A Kaluna
12. ACT.2 (2.8)

ACT.2

2.8

#99.INT.KAMAR LUNA — MALAM

CAST : Luna


Tampak ruang kamar dengan lampu redup. Terdengar suara hujan samar-samar dari luar. Luna sedang berbicara dengan Aleta lewat telepon.

LUNA

(Duduk di ranjang menarik selimut)

Gue terpaksa ngelakuin itu, Ta. Gue gak punya pilihan.


ALETA (V.O)
Iya. Tapi tindakan lo terlalu beresiko, Lun.


LUNA

(Bersandar di kepala ranjang)

Gue tau, gue salah. Tapi untungnya Ammar menampik ciuman gue. Jadi foto yang tersebar itu murni editing.


ALETA (V.O)
Gue percaya sama lo, Lun.
Jadi menurut lo siapa yang sengaja nyebarin foto itu. Erika atau Virgo?


LUNA
Gue gak tau. Mereka berdua sama aja. Gue juga bingung, kenapa Erika bisa tau kalau gue sama Ammar cuma saudara tiri.
(Jeda)
Dan setelah gue liat perbuatan pengecut Virgo ke Ammar tadi, gue gak mau berhubungan sama Virgo lagi.


ALETA (V.O)
Maaf ya, Lun. Gue nyesal udah dukung lo buat deket sama Virgo dari awal. Ternyata Ammar benar.


LUNA
Sebenarnya dari awal gue udah tau kalau Virgo itu cowok gak beres. Cuma gue aja yang masih ngotot mau berhubungan sama dia.


ALETA (V.O)
Tapi kondisi Ammar baik-baik aja, kan, Lun?


LUNA
Tenang aja, pangeran lo masih bisa jalan, kok.


ALETA (V.O)
Syukur, deh, kalau begitu.
Lo harus tetap tenang, ya, Lun. Gak usah dengerin omongan anak-anak di sekolah tentang lo sama Ammar.


LUNA
Gue udah gak peduli, Ta, mereka mau ngomong apa. Gue udah capek. Hidup gue udah terlanjur berantakan.


ALETA (V.O)
Lo gak boleh patah semangat gitu, dong, Luna.


Tiba-tiba terdengar suara Arya berteriak memanggil nama Luna dan Ammar.

ARYA (AYAH LUNA) (O.S)
Lunaa. Ammaar.


Luna diam sejenak. Luna mempertegas suara Arya yang berulang kali memanggil namanya. Suara Arya bertabrakan dengan suara hujan yang semakin deras.

LUNA

(Beranjak dari ranjang)

Ta, udah dulu, ya. Kayanya gue dipanggil, deh, sama Ayah.


ALETA (V.O)
Ok, Lun. Bye.


Luna memutus sambungan telepon. Luna melempar ponselnya ke ranjang.


CUT TO


#100.INT.DEPAN KAMAR — MALAM

CAST : Ammar, Luna


Tampak pintu kamar Ammar dan Luna terbuka bersamaan. Ammar dan Luna keluar dari kamar masing-masing.

LUNA
Ayah panggil kita, ya, Mar?


AMMAR
Iya. Gak biasanya Ayah panggil kita teriak-teriak begitu.


Luna dan Ammar bergegas menuruni anak tangga.

CUT TO


#101.INT.RUANG TENGAH — MALAM

CAST : Ammar, Luna, Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)


Tampak Arya dan Widya berdiri di depan meja ruang tengah. Arya membungkuk sambil meletakkan telapak tangan di atas meja. Raut wajahnya terlihat kesal.

WIDYA (IBU AMMAR)

(Mengelus bahu Arya)

Mas, sabar, Mas. Masalah ini masih bisa dibicarakan dengan baik-baik.


ARYA (AYAH LUNA)

(Menoleh ke arah Widya)

Mereka sudah keterlaluan, Bu. Ini masalah besar.


Widya khawatir melihat Arya hilang kesabaran. Tidak lama, Ammar dan Luna muncul.

LUNA

(Berhenti di depan meja depan Arya)

Ada apa, Yah, panggil kita malam-malam begini?


Arya menegakkan badan. Arya memperhatikan wajah Ammar.

ARYA (AYAH LUNA)

(Nada tinggi)

Ammar! Kenapa muka kamu lebam begitu? Kamu berkelahi di sekolah?


LUNA

(Menyahut)

Ammar dikeroyok sama teman-temannya.


Seketika Ammar melihat ke arah Luna. Ia kaget Luna angkat bicara.

ARYA (AYAH LUNA)

(Naik pitam)

Kalian berdua keterlaluan. Belum satu masalah selesai, sudah ada masalah lain.


Widya tidak berkutik. Ia diam saja berdiri di belakang Arya

ARYA (AYAH LUNA) (CONT'D)
Sekarang jelaskan sama Ayah. Apa yang terjadi dengan kalian berdua?


LUNA
Aku sama Ammar gak salah apa-apa, Yah. Mereka yang cari perkara duluan.


ARYA (AYAH LUNA)
Jangan-jangan perkelahian kalian ada hubungannya dengan foto ini.
(Menunjukkan foto di pesta Erika)


Luna terkejut melihat foto dirinya dan Ammar ada di ponsel Arya.

AMMAR

(Memohon)

Ayah, aku bisa jelaskan kejadian sebenarnya.


ARYA (AYAH LUNA)
(Murka)
Foto ini sudah cukup jelas. Kalian mau beralasan apa lagi?


LUNA

(Menyahut membela diri)

Foto itu cuma hasil editan, Yah.


ARYA (AYAH LUNA)

(Nada tinggi)

Kalian pikir Ayah percaya?! Ingat, kalian ini bersaudara. Perbuatan kalian sudah benar-benar melanggar aturan.


LUNA

(Menyahut dengan nada tinggi)

Melanggar apa? Lagipula Ammar bukan siapa-siapa aku. Bahkan kita gak punya hubungan darah sedikit pun, Yah.


ARYA (AYAH LUNA)
Bukan berarti kalian bisa berbuat seenaknya. Kalian sudah mengecewakan ayah. Terutama kamu, Ammar! Kamu sudah merusak kepercayaan ayah.


AMMAR
Aku minta maaf, Yah. Aku berani bersumpah kalau tidak terjadi apa-apa antara aku dan Luna.


ARYA (AYAH LUNA)
Ayah harus percaya siapa? Foto ini jelas sebagai bukti. Apa kalian sengaja mau menghancurkan keluarga ini?


LUNA

(Menyahut)

Tanpa ada masalah ini pun, keluarga kita memang udah hancur, Yah.


ARYA (AYAH LUNA)
(Menggebrak meja)
Luna! Jaga bicara kamu.


Widya terkejut. Ia terlihat menahan tangis. Ammar tidak berkutik melihat Arya Naik pitam.

LUNA

(Menyahut dengan nada tinggi)

Aku gak asal bicara. Keluarga ini memang gak sesempurna seperti apa yang Ayah tunjukan ke semua orang.
Semenjak Ammar dan Ibunya datang ke rumah ini, keharmonisan keluarga ini hancur.


ARYA (AYAH LUNA)
Diam kamu, Luna! Tidak sepantasnya kamu bicara seperti itu.


LUNA

(Menangis, bicara dengan nada tinggi)

Aku udah capek diam terus, Yah. Aku udah gak tahan ada di keluarga ini.
Sedikit pun Ayah gak pernah mikirin perasaan aku. Bahkan dengan mudahnya Ayah membawa mereka masuk ke dalam keluarga kita, tanpa bicara terlebih dahulu sama aku.
Ayah selalu membuat keputusan sendiri. Ayah pikir aku bahagia?


AMMAR
Luna, kamu gak boleh bicara seperti itu sama Ayah.


LUNA
Kenapa? Apa cuma Ayah yang boleh bicara di sini? Kenapa aku gak pernah diberi kesempatan buat mengeluarkan isi hati aku. Aku punya hak untuk diperlakukan secara adil.


Semua mendadak terdiam.

LUNA (CONT'D)

(Emosi)

Kenapa sekarang Ayah diam aja? Kenapa kalian semua diam?
Apa cuma aku yang merasa tertekan ada di keluarga ini?

(Menangis tersedu)

Kalau memang kehadiran aku cuma menghambat kebahagiaan kalian. Lebih baik aku pergi aja dari rumah ini.


Luna berlari meninggalkan ruang tengah. Arya hanya diam tanpa menanggapi kemarahan Luna.

WIDYA (IBU AMMAR)
(Menangis)
Mas, kamu jangan diam aja. Tahan Luna, mas. Jangan biarkan Luna pergi.


Arya duduk bersandar di kursi dengan wajah kusut tanpa menanggapi permintaan Widya.

AMMAR
Ammar, tolong kamu bujuk Luna, Mar.


Ammar mengangguk. Ammar segera menyusul Luna ke kamarnya.


CUT TO


#102.INT.KAMAR LUNA — MALAM

CAST : Ammar, Luna


Tampak lemari pakaian Luna terbuka. Luna mengeluarkan koper kecil, lalu meletakkan koper di atas ranjang. Sesekali Luna menghapus air mata yang terus mengalir di pipi. Ammar masuk ke dalam kamar Luna.

AMMAR

(Panik)

Luna, kamu mau ke mana? Di luar hujan deras, Lun.


LUNA

(Memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper)

Kamu gak usah ikut campur, Mar.


AMMAR
Masalah ini bisa dibicarakan baik-baik. Kita tunggu sampai emosi Ayah reda.


LUNA

(Ke sana kemari mengambil barang-barang)

Percuma! Aku udah capek berdebat sama Ayah. Aku udah gak tahan dengan permasalahan yang ada di rumah ini.


AMMAR
Aku bisa meyakinkan Ayah kalau kejadian yang sebenarnya berbeda dengan yang ada di foto itu.


LUNA

(Menaruh asal barang-barang ke dalam koper)

Terserah kamu.

(Air mata masih mengalir)

Aku udah gak peduli sama foto itu. Aku udah gak peduli Ayah mau percaya atau enggak. Aku cuma mau pergi dari rumah ini. Aku mau hidup tenang.


AMMAR
Tapi aku peduli, Luna. Aku gak mau liat kamu terus menerus menderita kaya gini.


Luna menutup koper, kemudian menegakkan badan menghadap Ammar.

LUNA

(Nada tinggi)

Apa peduli kamu, Mar. Bahkan kita gak ada hubungan apa-apa kalau bukan karena Ayah menikahi Ibu kamu.
Kamu udah terlalu jauh mencampuri kehidupan aku.


AMMAR

(Nada tinggi)

Aku melakukan ini karena Aku sayang sama kamu, Luna. Aku gak mau terjadi apa-apa sama kamu.


LUNA
Aku bosan dengar kata-kata itu keluar dari mulut kamu. Kamu udah buang-buang waktu aku, Mar.


Luna bergegas menarik koper dari atas ranjang. Luna segera melangkah meninggalkan Ammar di dalam kamar.


CUT TO


#103.EXT.HALAMAN RUMAH — MALAM

CAST : Ammar, Luna


Tampak Luna keluar dari rumah menarik koper. Hujan deras membasahi tubuh Luna. Luna membuka kunci mobil, kemudian meletakkan koper di kursi belakang. Ammar Tampak menghampiri Luna. Ammar pun ikut basah terguyur hujan.

AMMAR
Luna, kembaliin kunci mobilnya. Kamu gak boleh pergi sendiri. Bahaya, Luna.


LUNA

(Menutup pintu mobil belakang)

Kamu gak punya hak buat melarang aku pergi, Mar.


Luna berjalan ke pintu depan kemudi.

AMMAR

(Menahan tangan Luna)

Luna, aku mohon dengar aku.


LUNA

(Berontak)

Lepasin aku, Mar!


AMMAR

(Teriak dengan nada tinggi)

Kamu bisa celaka, Luna. Aku gak mau kehilangan adik kandung aku satu-satunya.


Luna terdiam. Luna terkejut mendengar perkataan Ammar.

LUNA

(Kaget)

Apa kamu bilang? Adik kandung? Kamu jangan ngarang cerita, Mar!


AMMAR
Aku gak bohong, Luna. Kita berdua memang saudara kandung. Aku minta kamu masuk ke dalam, kita bicara baik-baik tentang masalah ini.


LUNA
Kamu pikir aku anak kecil yang bisa kamu bujuk dengan tipuan cerita kaya gini.
Gak ada yang bisa mencegah aku buat pergi.


Luna membuka pintu kemudi, lalu masuk ke dalam. Mesin mobil menyala. Ammar mengetuk-ngetuk kaca agar Luna menghentikan mobil. Tetapi Luna segera tancap gas keluar dari halaman rumah.


CUT TO


#104.BEGIN MONTAGE — VARIOUS LOCATIONS

CAST : Luna, Ammar, Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)

BACKSOUND : Lagu sedih


A. Jalanan malam - Tampak dari kejauhan, mobil melaju kencang di tengah deras hujan. Di dalam mobil Luna mengemudi sambil menangis.

B. Kamar Arya - Tampak Arya duduk di sisi ranjang sambil menopang kepala dengan kedua telapak tangan. Wajahnya terlihat khawatir dan kebingungan.

C. Halaman rumah - Tampak Widya memakai payung menghampiri Ammar yang berdiri di tengah hujan. Widya menuntun Ammar yang terlihat sedih. Mereka masuk ke dalam rumah bersamaan.

D. Mobil Luna - Tampak Luna berteriak sambil menangis di dalam mobil. Luna semakin menambah kecepatan mobil. Di persimpangan jalan, tiba-tiba mobil lain menabrak kencang sisi kanan depan mobil Luna yang menyebabkan Luna hilang kendali, kemudian mobil terdorong jauh ke sisi kiri.

END MONTAGE

FADE OUT


#105.INT.RUANG GAWAT DARURAT — MALAM

CAST : Luna, beberapa figuran

BACKSOUND : Lagu sedih


SLOW MOTION : Tampak dari atas, Luna berbaring di ranjang sudah tidak sadarkan diri dengan tubuh luka-luka dan bersimbah darah. Beberapa perawat tampak mondar-mandir sibuk menangani keadaan Luna. Suasana terlihat menegangkan.


CUT TO


#106.EXT.KORIDOR INSTALASI GAWAT DARURAT — MALAM

CAST : Ammar, Aleta, Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)

BACKSOUND : Musik sedih


BEGIN MONTAGE - SLOW MOTION :

- Tampak Arya duduk berdampingan dengan Widya di koridor istalasi gawat darurat. Widya menangis di rangkulan Arya. Arya terlihat menahan tangis.

- Tampak Ammar duduk dengan setengah badan membungkuk dan kepala menunduk.

- Tampak Aleta datang bersama papa dan mamanya. Arya dan Widya berdiri. Papa dan mama Aleta saling memeluk Arya dan Widya untuk memberi kekuatan.

- Tampak Aleta menghampiri Ammar dan duduk di sampingnya. Ammar menoleh ke arah Aleta. Raut wajah Ammar terlihat sedih. Aleta merangkul Ammar, kemudian bersandar di bahunya.

END MONTAGE

CUT TO


#107.EXT.LANGIT PAGI — PAGI

ESTABLISH : Tampak matahari pagi bersinar menembus celah-celah dedauan di pepohonan. Suasana pagi di rumah sakit.

CUT TO


#108.INT.RUANG TUNGGU PASIEN — PAGI

CAST : Ammar, Arya (Ayah Luna)


Tampak Arya menghampiri Ammar yang sedang duduk bersandar di bangku dengan mata terpejam. Tiba-tiba Ammar membuka mata, ketika menyadari ada Arya di sampingnya. Ammar membenarkan posisi duduk.

ARYA (AYAH LUNA)

(Wajah menahan tangis)

Terima kasih, Mar. Kamu sudah mendonorkan banyak darah untuk Luna.


AMMAR
Aku cuma bisa membantu dengan cara ini, Yah. Aku berharap operasinya berjalan dengan lancar.


ARYA (AYAH LUNA)
Ayah merasa gagal, Mar. Ayah gak bisa jadi kepala keluarga yang baik. Akibat keegoisan Ayah, adik kamu jadi celaka begini.


AMMAR
Aku tau, gak mudah ada di posisi Ayah. Aku sendiri mungkin gak bisa bertahan menghadapi masalah yang terjadi pada keluarga kita.


ARYA (AYAH LUNA)

(Mengeluarkan air mata)

Ayah sangat menyayangi kalian. Ayah terlalu takut menceritakan kepada Luna kenyataan yang sebenarnya. Ayah tidak mau lagi kehilangan salah satu diantara kalian.


AMMAR

(Ragu-ragu)

Aku minta maaf, Yah. Luna sudah tau kalau sebenarnya aku dan Luna adalah saudara kandung.

(Meneteskan air mata)

Aku kehabisan cara untuk menahan Luna supaya gak pergi. Tapi ternyata perkataan aku malah memperparah keadaan. Aku benar-benar minta maaf, Yah.


Seketika Arya memeluk Ammar.

AMMAR

(Memeluk erat)

Gak apa-apa, Mar. Gak apa-apa. Kamu sudah melakukan hal yang benar. Seharusnya Ayah punya keberanian seperti kamu dari dulu.


CUT TO


#109.BEGIN MONTAGE — VARIOUS LOCATIONS

CAST : Luna, Ammar, Aleta, Arya (Ayah Luna), Erika, beberapa figuran

BACKSOUND : Musik


A. Ruang rawat inap - Tampak Luna terbaring di ranjang belum sadarkan diri pasca operasi. Arya terlihat duduk di samping ranjang menggenggam tangan Luna.

B. Ruang kelas X2 - Tampak guru sedang menulis materi di papan tulis. Murid dalam kelas terlihat memperhatikan pelajaran, sementara Aleta memandangi kursi Luna yang kosong. Aleta segera menghapus air mata yang mengalir di pipinya.

C. Koridor sekolah - Tampak Erika tersenyum menghampiri Ammar, tetapi Ammar menghindar. Raut wajah Ammar terlihat kesal. Erika terlihat berusaha mengajak Ammar bicara, tetapi Ammar terus berjalan tanpa memperdulikan Erika.

D. Ruang rawat inap - Tampak Widya menyelimuti Arya yang tertidur pulas di sofa. Widya memperhatikan wajah Arya. Widya ikut duduk di sebelah Arya sambil menghapus air mata yang menetes di pipi.


CUT TO


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar