Di bawah rembulan yang kesepian berbisik,
Hatiku, seperti kanvas yang robek, terpinggir,
Cinta yang terasa sempurna kini pudar,
Dalam kelam, patah hati menyuarakan derita.
Bagaikan bunga yang layu di taman kesunyian,
Cinta yang dulu berkembang kini suram dan hambar,
Mimpi-mimpi yang terbang tinggi, kini tenggelam,
Patah hati, sebuah lagu sedih dalam sunyi malam.
Kenangan-kenangan membentang layaknya bayang yang memudar,
Senyum yang dulu memikat, kini hanya senyuman ingatan,
Seperti angin yang membawa kabar duka,
Patah hati, tarian kesedihan dalam kegelapan.
Terkadang, langit menangis dengan air mata pelangi,
Hujan yang turun, mencoba mencuci luka yang terluka,
Dalam kesunyian, hati ini menangis,
Patah hati, puisi penderitaan yang merajai.
Namun, dalam serpihan kepedihan,
Ada kekuatan yang tumbuh, seiring waktu berlalu,
Patah hati adalah perjalanan yang membangun,
Membawa kebijaksanaan dan pemahaman yang mendalam.
Meski hati ini terbelah, bukan berarti mati,
Dalam kehancuran, lahir kembali keberanian yang baru,
Patah hati, bukan akhir dari segalanya,
Melainkan awal dari babak baru yang menakjubkan.
Tiap langkah yang diambil, seraya mengumpulkan pecahan,
Patah hati bukanlah akhir, melainkan sebuah evolusi,
Mungkin di reruntuhan, kita menemukan kekuatan,
Dan cinta yang sejati, menanti dalam cahaya yang baru.