Gelap kini merangkul sukma
Tak ada lagi cahaya
Dahaga menggerogoti hasta dan karsa
Tiada lagi tiris embun di bibir sunyi
Aku terhempas di tepian zaman yang berlari
Tersedu dalam gulita
Jauh dari memoriam orang-orang
Sendiri dalam bayang-bayang
Aku meraba dinding kegelapan
Mencari suluh yang kau padamkan dulu
Apa gunanya aku punya cita?
Hidup saja tidak mampu ku minta
Tidak kah kau tahu
Bahwa aku di sini
Tak bernama, tak berpusaka
Tahunan berpeluk dengan nestapa
Tidak kah kau mampu
Membantuku
Dengan pacul kesabaran
Dan palu ketulusan
Kita pugar rumah dari puing lara
Dan menjaga pusara moyang yang terluka
Percayalah
Aku sudah kembali
Membawa lara yang digdaya
Parut dan noda menjadi prasasti
Yang selalu mengingatkanku
Agar tidak mengikuti jejakmu
Yang dengan sengaja memadamkan suluh
Singsingan lenganku akan setia
Dan selalu sengaja menarikmu
Dari kubangan durjana
Yang sengaja membiusmu
Meski alismu terangkat
Meski perasaanmu benci
Menudingku sok suci
Akuilah
Tuba yang kau bagi
Kini sudah hilang
Diganti susu yang ku beri
Dan selamanya
Putih itu akan dirindu
Menjadi teman sejati
Yang menjaga simfoni warna-warni
Merah akan tetap merah
Biru akan tetap biru
Bahkan hitam tak akan pudar
Bagi putih
Tidak perlu menjadi benalu
Kepada parasit yang mencekik
Bagi putih
Tidak perlu lelah berteriak
Karena tanpa putih
Yang lain tidak akan punya makna
Dan gugur terkubur di bawah akasia
Bersama dendam yang dibawa