Seberapa jauh seni bisa membuat perubahan? Apakah kita terlalu jauh berharap bahwa seni akan menyelesaikan permasalahan di seluruh dunia, ataukah seni sebagaimana pers atau lembaga masyarakat yang berfungsi sebagai pengontrol nilai, dan kebijakan negara, serta pendobrak kebuntuan kebudayaan? Seni dan dialog adalah acara yang bagi saya terasa mewah karena acara seni semacam ini dilaksanakan di masa pandemi covid yang entah sampai kapan selesai. Kemudian bagaimanakah posisi karya novel dalam Kwikku? apakah karya hasil kompetisi Kwikku mendapat respon bagus dalam dunia sastra dan kepenulisan? Dan apakah karya dalam Kwikku juga bisa dan akan dicetak secara fisik sebagaimana umumnya karya sastra? Seni adalah daya ganggu, dan hasil karya Kwikku cukup mengganggu saya.
7 Komentar
Rekwik
20
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (7)
wah mantep bener ini Pak @alimbakhtiar karena dari ilmu yg saya tahu, kebudayaan itu tidak harus bagus soalnya.. 🙈🙈budaya barat misalnya, remaja yg berusia 18 tahun sudah boleh mandiri dan keluar dari rumah untuk mengambil keputusan sendiri. Jg terkait budaya mencium tangan wanita, untuk menghormatinya, seperti ketika beberapa pejabat Belanda mencium tangan istri salah satu bangsawan di tanah Indonesia (tapi saya lupa siapa 😀) jadi budaya menjadi "definisi umum" menurut ilmu saya yg cetek, pak Alim 🙈🙈 bukan budaya yg sakit atau sehat 🙈🙈 Dan setuju, mutu itu mesti jadi salah satu faktor penting.. ini maksudnya menerbitkan dalam bentuk cetak ya, Pak? atau jadi headline di platform/website-nya, juga dibantu diiklankan lewat media-media yg bekerja sama di Kwikku? saya rasa pilihan kedua lebih masuk akal bagi pihak Kwikku, Pak.. Kalo lewat media-media yg bekerja sama, pihak Kwikku ada bargain power dgn cara barter iklan dgn iklan, misalnya.. bukan hanya ikl
Balas
Kebudayaan bisa mandek dan mogok karena kurangnya daya hidup. Ws Rendra pernah mengatakan bahwa kebudayaan juga perlu dipertimbangkan, bukan ditelan mentah mentah. Kebudayaan yang sakit itu seperti kasur tua maka harus dijemur dan dipukul pukul biar empuk dan enak buat beristirahat. Memang walaupun jadi peserta kompetisi kita pun juga bisa menjadi pengkritik, kritik perlu untuk kemajuan dan menghalau kebekuan dan segala yang klise. Saya kira juga gitu, apakah Kwikku mau meningkatkan diri dengan menerbitkan atau tidak hanya mempertimbangkan bahwa karya itu bisa dialihkan menjadi sebuah film. Dan apakah film itu benar benar bisa berkompetisi tidak hanya dari segi komersil, tapi mutu. @rifatia29
Balas
Saya kira itu semua pertanyaan semua peserta kompetisi Kwikku. |D@nadyawijanarko
Balas
Nderek nyimak, Om 😀
Balas
[oni-69] [oni-19] [oni-4]impresif
Balas
apakah karya hasil kompetisi kwikku mendapat respon bagus dalam dunia sastra dan kepenulisan? wah, ini pertanyaan bagus, menarik, dan menggelitik, mas. 😁
Balas
menarik ini... kebuntuan kebudayaan? Mengapakah kebudayaan menjadi buntu? sedangkan budaya adalah hasil dari kebiasaan sosial yang terus berkembang? Dan menarik juga, bagaimana posisi karya novel di platform Kwikku? Novel cenderung bisa dinikmati hampir semua orang yang mampu membaca.. bagaimana dengan skrip? karya tulisan dalam bentuk lain itu... apakah juga bisa dinikmati dengan daya imajinasi sementara diperuntukkan dibuat dalam gambar bergerak...? apakah karya hasil kompetisi Kwikku mendapat respon bagus dalam dunia sastra dan kepenulisan...? Ini lebih menarik lagi.. hasil kompetisi berati pemenang? bagaimana dengan yang tidak menang? secara tidak langsung ini mempertanyakan apakah penjurian ini berdasar popularitas atau kualitas? Lalu bagaimana dengan kompetisi yang juga mempertimbangkan sisi ekonomis dalam pembuatan film..? apakah otomatis novel yang mampu dibuat film dengan budget terbatas saja yang lolos? atau akan ada novel yang apik namun berbudget besar yang akan lolos.
Balas