ACT.2
2.9
#110.RUANG RAWAT INAP — SIANG
CAST : Luna, Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)
Tampak ruangan bernuansa putih dengan satu ranjang pasien dan satu sofa panjang di sudut ruangan. Widya tampak duduk bersandar di sofa samping Arya yang sedang tertidur. Tiba-tiba Widya mendengar suara Luna samar.
LUNA (O.S)
Ayah. Ayah.
Widya bergegas menghampiri Luna untuk memastikan.
WIDYA (IBU AMMAR)
(Berdiri di samping ranjang)
Luna, alhamdulillah, kamu sudah siuman.
LUNA
(Lemah)
Ayah, mana?
Widya segera menghampiri dan membangunkan Arya.
WIDYA (IBU AMMAR)
(Membungkuk, menyentuh bahu Arya)
Mas Arya, bangun, Mas. Luna sudah siuman.
Arya membuka mata pelan-pelan.
WIDYA (IBU AMMAR) (CONT'D)
Luna, Mas.
Arya segera beranjak begitu mendengar nama Luna disebut. Arya menghampiri ranjang Luna.
LUNA
Ayah, kenapa aku bisa ada di sini?
ARYA (AYAH LUNA)
Semalam kamu kecelakaan. Kamu baru aja selesai operasi. Bagian perut kamu ada yang terluka, jadi kamu jangan banyak bergerak dulu ya.
LUNA
(Menangis)
Aku gak mau di sini. Aku mau pergi.
ARYA (AYAH LUNA)
Luna, Ayah gak akan biarkan kamu pergi ke mana-mana. Ayah minta maaf karena terlalu keras dan tidak percaya sama kamu.
LUNA
Apa benar yang dikatakan Ammar kalau kita berdua adalah saudara kandung?
Widya mengeluarkan air mata mendengar pertanyaan Luna.
ARYA (AYAH LUNA)
(Mengalihkan pembicaraan)
Lebih baik kamu istirahat, Luna. Jangan memikirkan apa-apa sebelum kondisi kamu pulih.
LUNA
(Mengeluarkan air mata)
Aku butuh kejelasan, Ayah. Mau sampai kapan ayah menutupi sesuatu dari aku. Kenapa cuma aku yang gak tau apa-apa di sini?
Arya terdiam. Arya belum sanggup bercerita kepada Luna.
LUNA
Aku bukan anak kecil lagi, Ayah. Aku harus tau, apa yang terjadi dalam keluarga kita.
ARYA (AYAH LUNA)
(Menangis)
Maafkan, Ayah, Luna. Ayah belum sanggup cerita sama kamu. Ayah gak mau kehilangan kamu.
LUNA
Ayah udah lama kehilangan aku. Tapi Ayah gak sadar itu.
ARYA (AYAH LUNA)
(Menunduk sambil berpikir)
Baik. Ayah akan menuruti kemauan kamu. Ayah akan cerita semuanya.
Widya tidak bisa menahan sesak di dada. Suara tangisnya pecah di dalam ruangan.
DISSOLVE TO
#111.BEGIN FLASHBACK — VARIOUS LOCATIONS
CAST : Arya muda, Sekar muda, Widya muda.
A. Rumah kontrakan - Tampak Arya (25) dan Widya (23) masuk ke dalam rumah petak membawa barang-barang. Arya dan Widya terlihat bahagia.
ARYA (AYAH LUNA) (V.O)
Ayah sudah berpacaran dengan Widya sejak kami di bangku SMA. Tetapi keluarga Ayah tidak pernah menyetujui hubungan kami. Akhirnya setelah Ayah lulus kuliah, Ayah pergi dari rumah dan diam-diam menikahi Widya.
B. Rumah sakit - Tampak Ayah Arya berbaring di ranjang rumah sakit dikelilingi keluarga besar. Tampak Arya berdiri di depan ranjang. Di samping ranjang Ayah Arya, berdiri Sekar (24).
ARYA (AYAH LUNA) (V.O)
Pernikahan kami berjalan lancar sampai akhirnya kakek kamu menjodohkan Ayah dengan Ibu kamu. Kakek kamu pura-pura terkena serangan jantung agar Ayah mau menikahi Ibu kamu.
C. Taman - Tampak Arya dan Sekar duduk bersebelahan di bangku taman. Arya terlihat kebingungan.
ARYA (AYAH LUNA) (V.O)
Ayah benar-benar bingung harus berbuat apa, karena saat itu Widya sedang mengandung Ammar. Akhirnya Ayah memutuskan untuk berani berkata jujur dengan Ibu kamu. Ayah menceritakan semua yang telah terjadi.
D. Rumah kontrakan - Tampak Arya mempertemukan Sekar dan Widya. Perut Widya terlihat buncit. Sekar memeluk Widya di depan Arya.
ARYA (AYAH LUNA) (V.O)
Awalnya Ayah sempat ragu, tetapi Ibu kamu memaksa untuk bertemu Widya. Akhirnya ibumu dan Widya bertemu untuk pertama kali. Ayah tidak menyangka Ibu kamu berlaku baik terhadap Widya.
END FLASHBACK
CUT BACK TO
#112.RUANG RAWAT INAP — SIANG
CAST : Luna, Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)
Tampak Luna terdiam mendengar cerita Arya.
ARYA (AYAH LUNA)
Ayah beruntung bertemu Ibu kamu, Luna. Dengan mudahnya Ibu kamu setuju menikah dengan Ayah tanpa Ayah harus menceraikan Widya.
WIDYA (IBU AMMAR)
(Menangis)
Ibu kamu berhati malaikat, Luna. Kalau bukan karena Ibu kamu, Ammar tidak akan mengenal Ayahnya. Dia akan lahir tanpa kasih sayang seorang Ayah.
Luna memalingkan wajah untuk menyembunyikan tangisnya.
WIDYA (IBU AMMAR)
Saat itu ayah kamu belum punya apa-apa. Dengan hati lapang, Ibu kamu membantu semua proses dan biaya persalinan Ammar sampai kami bisa keluar dari rumah sakit.
LUNA
(Menangis)
Berarti semua yang aku liat selama ini cuma kebohongan? Ayah gak pernah mencintai Ibu. Bahkan mungkin Ayah gak pernah berharap aku dilahirkan.
ARYA (AYAH LUNA)
Kamu salah, Luna. Ayah sangat mencintai Ibu kamu.
Ibu kamu sangat bahagia bisa mengandung kamu. Kehadiran kamu malah menyempurnakan keluarga kami. Terutama Ammar, dia sangat bahagia punya adik perempuan, walaupun kalian tidak tinggal satu rumah.
LUNA
Tapi kenapa Ayah dan Ibu menyembunyikan semuanya dari aku?
ARYA (AYAH LUNA)
Kami semua sudah sepakat untuk memberitahu kamu pada saat hari ulang tahun kamu yang ke sepuluh. Tapi belum sempat keinginan kami terlaksana, Ibu kamu harus keluar masuk rumah sakit. Sampai akhirnya Ibu kamu meninggal, Ayah tidak punya keberanian untuk menceritakan semuanya.
LUNA
Ayah memang Egois. Ayah selalu mementingkan diri Ayah sendiri.
Dari kejauhan tampak mereka yang ada di ruangan saling menyembunyikan tangisan masing-masing.
CUT TO
#113.INT.RUANG RAWAT INAP — SORE
CAST : Ammar, Luna, Aleta
Tampak pintu ruangan terbuka. Ammar dan Aleta yang masih berseragam putih abu-abu muncul dari balik pintu. Aleta buru-buru menghampiri Luna. Disusul Ammar dibelakang.
ALETA
(Memeluk sambil menangis)
Lunaaa.
LUNA
Udah, Ta. Gue baik-baik, aja.
ALETA
(Masih memeluk)
Gue udah pernah dengar lo ngomong begini. Tapi buktinya mana?
LUNA
Terus lo mau peluk gue sampai kapan? Sampai gue keluar dari rumah sakit?
ALETA
(Melepas pelukan)
Ya, enggak gitu juga.
(Duduk di atas ranjang)
Sekarang gimana, masih ada yang sakit?
Luna menggeleng.
AMMAR
Aku lega operasi kamu berjalan dengan lancar, Lun.
Luna tidak menanggapi.
LUNA
Aku mau ngomong sama Aleta berdua aja.
Aleta beradu pandang dengan Ammar.
AMMAR
Ok. Aku keluar.
Ammar bergegas keluar. Tidak ada percakapan sampai Ammar keluar dan pintu tertutup kembali.
ALETA
Ammar udah cerita semuanya sama gue, Lun. Kalau sebenarnya kalian itu ....
LUNA
(Menyela)
Saudara kandung.
Ternyata dari dulu memang cuma Ammar anak kesayangan Ayah, bukan gue, Ta.
ALETA
Semua orang sayang sama lo, Lun. Gue juga sayang sama lo. Jadi lo jangan berpikiran kaya gitu.
LUNA
Gue bingung, Ta. Selama ini gue cuma kaya robot yang setiap hari melakukan apa yang Ayah minta, bukan apa yang gue inginkan.
Gue melakukan itu karena gue masih berharap bisa dapetin kembali perhatian Ayah seperti dulu.
(Jeda)
Tapi sekarang, setelah gue tau kenyataan yang sebenarnya. Gue udah gak punya harapan apa-apa. Gue serasa figuran yang cuma muncul sesekali dan itu pun belum tentu orang sadar.
ALETA
(Mengelus telapak tangan Luna)
Lun, gak akan ada orang yang ninggalin lo.
Lo seharusnya bangga sama diri lo sendiri karena udah bisa bertahan sampai sejauh ini. Gak ada orang yang sekuat diri lo.
Luna Meneteskan air mata.
ALETA (CONT'D)
Mulai sekarang lo harus membuka diri. Buang semua pikiran negatif tentang Ayah lo, Ammar dan ibunya. Mereka benar-benar tulus sayang sama lo, Luna.
Lo itu istimewa. Bahkan gue iri sama lo. Kedua orang tua gue sibuk sama bisnis mereka masing-masing. Sementara, lo punya orang tua yang sayang dan kakak yang selalu siap jagain lo kapan aja.
LUNA
Apa gue masih pantas dapat semua kebahagiaan setelah apa yang udah gue lakuin sama mereka?
ALETA
Semua orang berhak bahagia, Luna.
CUT TO