ABOUT LAST NIGHT
10. Kembali Utuh

INT. RUMAH DIKO -- MALAM.

DIKO

Mau ngomongin apa?

BAPAKNYA DIKO

Duduk dulu.

DIKO

Kalo soal perempuan itu aku pulang aja.

BAPAKNYA DIKO

Kenapa kamu kaya gini sama Bapak?

DIKO

Kenapa? Really?

BAPAKNYA DIKO

Bapak minta maaf ok kalo Bapak salah. Gimana Bapak mau jelasin kalo kamu aja diajak ngomong susah.

DIKO

Kenapa Bapak gak ngajak Diko ngomong saat Diko diajak ngomongnya gampang? Bapak mau ngomong saat Bapak punya kepentingan doang kan. Bapak mau ngapain kek bodo amat Diko gak peduli. Terserah . . . . terserah Bapak mau ngelakuin apa, terserah (lalu pergi).

BAPAKNYA DIKO

Ko. . . .(Teriak).

INT. KOSTAN -- MALAM.

HARI

(Buka hp dan isinya kalo Iren minta putus). (Dia pun langsung ke kosannya Iren dan ternyata Iren udah pindah kosan seminggu yang lalu. Hari telpon pun gak diangkat dan mulai gak ada kabar setelahnya karena kontak dan semua sosial medianya sudah diblok oleh Iren.)

EXT. DEPAN RUANGAN PAK ANDI -- DAY.

ANIN

(Menunggu dengan sabar Diko yang tak kunjung datang padahal bimbingan akan segera dimulai. Ngechat Diko yang isinya: Kamu dimana?).

DIKO

(Diko pun hanya mereadnya dan tak membalasnya). (Ia hanya tergolek lemas di tempat tidur masih lengkap dengan pakaian kemarin dan menutupi bagian kepalanya dengan bantal dengan keadaan tengkurap.

PAK ANDI

Ayo Anin.

ANIN

Iya pak.

(Setelah bimbingan pun Anin menchat kembali Diko yang isinya: Kamu sakit? Ko gak dateng bimbingan).

DIKO

(Kembali hanya meread chatnya dan tak membalas).

 

EXT. RUANGAN PAK BENNY -- DAY.

PAK BENNY

Coba saya liat (Ia pun dengan cepat langsung lalu mencore-coret semua skripsinya Lale).

LALE

(Hanya diam).

PAK BENNY

(Ia pun berjalan dengan membawa skripsi Lale lalu membuangnya ke tempat sampah).

LALE

(Ia pun terlihat marah dengan mengepalkan tangannya sembari melihat skripsinya yang dibuang itu).

INT. KAMAR ANIN -- MALAM.

Anin mencoba telepon dan chat dan masih gak ada kabar dari Diko. Anin pun mengirim selfie dia dengan bangku kosong dan roti isi yang biasa dia bawa. Dia memilih menunggu karena hanya itu yang dia dapat lakukan saat ini dan berharap sesuatu yang baik akan terjadi.

Sementara itu Iwan yang sudah hampir habis uang bulanannya pun mulai cari pengajian-pengajian terdekat berharap besek untuk makan malamnya. Malu untuk meminta Uang kepada Bapaknya. Berhari-hari menahan lapar dan terus menurus mengejar bimbingan.

Hari masih saja menghabiskan waktunya untuk mencari Iren yang padahal bukan pacarnya lagi dan jujur saja Iren sudah tidak menganggapnya ada. Fokusnya terpecah karena Iren menghilang begitu saja dari hidupnya

Lale pun setiap hari kerjaannya cuma mantengin sosial medianya Momo karena dia merasa kehilangan, bersalah, dan tentunya kangen. Lale pun sempat melihat grup chat mereka dimana mereka kali mengobrol sudah lebih dari 1 bulanan yang lalu.

Diko pun menghilang dan memilih mengurung diri di kamar kostan. Kamarnya pun sudah kaya kapal pecah, sampah Popmie, botol Aqua, dan Chiki terlihat berserakan dikamarnya itu. Ia sudah tidak bimbingan selama sebulanan ke Pak Andi dan Anin pun hanya bisa menunggu dan menunggu.

Hari-hari terasa sangat gelap dan sepi bagi mereka. Disaat mereka butuh satu sama lain tapi mereka memilih ego mereka masing-masing yang membuat hari mereka seperti neraka.

 

EXT. DEPAN RUANGAN PAK ANDI -- DAY.

PAK ANDI

Nin ayo.

ANIN

Nanti dulu Pak masih nungguin Diko.

PAK ANDI

Diko gak bakalan dateng juga hari ini Nin. Udah sebulanan dia gak bimbingan sama saya. Jangan berharap.

ANIN

Cuma harapan Pak yang saya punya (sambil tersenyum).

PAK ANDI

(Terdiam sejenak dan ia pun kembali masuk ke ruangannya dengan keadaan cemas).  

 

EXT. DEPAN RUANGAN PAK MALIK -- DAY.

PAK MALIK

Beliin saya ini.

IWAN

Ya pak.

Setelah ngasih makanan ke Pak Malik, Iwan pun disuruh pulang karena Pak Malik masih sibuk. Begitu pun selama sebulan dan benar saja uang Iwan pun sudah tinggal sedikit sedangkan tanggal muda masih jauh dan ia terlalu malu untuk meminta kepada kedua orang tuanya.

 

EXT. TEMPAT MANGKAL TUKANG GORENGAN -- SIANG.

LALE

(Nanya ke ruko yang selama ini dia mangkal) Tukang gorengan kemana?

KOKOH

Oh udah sebulanan dia gak jualan.

LALE

Kenapa?

KOKOH

Mana gua tau, mana sewanya udah mau abis lagi nih.

LALE

Gua minta nomernya.

KOKOH

Percuma, gua udah berkali-kali hubungin tapi dia gak jawab. Udah ganti nomer juga kayanya.

LALE

(Ambil duit dari dompetnya). Nih.

KOKOH

Apaan nih?

LALE

Buat sewa dia beberapa bulan kedepan. Jangan lo apa-apain nih gerobaknya.

KOKOH

(Ngitung duit). Ok.

Berkali-kali Lale pun balik kesana dan masih aja tidak tampak si Tukang Gorengan itu. Lale pun sesekali ke kampusnya Momo dan melihatnya dari kejauhaan ia terlihat lebih bahagia sekarang dan membuatnya merasa kehilangan.

Diko masih aja ngerem di kosan nunggu bertelor, sementara Anin masih nunggu Diko untuk bimbingan di depan ruangan Pak Andi dengan setia beseta Roti isinya.

Pak Andi pun khawatir dengan kondisi Diko dan Anin.

Iwan yang berhari-hari gak makan pun akhirnya sakit dan berdiam di kosan. Merasa gagal jadi seorang anak dan malu akan ketidakmampuannya dengan menghadapi masalah yang ada.

Hari masih saja mengejar Iren dan masih aja belom dapat penjelasan yang ia inginkan. Buang-buang waktu buat sesuatu yang sudah jelas alasannya.

Pada malam hari, Diko pun sadar kalau selama 3 hari ini dia tidak mendengar apapun dari kamar Iwan yang tepat bersebelahan dari kamarnya dan ia pun menyimpulkan kalo dia sakit dan kehabisan uang bulanan dari orang tuanya.

Diko pun segera keluar kamar dengan hanya memakai boxer di jam 12 malam ke Indomaret dengan tujuan mengambil uang dan pergi ke apotik 24 jam.

EXT. DEPAN KAMARNYA IWAN -- MALAM.

DIKO

(Mengetuk pintu kostan Iwan).

IWAN

(Ia pun berjalan dengan muka yang pucat dan keringat bercucuran di wajahnya) Ada apa? (sambil membuka pintu dengan hanya terlihat setengah wajahnya saja).

DIKO

(Ngasih makanan, duit 3 juta dengan diikat karet dan obat-obatan) Jangan mati. (Langsung kembali ke kamarnya).

IWAN

(Ia menerima plastik yang berisi Nasi Goreng, uang 3 juta yang diikiat karet, dan obat-obatan). (Ia pun langsung makan makanan yang Diko kasih dengan semangat. Setelah 3 kali suapan tanpa henti ia lalu berhenti dan tangis pun pecah).

(Iwan pun memukul tembok kamar kostnya yang menunjukan rasa terima kasihnya sembari menangis).

DIKO

(Membalas pukulan Iwan kembali sembari menangis dan bersandar duduk ditembok).

Akhirnya Diko, Lale, Iwan dan Hari pun mulai konsentrasi lagi skripsi mereka dan melupakan sejenak masalah-masalah mereka.

 

EXT. DEPAN RUANGAN PAK ANDI -- DAY.

ANIN

(Anin terlihat masih nunggu Diko).

DIKO

(Duduk).

ANIN

Kamu gapapa?

DIKO

Gapapa.

PAK ANDI

Anin masuk.

Anin pun selesai bimbingannya dan sekarang Diko yang masuk ke ruangan Pak Andi.

PAK ANDI

Udah?

DIKO

Apanya Pak?

PAK ANDI

Udah dikumpulin egonya?

DIKO

(Ngangguk-nganguk).

PAK ANDI

Kamu tau kalo Anin juga mogok bimbingan saya gara-gara enak kamu. Dia selalu dateng di jadwal bimbingan saya tapi dia gak mau masuk karena kamu gak ada. Dia nunggu di sofa biasa kamu berdua duduk sambil megang erat bekel roti isi.

Saya tahu kamu punya masalah dan itu urusan kamu tapi tolong jangan campur adukin masalah kampus sama urusan pribadi, saya tahu itu susah tapi kamu harus bisa tetap bedain. Jangan hancur, tetap bertahan meskipun gak ada siapapun. Sayang.

Mana skripsimu?

DIKO

(Ngasih skripsi).

PAK ANDI

Ok ini udah bagus perbaiki sedikit yang saya tandai. Saya mau Bab 4 selesai dalam 2 minggu, kita sekarang berpacu dengan waktu karena deadline daftar sidang 3 minggu lagi tutup. Jangan pikirin yang lain dulu fokus ke skripsi kamu dulu ok.

DIKO

(Ngangguk dan keluar ruangan Pak Andi).

PAK ANDI

Anin perempuan baik.

DIKO

(Sambil memegang gagap pintu, berhenti sejenak dan lalu keluar). Lo gak harus nungguin gua.

ANIN

Kita kan mulai bimbingannya sama-sama jadi selesainya juga harus sama-sama.

DIKO

(Ngomong pelan dan bilang kalo lo baik gini gua bakalan lemah).

ANIN

Apa?

DIKO

Gak.

ANIN

Ini rotinya.

DIKO

Kenapa?

ANIN

Aku kan udah janji.

EXT. TEMPAT MANGKAL TUKANG GORENGAN -- SORE.

LALE

(Dengan peralatan lengkap seperti sabun cuci, spons, sikat dan ember Lale pun nguci gerobak Tukang Gorengan yang sudah terlihat kotor dan dekil).

Anak-anak kampus yang lewat pun terheran dengan tingkah laku Lale yang seperti itu.

HARI

Yang bersih.

LALE

(Ngeliat kesamping). Bantuin gua lah.

HARI

Kalo lo pikir gua disekolahin tinggi-tinggi sama orang tua gua dan kalo ada yang nyuruh gua nyuci gerobak gorengan dan gua mau, lo bener hehe.

LALE

(Ia pun senyum lebar dan gelempar spons).

HARI

Gua kangen sama lo nyong.

LALE

Najis.

HARI

(Terisak sambil jongkok).

LALE

(Menghampirinya dan memuku kepalanya). (Lale pun ikut menangis lalu mengusap matanya dengan spons penuh busa di tangan kanannya). Sama

 

INT. BALE KOSAN -- MALEM.

Diko dan Iwan pun sibuk mindahin kompor kosan ke bale karena mereka berdua pengen masak mie disana.

IWAN

(Sambil gotong kompor). Gapapa nih?

DIKO

Gapapa tenang aja, ini malem minggu anak-anak kosan yang lain juga pada main semua dan pulang pagi.

IWAN

Iya lo bener.

Pas lagi asik-asiknya masak mie pun, Lale dan Hari ikutan tanpa ada sepatah kata pun yang keluar langsung ikutan seakan mereka gak pernah berantem. Diko dan Iwan pun kebingungan tapi milih diem aja. Lale masukin mienya dan begitupun dengan Hari masing-masing 2 jadi ada 8 mie di satu penggorengan/panci.

Mienya pun sudah matang dan mereka pun pindahin kemangkok dengan porsi yang adil biar gak ribut karena soal mie adalah hal yang sensitif.

HARI

(Ngeluarin susu kental manis dan diliatain anak-anak). Ini siapa yang naro di belanjaan gua si? (lempar susu kental manisnya).

IWAN

(Ngasih telor masing-masing 2 ke yang lain).

Mereka pun makan mie tersebut tanpa ngobrol hanya makan lahap dan diam.

HARI

Ada yang mau bahas.

LALE

Gak. Gua butuh tidur dan lo semua juga.

DIKO

(Ngangguk).

 

EXT. PARKIRAN KOSAN -- DAY.

Lale, Iwan dan Hari pun nunggu Diko buat berangkat bareng ke kampus.

LALE

Ayolah.

DIKO

Gak lo duluan aja.

LALE

Ko kalau soal yang kemaren-kemaren . . . .

DIKO

Gak gak gua gak marah kita ketemuan di kampus nanti gua kabarin.

Diko pun berangkat dengan motornya dan pergi jemput Anin di rumahnya.

ANIN

(Keluar dari pagernya dan ngeliat Diko dan dia pun senyum).

DIKO

Jangan kebanyakan senyum nanti gigi kamu kering (ngasih helm).

ANIN

Hehe apa kamu? kamu? (sambil joget).

DIKO

Lo gue lagi aja deh.

ANIN

Aaaaa aku kamu aja hehe.

Diko dan Anin pun dateng berdua dan ketemuan sama anak-anak yang lain.

HARI

Gila gila gila gila ketinggalan berita penting gini gua.

IWAN

2 bulan waktu yang banyak buat hati lo patah.

LALE

dan kembali buat hati lo utuh.

DIKO

Gak usah gua kenalin kan.

LALE

Kentut.

DIKO

Kita ketemu lagi pas makan siang, kita selesain yang harus diselesaiin.

HARI

Ok.

EXT. DEPAN RUANGAN PAK ANDI -- DAY.

ANIN

(Senyam senyum).

DIKO

Senyam senyum mulu dari tadi kaya apaan tau.

ANIN

Aku seneng tahu.

DIKO

Awas nanti nangis.

ANIN

Aaaaaa (langsung berenti senyum sejenak lalu senyum lagi).

DIKO

(Senyum).

PAK ANDI

Udah ditembak Ko?

DIKO

Hah?

ANIN

Belom Pak.

PAK ANDI

Udah tembak nunggu apaan lagi.

ANIN

Tau tuh Pak.

PAK ANDI

Ayo masuk berdua aja sekaligus biar cepet kita semua dikejar waktu. Bantuin temen-temen kamu yang lain.

DIKO

Bapak tau dari mana?

PAK ANDI

Ya tau dong, Dosen Pembimbing temen-temen kamu temen saya semua. Mereka juga ikutan pusing kalo kalian gak lulus tepat waktu.

ANIN

Kenapa emangnya Pak?

DIKO

Karena kita itu 5 anak terpintar di Angkatan ini, kalau kita gak lulus tepat waktu Pak Andi dan Dosen yang lain nanti bisa kena masalah.

PAK ANDI

Jangan sok tau kamu, ayo kita bahas skripsi kalian aja.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar