Aku sedih, prihatin, menyaksikan tubuhku tanpa marwah meluncur dengan posisi terlentang tanpa sehelai benang. Bagian tubuhku yang menghadap matahari berkilau terkena sinar matahari dengan terang, tapi punggungnya gelap membeku. Tubuhku meluncur dengan kecepatan mapan di antara bintang-bintang.

Kemudian aku serasa dipeluk kekuatan suci nan agung yang penuh kasih, dengan cinta yang berlimpah. Sampai-sampai aku terisak karena terharu, karena tenggelam dalam cinta yang begitu murni, tiada bandingnya di semesta.

Dalam pelukan itu aku dibimbing semakin menjauh dari tubuh fisikku, yang mengecil dan semakin kecil di belakang. Di hadapanku tiba-tiba ada lorong cahaya yang benderang, tapi tidak menyilaukan. Aku berjalan masuk. Bukan dengan kaki, tapi melayang tanpa tubuh, karena saat itu aku hanyalah sebentuk kesadaran tanpa jasad. Di dalam lorong cahaya itu, waktu kehilangan maknanya.

Bab 18: Kisah Kematianku
Komentar
Rekwik
8
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)