Disukai
0
Dilihat
4
Putih yang Dirindu
Puisi

Gelap kini merangkul sukma

Tak ada lagi cahaya

 

Dahaga menggerogoti hasta dan karsa

Tiada lagi tiris embun di bibir sunyi

 

Aku terhempas di tepian zaman yang berlari

Tersedu dalam gulita

Jauh dari memoriam orang-orang

Sendiri dalam bayang-bayang

 

Aku meraba dinding kegelapan

Mencari suluh yang kau padamkan dulu

Apa gunanya aku punya cita?

Hidup saja tidak mampu ku minta

 

Tidak kah kau tahu

Bahwa aku di sini

Tak bernama, tak berpusaka

Tahunan berpeluk dengan nestapa

 

Tidak kah kau mampu

Membantuku

Dengan pacul kesabaran

Dan palu ketulusan

Kita pugar rumah dari puing lara

Dan menjaga pusara moyang yang terluka

 

Percayalah

Aku sudah kembali

Membawa lara yang digdaya

 

Parut dan noda menjadi prasasti

Yang selalu mengingatkanku

Agar tidak mengikuti jejakmu

Yang dengan sengaja memadamkan suluh

 

Singsingan lenganku akan setia

Dan selalu sengaja menarikmu

Dari kubangan durjana

Yang sengaja membiusmu

 

Meski alismu terangkat

Meski perasaanmu benci

Menudingku sok suci

 

Akuilah

Tuba yang kau bagi

Kini sudah hilang

Diganti susu yang ku beri

 

Dan selamanya

Putih itu akan dirindu

Menjadi teman sejati

Yang menjaga simfoni warna-warni

 

Merah akan tetap merah

Biru akan tetap biru

Bahkan hitam tak akan pudar

 

Bagi putih

Tidak perlu menjadi benalu

Kepada parasit yang mencekik

 

Bagi putih

Tidak perlu lelah berteriak

Karena tanpa putih

Yang lain tidak akan punya makna

Dan gugur terkubur di bawah akasia

Bersama dendam yang dibawa

Suka
Favorit
Bagikan