ACT.1
1.2
#16.EXT.DEPAN GERBANG RUMAH — SIANG
CAST : Luna, Aleta
Motor Aleta berhenti di depan gerbang rumah Luna. Luna yang duduk di belakang, turun dari motor dengan hati-hati.
(Membuka helm di samping motor)
(Mengangguk)
Nih, helm, lo
(Cengengesan)
(Menepis tangan Aleta, menjawab dengan malas-malasan)
Luna menunjukkan senyum paksa dengan deretan gigi kelincinya ke arah Aleta.
Udah, sana, sana pergi.
Aleta membulatkan jari. Luna melambaikan tangan, lalu membuka gerbang dan masuk ke dalam.
CUT TO
#17.INT.RUANG TENGAH — SIANG
CAST : Luna, Arya (Ayah Luna)
Luna melewati ruang tengah hendak menuju kamarnya di lantai atas. Namun, Luna melihat Arya duduk sendirian di kursi dengan tangan bertumpu di atas meja.
(Kaget)
(Tegas)
(Gelagapan)
(Menghampiri Ayah)
(Menunduk)
(Menghembuskan napas singkat)
(Menyahut)
(Kaget)
Arya menarik napas. Ia berusaha tenang menghadapi Luna yang nada bicaranya sudah mulai meninggi.
(Menatap Luna)
Luna tidak bereaksi. Ia hanya menunduk mendengar Arya bicara.
Luna tidak bisa berkata apa-apa. Ia berusaha menahan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
(Kecewa)
Luna tidak bisa lagi menahan gejolak dalam dada. Air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya.
(Memijat kening)
(Nada tinggi)
(Berdiri dari kursi. Bicara dengan nada tinggi)
(Menyahut dengan emosi)
(Membentak)
(Menangis)
Luna berlari menuju anak tangga meninggalkan Arya.
CUT TO
#18.INT.LANTAI ATAS RUMAH — SIANG
CAST : Luna, Ammar
Luna berlari menaiki anak tangga sambil menangis hendak masuk ke dalam kamar. Tiba-tiba Ammar yang baru saja keluar dari kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Luna, menghalangi jalan Luna.
(Menangis)
Luna melepaskan diri dari Ammar. Ia segera masuk ke dalam kamar, kemudian menutup pintu dengan keras.
Raut wajah Ammar terlihat muram.
CUT BACK TO
#19.INT.RUANG TENGAH — SIANG
CAST : Arya (Ayah Luna), Widya (Ibu Ammar)
BACKSOUND : Musik sedih
Tampak Arya duduk di kursi dengan posisi kedua tangan memegang kepala. Wajahnya terlihat muram. Tidak lama Widya datang menghampiri.
(Berdiri di samping kursi sambil mengelus pundak suaminya)
(Melemah)
(Nada rendah)
(Menengok, balas mengelus tangan istrinya)
Widya mengangguk dengan senyum.
CUT TO
#20.INT.KAMAR LUNA — SIANG
CAST : Luna
BACKSOUND : Musik sedih.
Tampak Luna sedang bersandar di pintu kamar dengan kedua kaki yang menekuk sambil menangis.
Luna menumpahkan semua kesedihan. Ia menangis sejadi-jadinya. Mengenang masa lalu bahagia bersama Ibu dan ayahnya.
DISSOLVE TO
#21.BEGIN MONTAGE — VARIOUS LOCATION - FLASHBACK
CAST : Luna kecil, Arya (Ayah Luna), Sekar (Ibu Luna)
A. Dapur - Luna kecil (7) membantu Sekar (37) membuat kue di dapur. Luna Tampak bahagia membantu ibunya.
B. Ruang Tamu - Luna kecil (7) menyambut Arya (39) di depan pintu rumah bersama Sekar (36). Luna memeluk ayahnya yang datang membawa boneka beruang besar.
C. Ruang tengah - Luna kecil (9) merayakan ulang tahun bersama Sekar (38) dan Arya (41) di rumah. Luna bersama ibunya meniup lilin bersama.
END MONTAGE - END FLASHBACK
CUT BACK TO
#22.INT.KAMAR LUNA — SIANG
CAST : Luna
Luna masih duduk bersandar. Ia memeluk kedua kaki di depan dada.
Luna menundukkan kepala. Suara tangisan kini menggaung di seluruh ruangan.
CUT TO
#23.EXT.PEMANDANGAN — SORE
ESTABLISH : Tampak langit sore berwarna jingga. Matahari terbenam. Langit sore perlahan berubah gelap.
CUT TO
#24.EXT.BALKON KAMAR — MALAM
CAST : Luna, Ammar
Tampak balkon kamar Luna dengan cahaya redup. Luna duduk bersandar di kursi gantung ayun sambil memeluk bantal kecil. Tatapan matanya kosong. Pandangannya lurus ke arah langit malam penuh bintang.
INSERT : Ammar keluar dari kamar. Ia berdiri di balkon kamarnya yang bersebelahan dengan balkon kamar Luna. Ammar meletakkan kedua tangan di atas pagar balkon. Ia menoleh ke arah Luna yang sedang murung di tempatnya.
Luna merasakan kehadiran Ammar di sana. Ia mulai berbicara tanpa menoleh sedikit pun kepada Ammar.
(Nada datar)
Ammar menunduk. Ia tidak kuasa angkat bicara. Kali ini Ammar membiarkan Luna menumpahkan semua resah di hatinya.
(Masih memandang lurus ke hadapan langit)
(Nada datar)
Perlahan air mata Luna menetes di pipi. Luna membiarkan air matanya mengalir. Ia masih bersandar dengan kedua tangannya memeluk erat batal kecil di depan dada. Tatapan matanya pun belum beranjak dari langit malam.
(Nada datar)
Tersorot wajah penuh kebencian pada Luna. Matanya mulai sembap.
(Menoleh kepada Ammar dengan tatapan benci)
CUT TO