Kembali nyanyian gerimis mengurai sepi nan sunyinya suasana kelam
Mengoyak- mengoyak perih yang belum menyentuh kata sembuh
Lika-liku perjalanan pengobatan tak berjalan mulus seolah terantuk oleh hegemoni luka
Perih dan pedih yang datang bertubi-tubi seakan ingin mengukir abadi aksara luka di inti kalbu
Kau tahu, aku masih terkulai letih diantara belantara sepi nan senyap seorang diri
Kerongkonganku parau tak mampu mengurai kata walau sekedar menyebut namamu .
Aku lupa, aku bersama triasih yang semu tentang kekasih telah terbuang tanpa makna
Membisu, merana dan meratap rindu yang kusam seorang diri seakan menggenapi siksaan pedih kecuranganmu..
Tahukah kau, ini tentang kuncup asmara yang tumbuh tanpa mengenal mekar
Tentang cinta yang datang untuk menjemput perih tanpa kenal batas waktu
Katamu, waktu mampu mengobati megahnya luka patah hatiku
Namun, lihatlah.. sampai detik ini, aku masih tenggelam dalam lautan duka yang tak pernah surut
Susah payah untukku mencoba sembuh, sayangnya luka telah menikam hatiku terlalu dalam
Hingga cucuran darah dan air mata mengalir tak terbendung menggenangi pusara rindu didalam kalbu
Tak perlu bersimpati atau berbelas kasih atas kemalangan dan nelangsaku
Aku pamit pergi dengan sejuta getir yang menghujam, dan atas nama rasa cinta yang terlanjur mengakar biar ku genggam luka hati ini.