Hembusan angin menerpa atap rumah
Menemani derasnya hujan
Air demi air membuat kucing itu basah
Memaksanya berlari menyebrangi jalan
Seolah berputar kembali ingatan film itu
Tentang seorang wanita yang sedang menanti
Mengintip dibalik tirai warna biru
Berharap kepulangan kekasih di sore hari
Walau ia tak tau kapan sang kekasih akan tiba
Tetapi senyumnya tidak pernah luntur dari wajahnya
Seakan memberikan secercah cahaya di sore yang gelap
Mengalahkan kilatan guntur di sore hari
Betapa anggunnya gaun hitam yang ia kenakan
Melengkapi suasana sunyi di sore itu
Radio tua memutarkan lagu kesayangannya
Membuatnya bersenandung mengikuti irama
Sial!!
Sudah berapa lama aku terlarut dalam lamunanku?!
Entah karena cerita dalam film itu atau karena wanita itu
Seakan-akan aku mengalami nostalgia yang tak pernah terjadi
Nomor sembilan, nomor rumah yang tertera pada film tersebut
Teras tanpa pagar dan dihiasi oleh beraneka ragam tanaman
Bunga favoritnya adalah Camelia merah muda yang selalu ia letakkan di dekat pintu masuk
Aku selalu bermimpi atau berharap
Seseorang yang aku sayangi menungguku seperti wanita di film itu
Membuatku terlarut dalam lamunan dan tak sadarkan diri pada kenyataan dunia
Deras hujan menghunjam jiwaku
Membasahi seluruh ragaku
Memintaku untuk membuang semua khayalku
Untuk menghadapi kenyataan yang berada di ujung jalan
Kulangkahkan kaki menuju tempat perlindungan
Ditemani kucing yang sudah bermandikan air hujan
Mengambil kunci yang berhias liontin
Membuka pintu kayu berkepala dua tersebut
Disambut dirimu menanti lelah kehadiran diriku
"Hai, gimana kabar hari ini?"