A Kaluna
3. ACT.1 (1.3)

ACT.1

1.3

#25.INT.RUANG MAKAN — PAGI

CAST : Ammar, Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)


Tampak suasana ruang makan di Minggu pagi. Widya wara wiri menyiapkan sarapan di atas meja makan. Arya duduk berhadapan dengan Ammar. Sementara kursi di sebelah Ammar masih kosong.

ARYA (AYAH LUNA)
Mana adik kamu, Ammar? Kenapa dia belum turun?


AMMAR
Aku belum lihat Luna keluar kamar dari semalam, Ayah.


ARYA (AYAH LUNA)
Anak itu memang tidak punya aturan.


WIDYA (IBU AMMAR)

(Datang membawa piring, kemudian duduk di samping suaminya)

Mungkin dia kelelahan.
Lagipula ini hari minggu, biarkan saja dia istirahat lebih lama.


ARYA (AYAH LUNA)

(Menegaskan)

Kamu jangan membela dia terus. Bagaimana pun dia harus mengikuti aturan di rumah ini.


WIDYA (IBU AMMAR)

(Menyahut)

Mas.
(Menyentuh tangan suaminya sambil mengangguk kecil untuk meredakan ketegangan)
Kita sarapan duluan aja. Biar nanti Aku yang antar sarapan buat Luna ke kamarnya.


Arya menghembuskan napas singkat. Mereka mulai menyantap sarapan bersama. Ammar dan Widya saling berpandangan. Widya mengangguk memberi isyarat pada Ammar yang terlihat cemas pada situasi tegang ini.

CUT TO


#26.INT.DEPAN KAMAR LUNA — PAGI

CAST : Widya (Ibu Ammar), Luna


Widya berpijak di anak tangga terakhir di lantai atas. Tangannya membawa nampan berisi sarapan untuk Luna. Ia berjalan menuju kamar Luna dan berhenti di depan pintu.

WIDYA (IBU AMMAR)

(Mengetuk pintu)

Lunaaa.


Menunggu beberapa saat, tetapi belum ada yang menyahut.

WIDYA (IBU AMMAR)
Luna, Ibu bawa sarapan buat kamu.


LUNA (O.S)

(Teriak dari dalam)

Aku gak lapar.


WIDYA (IBU AMMAR)
Kamu belum makan apa-apa dari semalam.


Widya masih menunggu tanggapan dari Luna. Raut wajah Widya terlihat cemas.

WIDYA (IBU AMMAR) (CONT'D)
Ibu taruh sarapan kamu di depan pintu, ya, Luna.
(Jeda)
Kamu jangan sampai telat makan, nanti kamu bisa sakit.


Tidak ada tanggapan lagi dari Luna. Widya berjongkok untuk meletakkan nampan di depan pintu kamar Luna. Ia pun pergi dari depan kamar Luna.

CUT TO


#27.INT.KAMAR ARYA — SIANG

CAST : Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)


Tampak ruangan segi empat dengan kasur besar dan lemari pakaian di sudut ruangan dan meja rias kecil. Arya memakai setelan kemeja dengan jas semi formal berwarna krem dan Widya memakai dress berwarna senada.

WIDYA (IBU AMMAR)

Kamu yakin tidak mau mengajak anak-anak, Mas?

(Memakaikan jas)


ARYA (AYAH LUNA)
Biarkan saja anak-anak tinggal di rumah.
Kondisi Luna sedang tidak memungkinkan untuk diajak keluar.
(Jeda)
Di acara itu banyak kenalan lamaku. Aku gak mau dia bikin malu nantinya.


WIDYA (IBU AMMAR) (O.S)

(Membetulkan kerah kemeja)

Kamu tidak boleh egois seperti ini, Mas.
Luna berhak diberi kesempatan untuk berubah.


ARYA (AYAH LUNA)

(Nada agak tinggi)

Egois bagaimana?
Aku sudah berkali-kali memberi kesempatan, tetapi dia masih berbuat sesuka hatinya.


WIDYA (IBU AMMAR)

(Menatap suaminya tenang)

Kalian sudah lama tidak bicara dari hati ke hati.
Kamu harus luangkan waktu sedikit untuk Luna.
(Jeda)
Luna membutuhkan itu, Mas.


Arya terdiam. Raut Wajahnya terlihat ragu-ragu.

ARYA (AYAH LUNA)
Aku tidak yakin dia bisa diajak bicara baik-baik.


WIDYA (IBU AMMAR)
Kamu belum coba, Mas.
(Meyakinkan)


ARYA (AYAH LUNA)
Aku akan coba pertimbangkan.


Arya melihat jam di pergelangan tangannya.

ARYA (AYAH LUNA)
Sebentar lagi kita berangkat.
Sampaikan pada Ammar untuk jaga Luna supaya tetap di rumah.


Raut wajah Widya terlihat cemas.

CUT TO


#28.INT.KAMAR AMMAR — SIANG

CAST : Ammar, Widya (Ibu Ammar)


Tampak ruang kamar minimalis bernuansa abu-abu hitam. Meja belajar di samping lemari di sudut ruangan. Tirai panjang abu-abu menutupi jendela kaca dan pintu kecil menuju balkon. Ammar duduk di sisi ranjang sedang memetik gitar. Terdengar suara pintu diketuk dari depan.

WIDYA (IBU AMMAR) (O.S)
Ammar, boleh Ibu masuk sebentar?


Ammar meletakkan gitarnya, kemudian berdiri membuka pintu. Ia duduk kembali di ranjang setelah membuka pintu untuk Widya.

WIDYA (IBU AMMAR) (CONT'D)

(Ikut duduk di ranjang samping Ammar)

Luna belum keluar juga dari kamar?


AMMAR
Belum, Bu.
Biasanya dia suka baca novel di balkon, tapi dari tadi balkon-nya kosong.


WIDYA (IBU AMMAR)
Sarapan yang Ibu antar juga masih ada di depan kamarnya.
Mungkin dia masih mau sendirian.


Ammar membungkuk dengan kepala Menunduk. Wajahnya terlihat muram.

AMMAR (CONT'D)
Udah hampir enam tahun, Bu. Tapi kenapa Luna belum bisa juga menerima kita.


WIDYA (IBU AMMAR)

(Bicara tenang)

Tidak mudah ada di posisi Luna, Mar.
Kamu harus mengerti.


AMMAR
Aku udah berusaha melakukan pendekatan, tapi sikapnya selalu dingin sama Aku.


WIDYA (IBU AMMAR)

(Mengelus pundak Ammar)

Mungkin cara kamu belum tepat.
(Jeda)
Terkadang kita harus coba memahami apa keinginan orang lain, bukan apa yang kita inginkan.
Begitu pun menghadapi Luna.


Ammar menengok ke arah Widya.

WIDYA (IBU AMMAR) (CONT'D)

(Mengangguk sambil tersenyum)

Ibu yakin, kamu pasti bisa.
(Jeda)
Ibu dan Ayah ada acara.
Tolong kamu bantu jaga Luna, ya.


AMMAR

(Mengangguk)

Iya, Bu.


CUT TO


#29.INT.KAMAR LUNA — SIANG

CAST : Luna, Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)


Tampak ruangan minimalis bernuansa monokrom. Luna sedang bersandar di ranjang sambil membaca novel. Tiba-tiba terdengar suara mesin mobil menyala. Luna segera beranjak dari ranjang menuju pintu balkon. Ia mengintip ke arah halaman rumah dari balik tirai.

INSERT : Tampak mobil ke luar dari halaman rumah. Arya duduk di kursi kemudi dan Widya duduk di sebelahnya.

Luna segera mencari ponselnya di atas ranjang setelah melihat mobil sudah keluar dari gerbang. Ia segera mengirim pesan kepada Aleta.

Ketemu di coffee shop, Ta
Gue berangkat sekarang


CUT TO


#30.EXT.DEPAN RUMAH LUNA — SIANG

CAST : Luna


Tampak Luna keluar dari pintu rumah. Ia menggunakan kaos polos, kulot jeans midi dan sneaker putih dengan mini sling bag yang di selempang di bahu. Ia berjalan menuju taksi online yang sudah menunggu di depan gerbang. Taksi melaju setelah Luna masuk ke dalam mobil.

CUT TO


#31.EXT.PERSIMPANGAN JALAN — SIANG

CAST : Luna, Ammar, Virgo


Luna keluar dari taksi yang berhenti di persimpangan. Ia hendak menuju coffee shop yang ada di seberang jalan. Sebelum menyeberang, Luna berdiri di trotoar membuka tas.

LUNA

(Mencari-cari)

Aduh, dompet mana, ya? Perasaan tadi di bawa, deh.


Luna mulai melangkah hendak menyeberang. Ia masih mengobrak-abrik isi tas tanpa melihat keadaan jalanan. Terdengar suara ban mobil berdecit. Tiba-tiba Ammar muncul menarik Luna dari belakang untuk menghindar dari mobil yang hampir menabraknya.

Ammar dan Luna terjatuh bersamaan di trotoar. Siku tangan Ammar terbentur trotoar demi menahan tubuh Luna.

LUNA

(Terkejut)

Ammar?! Kamu ngikutin Aku?


AMMAR
Maaf, Luna.
Aku cuma mau tau kamu pergi ke mana.


Luna segera berdiri, kemudian mengambil beberapa isi tas yang berserakan. Tiba-tiba Virgo (18) datang menghampiri Luna.

VIRGO
Sorry, tadi gue lagi terima telepon, jadi gak liat kalau ada yang nyebrang.

(Memastikan keadaan Luna)

Lo gak apa-apa, kan?


LUNA

(Buru-buru memasukan barang ke dalam tas)

Iya gak apa-apa.
Maaf tadi Aku yang salah.


Terlihat Ammar berdiri menghampiri Luna dan Virgo.

AMMAR

(Menyapa dengan sinis)

Hai, Go.
Hampir aja lo nabrak adik gue.


VIRGO
Sorry, Mar. Gue bener-bener gak liat.

(Bertanya pada Luna)

Lo beneran gak apa-apa? Mau gue antar beli obat?


LUNA

(Gelagapan)

Gak usah, gak apa-apa.
Terima kasih.
Maaf, Aku buru-buru.


Luna segera menyeberang meninggalkan mereka. Ammar dan Virgo saling bertatapan.

CUT TO


#32.EXT.DEPAN COFFEE SHOP — SIANG

CAST : Luna, Ammar


Luna berhenti di depan Coffee Shop karena menyadari Ammar mengikuti di belakang.

LUNA

(Berbalik ke belakang)

Kamu ngapain, sih, ngikutin Aku segala?


AMMAR

(Berhenti melangkah di hadapan Luna)

Aku khawatir kamu pergi sendirian.


LUNA

(Nada tinggi)

Aku gak butuh kamu jagain.
Ini pasti karena Ayah yang nyuruh kamu, kan?


AMMAR
Enggak, Luna.
Ini atas kemauan Aku sendiri.


LUNA

(Menatap kesal)

Mendingan kamu pulang sekarang!

Aku lagi mau sendirian.

(Luna berbalik hendak berjalan)


AMMAR

(Berjalan mendahului untuk menahan Luna)

Luna, tunggu sebentar.
Kasih kesempatan Aku buat bicara.


LUNA
(Berhenti)
Apa lagi, Mar.
(Acuh tak acuh)


AMMAR
Aku tahu kamu benci sama Aku.
Kamu gak bisa terima kalau kita sekarang bersaudara.
(Jeda)
Jadi Aku minta sama kamu, anggap Aku sebagai teman. Gak perlu kamu anggap Aku sebagai kakak.


Luna menatap Ammar sinis. Sementara raut wajah Ammar sangat berharap.

LUNA
Gak semudah itu, Mar.


AMMAR
Aku tau ini sulit buat kamu.
Tapi tolong kasih Aku kesempatan buat buktiin, kalau Aku lakuin ini bukan karena Ayah atau siapa-siapa.
Tapi karena Aku memang mau berteman sama kamu.


LUNA
Terserah!
Aku gak peduli.


Luna masuk ke dalam coffee shop disusul Ammar di belakang.

CUT TO


#33.INT.COFFEE SHOP — SIANG

CAST : Luna, Ammar, Aleta, Figuran (beberapa pengunjung)


Tampak Luna dan Ammar duduk berhadapan di sudut ruangan. Satu cangkir hot cappucino dan segelas ice caramel latte di atas meja. Ammar yang mengenakan kaos stripe hitam putih terlihat gusar. Sementara Luna duduk bersandar dengan tangan berlipat di depan dada terus memperhatikan sekitar.

Luna mengabaikan Ammar yang sesekali memperhatikan Luna. Tak lama Luna melambaikan tangan kepada Aleta yang baru masuk ke dalam coffee shop.

ALETA

(Berhenti di depan meja Luna)

Lama, ya, nunggunya?


LUNA

(Datar)

Lumayan.


Aleta terkejut melihat Ammar duduk di depan Luna.

ALETA (CONT'D)

(Gelagapan)

Ehh, ada Kak Ammar?


AMMAR

(Mengangkat tangan untuk menyapa)

(Tersenyum) Hai.


ALETA

(Cengengesan sambil duduk di samping Luna)

Hai, Kak.


Luna dan Aleta saling bertatapan.

ALETA (CONT'D)

(Canggung)

Lo, kok, bisa keluar, Lun. Bukannya lo lagi di hukum sama Ayah lo?


LUNA

(Sinis)

Tenang aja. Ada pahlawan yang mau tanggung jawab.
(Melirik ke arah Ammar)


Ammar menunduk malu. Aleta canggung dengan situasi ini.

ALETA

(Melihat Ammar bingung)

Tangan kamu kenapa berdarah, Kak?


AMMAR

(Gelagapan)

Ahh, gak apa-apa.
Tadi sempat ada insiden kecil.
(Mencuri pandang ke arah Luna)


ALETA

(Menoleh ke arah Luna)

Lun?


LUNA

(Mencari pengalihan)

Lo mau pesan apa, Ta.
Biar gue yang pesenin.


Aleta saling berpandangan dengan Ammar.

CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar