Pernah hobi main catur

Alasan lain saya tidak melanjutkan alur cerita ini, karena saya memang belum kuat hati... menuliskan kisah dengan latar bencana tsunami. Saya pasti akan menangis.

Dalam novel kunang-kunang, Samudra dan Fajri, teman sekelasnya, terpilih sebagai pemain catur yang akan diikutkan ke turnamen catur antar sekolah.
*

Tiga hari sebelum kejuaraan berlangsung aku datang ke rumahnya untuk bermain catur dengannya. Rumahnya dekat dengan pelabuhan pendaratan ikan. Dia mengajakku ke dermaga. Lalu kami duduk di tempat yang teduh di bawah pohon ketapang yang rindang. Sesekali boat nelayan lewat di samping kami. Tempat ini merupakan muaranya sungai Krueng Aceh, sungai sepanjang 145 kilometer yang membelah kota Banda Aceh.
*

Empat tahun setelah tamat SMA saya berjumpa lagi dengan Fajri di sebuah kota kecil di kawasan barat selatan Aceh. Dia karyawan baru di sebuah bank dan sering datang ke tempat kos saya.

Pada suatu hari, satu minggu sebelum bencana tsunami dia mengajak saya pulang ke Banda Aceh. Saya bilang saya baru saja pulang dua hari lalu menghadiri pernikahan adik teman saya. Hari itu hari terakhir saya melihatnya.

Pasca tsunami seorang teman SMA saya, si ketua kelas, pernah mencoba mencarinya. Rumahnya hilang katanya. Dan kami memang tidak pernah bertemu dengannya lagi.

Ketika gempa kuat pagi itu saya sedang mencuci pakaian. Saya lari keluar rumah lalu dengan hp Nokia 3315 menelpon kakak saya di Banda aceh sambil berjalan kaki ke tempat saya bekerja. Semua nomor hp kerabat yang saya hubungi tidak dapat tersambung.

TV di tempat kerja sedang menayangkan rekaman pertama tentang tsunami (metro tv). Saya kaget, saya bilang itu kawasan kampung saya.Tidak ada seorang pun yang memedulikan perkataan saya. Mereka tampak resah dengan hp di telinga.

Suara tangis mulai terdengar di luar, dari rumah penduduk sekitar.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Komentar
Rekwik
15
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)