INT. DALAM PABRIK TUA - MALAM HARI
Rantai dan Karin duduk di lantai berdua.
RANTAI
Gue ga kenal Toro, gue cuma tau nama dia dari sampul skripsi itu, 6 tahun lalu di perpustakaan kampus. Waktu itu gue lagi stress banget, tahun terakhir, skripsi.
Mata Rantai berkaca-kaca, mencoba menahan tangisnya.
RANTAI
Dan tiba-tiba adek gue Risa meninggal. Kecelakaan di jalan ketabrak mobil.
Kali ini Rantai tidak bisa lagi menahan tangisnya. Air mata nya jatuh.
KARIN
Bukannya Lo anak tunggal?
Rantai menggelengkan kepala, tangisannya makin sesenggukan.
RANTAI
Gue sengaja ngaku anak tunggal, karena gue ga sanggup cerita ini ke orang. Adek gue satu-satunya, cita-citanya hilang gitu aja karena kecelakaan itu. Dia janji mau ngikutin jejak gue.
Rantai menyeka air mata di pipinya.
RANTAI
Waktu itu otak gue bener-bener buntu Rin. Waktu ngeliat skripsi itu, gue nekat nyusun ulang. Emang segoblok itu gue.
Karin tetap terdiam, dia menunduk, tak percaya dengan cerita sahabatnya itu.
RANTAI
Seminggu sebelum meninggal, Toro nemuin gue.
KARIN
Buat bahas politisi yang ada di skripsi itu? Ale Pratama. Gue udah denger soal dugaan korupsi yang dilakuin lagi sama itu politisi.
Rantai mengangguk. Tapi Wajah Karin berubah ketus.
KARIN
Dan Lo nolak si Toro? Lo ga mau bantuin dia ngebongkar busuknya si Ale Pratama. Kenapa?
RANTAI
Gue ga punya pilihan lain. Gue takut dia ngebongkar semuanya.
KARIN
Egois Lo. Lo lihat akhirnya, dia mati sia-sia.
RANTAI
Gue juga ga nyangka bakal jadi begini. Ale Pratama sampe harus ngebunuh orang.
KARIN
Trus kenapa Lo nolak ngebahas pembunuhan Toro di acara Lo?
RANTAI
Dengerin gue Rin. Gue udah datengin keluarganya. Gue juga udah ngasih pentunjuk ke pihak berwajib.
Karin seketika berdiri, lalu menghadap Rantai.
KARIN
Lo pengecut Ran. Terserah Lo aja sekarang.
Karin pergi begitu saja meninggalkan Rantai.
RANTAI
Rin, Rin. Dengerin gue, please.
Rantai kesal sendiri, dia memukul-mukul lantai sambil melihat Karin menjauhinya.
INT. ATAP PABRIK - MALAM HARI
Hari Rabu, pukul 00.06
Rantai duduk sendirian sambil melamun. Kini pakaiannya sudah berganti. Dari piyama menjadi kemeja biru dan celana panjang hitam seadanya.
Genta muncul di atap pabrik, lalu mendekati Rantai.
GENTA
Baju nya pas?
Genta duduk di samping Rantai.
RANTAI
Lumayan.
Rantai menengok ke arah Genta.
RANTAI
Jadi karena ini kamu menghilang gitu aja setelah lulus? temen-temen juga ga ada yang tahu kamu kemana. Aku kira selama ini kita deket.
GENTA
Sorry banget. Ini tuntutan pekerjaan Ran. Cuma keluarga yang tahu soal pekerjaan aku ini. Aku pengen banget ngasih tahu kamu.
Rantai kembali mengalihkan pandangannya ke depan.
RANTAI
Tapi nyatanya enggak. Aku malah denger kamu udah punya gandengan baru. Selamat ya. Atau.. cuma kedok doang?
Genta tertawa tipis, tapi tidak menjawab pertanyaan itu. Keduanya pun saling tersenyum.
GENTA
Btw sori juga soal ponsel kamu dan Karin. Itu demi kebaikan kalian.
Wajah rantai cemberut sesaat.
RANTAI
iPhone 12 gue. Langsung berkarat gitu pas dimasukin ke akuarium tadi.
Rantai dan Genta saling menengok ke arah masing-masing. Seketika wajah keduanya berubah tertawa, saling menertawakan masing-masing.
GENTA
Oh ya, Bang Bowo bilang, besok pagi kita bergerak ke bank save deposit box. Kamu bawa kuncinya?
Rantai mencari sesuatu di lehernya. Dia mengeluarkan rantai kalung dan memperlihatkan gantungan di kalung tersebut, sebuah kunci.
RANTAI
Semua bukti tersusun rapi di deposit box itu. Akhirnya keluar juga. Mungkin itu harga yang harus aku bayar ya karena ngebuat orang ga bersalah meninggal. Karin kecewa banget sama aku.
Genta menepuk pundak Rantai.
GENTA
Kamu ga salah kok. Aku janji, kamu dan Karin akan baik-baik aja. Aku juga sebenarnya kaget lihat nama kamu muncul di data investigasi BIN waktu itu. Tapi aku yakin kamu punya alasan kuat.
Rantai dan Genta saling menatap.
RANTAI
Makasih ya.
Keduanya terus menatap intens. Kepala mereka makin mendekat. Tangan Genta mengusap rambut Rantai, lalu turun ke pipi Rantai.