Juga anak anak muda; Marcel, Olivia, Astrid, Bambang, Arief, juga ipul, udin. Telah berkumpul. Sebelummya mereka memang bertekad kembali ke Bukit Seluma, mendengar kabar Andin dan Raymond belum ditemukan.
Sorak sorai gembira menyambut kedatangan Helikopter membawa Andin dan Raymond.
Keduanya dibawa kesebuah tenda perawatan darurat. Langsung ditangani team medis, Sebelum diterbangkan kembali kerumah sakit, Menggunakan Helikopter Puma diiringi oleh kedua orang tua Andin dan ke lima pemuda gagah berani.
CUT TO :
79. EXT. — RUMAH SAKIT - SIANG
Raymond lebih cepat pulih dari pada Andin. Andin mengalami beberapa komplikasi. Salah satunya infeksi di saluran pencernaan, akibat terlalu banyak menelan air mentah. Makan makanan tidak biasa selama di hutan.
Belum lagi retak tulang di beberapa bagian, akibat belitan ular besar.
Andin sudah tidak lagi di berada di Bengkulu, melainkan sudah diterbangkan ke Jakarta dirawat dirumah sakit terbaik.
CUT TO :
80. INT. — KAMAR VIP RUMAH SAKIT - SORE
Saat ini Andin ditemani kedua orang tuanya. Sudah bisa menceritakan kejadian mengerikan dialaminya.
Kedua orang tuanya tidak mampu menahan air mata setelah mendengar penuturan dari putri kesayangannya.
Sambil terisak dipelukan kedua orang tuanya.
Ketiganya berpelukan haru.
CUT TO :
81. INT. — KAMAR VIP RUMAH SAKIT - SORE
Andin sedang tertidur pulas, datang sosok pria menghampirinya, tidak berniat membagunkannya. Meletakkan sesuatu di pembaringan.
Ketika Andin terbangun mendapati sebuah buklet bunga mawar harum semerbak, Tidak melihat seorangpun membawakan bunga ini.
Hanya menemukan kartu cantik terselip bertuliskan.
KARTU UCAPAN
Butiran kristal air mata menetes membasahi kartu ditangannya.
CUT TO :
81. EXT. - LOBBY RUMAH SAKIT - SORE
Sosok pria, saat ini sedang duduk mengamati foto dilayar ponselnya.
Sebuah gambar dimana mereka berdua pernah berfoto bersama di depan batu besar menjadi latar belakang. Waktu menemukan air terjun.
Batu besar itu aslinya berwarna abu abu polos, Hasil fotonya berbeda!
Memperlihatkan bentuk kepala manusia samar samar. Lengkap dengan mata hidung mulut dan jambang lebat! Menyeramkan, Aneh tapi Nyata!
82.EXT. — AIR TERJUN - SORE
Adegan beralih penampakan air terjun Bukit Seluma. Memperlihatkan air terjun tersebut masih tegak berdiri, Kokoh!
Menumpahkan jutaan kubik air kelantai dasar dengan suara bergemuruh! Memercikkan kabut air menerobos sela sela pepohonan lebat.
Menyepi sendiri dibalik kelebatan hutan balantara. Hanya ditemani kicauan suara burung, serta celotehan gerombolan monyet ekor panjang.
Kamera mundur kebelakang memperlihatkan batu besar. Masih ada disitu! Tidak ada yang aneh.
Permukaan batu besar itu, masih tetap berwarna abu abu polos. Namun yang tampak di layar bioskop..!
Sama persis seperti terpampang di layar kaca ponsel sedang dipegang sosok priya termenung sendiri dibangku lobby rumah sakit.
Sepertinya Air Terjun itu tidak ingin diganggu oleh siapapun!
FADE OUT :
THE END