Akun ini terverifikasi oleh Kwikku
Prestasi
Sebuah badge yang diberikan kepada pengguna yang berhasil mencapai target tertentu dari syarat badge tersebut.
Untuk jenis badge terbatas hanya bisa didapatkan pada waktu tertentu
Pelajari lebih lanjut
Kirim Pesan
Apakah kamu akan memblokir pengguna Padi Langit P
Laporkan
Timeline
Khay membuat karya baru
Novel
The Vampire
Khay
Khay mengomentari karya ini
Novel
Unexpected
Yeni fitriyani
Cerita tentang vampir
Hujan deras mengguyur kota A saat ini, namun keadaan tersebut tidak mengubah niat Jane untuk pergi dari rumah. Gadis itu terlalu sakit hati karena ucapan ayah kandungnya. Ya, pertengkaran kali ini berhasil membuat Jane angkat kaki dari rumah yang ia tinggali sejak lahir.
"Cih! Wanita sia*an! Kenapa papa bisa begitu tunduk dengan wanita ja*ang itu? Jelas-jelas ia hanya menginginkan harta yang dimiliki papa. Papa bahkan tega mengusirku dari rumah hanya karena membela wanita itu!" Ucap Jane kesal, hatinya benar-benar merasa sakit. Jane menginjak gas mobilnya hingga mobil berwarna merah itu melaju dengan kecepatan tinggi. Ia bahkan tidak perduli dengan kondisi jalan yang licin.
Sementara itu handphone milik Jane terus saja berdering sejak tadi. Itu panggilan dari Mia, sahabatnya. Satu-satunya orang perduli dengan gadis itu. Jane meraih handphonenya dan menerima panggilan telepon tersebut.
"Kamu kemana aja sih Jane! Lama banget angkat teleponnya." Celetuk Mia langsung menyambar.
"Maaf, aku lagi dijalan." Sahut Jane sambil terus fokus menyetir dan enggan menghentikan mobilnya.
"Hujan deras begini kamu mau pergi kemana? Terlalu berbahaya untuk bepergian disaat cuaca seperti sekarang." Kata Mia menasehati sahabatnya. Mia belum tau tentang kepergian Kane dari rumahnya.
"Aku akan pergi ke tempatmu dan menceritakan semuanya jika perasaanku sudah merasa sedikit lebih tenang." Sahut Jane berusaha tenang.
"Jane, kamu ada masalah?" Tanya Mia menebak.
"Nant........-------" Belum sempat Jane menyelesaikan ucapannya secara tiba-tiba ia melihat seseorang melintasi mobilnya dan saat itu juga Jane membanting setir hingga mobilnya menerobos masuk kedalam hutan tak terkendali. Mia yang mendengar teriakan Jane dari sambungan telepon langsung khawatir, ia terus menerus memanggil nama Jane namun tidak ada jawaban dari sahabatnya. Hanya suara hujan deras dan teriakan Jane yang ia dengar saat ini.
Mobil Jane menabrak keras sebatang pohon besar dan mengakibatkan benturan hebat dan sudah jelas Jane juga ikut terluka bahkan bisa dibilang parah. Kepala dan dadanya menghantam keras setir mobil. Jane berusaha tetap sadar, ia tidak dapat merasakan apa-apa pada tubuhnya yang terluka karena sakit itu berpusat pada dada Jane. Jane merasa sangat sesak dan nafasnya terasa sangat berat. Jane batuk darah bahkan darah dadanya makin terasa sakit hingga ia merasa jika detik ini adalah ajalnya.
"JANE! KAMU KENAPA? JANE JAWAB!" Suara Mia masih terdengar dari sambungan telepon yang belum terputus. Jane mengerang kesakitan, tangannya berusaha kuat meraih handphonenya dan ada didekat kaki namun tubuh Jane tidak mampu bergerak.
"Tuhan, apa ini saatnya untukku pergi? Semiris inikah akhir hidupku? Bahkan tidak akan ada yang tau jika aku mati didalam hutan ini. Mama, Jane sakit tolong Jane." Ucap Jane dalam hati. Mata Jane mulai tertutup rasa sakit mulai terasa sangat memuncak dan kini rasa sakit dari luka lainpun ikut datang. Tubuhnya yang kian lemah dan juga darah yang terus menerus mengalir dari luka Jane membuat Jane merasa kehilangan setengah nyawanya.
Sekilas mata Jane menangkap seseorang berjalan kearahnya. Jane berusaha kuat mengangkat tangannya kearah orang tersebut .
"To.....long." Ucap Jane terbata hingga Jane kembali batuk darah. Jane mengedipkan kedua matanya dan orang itu kini sudah berada dihadapan Jane. Seorang pria dengan pakaian serba hitam dan memakai jubah serta topi jubah yang menutupi separuh dari wajahnya.
Jane kembali meminta tolong dengan sisa tenaga yang ia miliki. Pria itu lalu membuka topi yang menutupi wajahnya, kulitnya pucat pasi hingga terlihat urat yang menjalar disekitar wajahnya berwarna hitam. Kedua bola matanya berwarna merah menyala. Jane tidak tau mahluk apa yang sedang berada dihadapannya saat ini yang ia tau ia sangat membutuhkan pertolongan untuk membawanya kerumah sakit.
Jane terkejut saat pria itu mulai menjilati darah yang mengalir dari luka-lukanya. Menjilat dengan lahap seperti orang yang kelaparan.
"Apakah dia manusia? Atau dia seorang malaikat maut yang datang untuk menjemputku?" Tanya Jane pada diri sendiri. Dengan sekejap pria itu kini berada sangat dekat dengan Jane.
"Darah yang sangat manis." Ucap pria itu, berbisik ditelinga Jane yang sedang sekarat. Rasa takut bercampur aduk saat ini, takut dengan kematian dan dengan pria yang saat ini ada didekatnya. Andai bisa lari, walau sakit ia akan tetap berlari.
Tiba-tiba Jane merasakan sakit dilehernya, mirip seperti tusukan benda tajam membuat tubuhnya bergetar menahan sakit, belum lagi dadanya yang makin terasa sulit untuk bernafas juga kepalanya yang terluka parah.
"Apa ini? Apa yang orang ini lakukan padaku? Kenapa rasanya sangat sakit? Kulitku bahkan terasa terkoyak. Apa dia menggigitku? Apa ia akan memakanku? Tuhan, tolong aku. Selamatkan aku dari semua ini. Ma, tolong Jane ma, sakit, ini sangat menyakitkan." Kata Jane dalam batinnya, mata Jane tidak lagi sanggup untuk tetap terbuka lebih lama.
"Tuhan, jika ini adalah akhir dari hidupku maka aku ikhlas. Setidaknya, tolong beritahu pada ayah tentang kematianku." Mata Jane tertutup dan Jane kehilangan kesadarannya.
Pria yang tadi sedang menikmati darah segar milik Jane tiba-tiba terpental kuat hingga tubuhnya terbanting mengenai batang pohon.
Pria itu mengerang kesakitan, belum habis darah Jane ia hisap kini datang pengganggu yang merusak acara makan siangnya.
"Si*alan! Siapa disana!" Teriak pria tadi marah besar.
"Kamu melanggar perjanjian dan kamu tau hukuman apa yang pantas kamu dapatkan." Sahut seseorang dari balik pohon lainnya.
"Cih! Mereka adalah makanan untuk bangsa kita, itu sudah menjadi hukum alam sejak ribuan tahun yang lalu. Lihat gadis itu, walaupun aku tidak menghisap darahnya ia akan tetap mati....Dan lagi kamu harus tau, darah manusia jauh lebih nikmat daripada darah hewan yang biasa kita minum." Sahut pria yang menghisap darah Jane tadi. Ia mulai melangkahkan kakinya kembali kearah Jane dan berniat melanjutkan makan siangnya yang terganggu.
Namun belum sampai 3 langkah tubuhnya kembali terpental kuat menghantam pohon membuat pria itu tidak bisa lagi menahan emosinya.
"Baj*ngan! Cepat keluar dan hadapi aku, jangan bersembunyi seperti seekor kelinci! Akan kukirim kamu ke neraka hingga kamu tidak bisa lagi reinkarnasi dalam wujud apapun!" Teriak pria tadi dengan angkuh dan sombong. Pria itu lalu mengendus dalam mendeteksi siapa yang sejak tadi menyerangnya. Seketika matanya membulat besar, tubuhnya serasa kaku saat mengenali bau dari penyerangnya.
"Pa......pangeran Theo.&q
"Cih! Wanita sia*an! Kenapa papa bisa begitu tunduk dengan wanita ja*ang itu? Jelas-jelas ia hanya menginginkan harta yang dimiliki papa. Papa bahkan tega mengusirku dari rumah hanya karena membela wanita itu!" Ucap Jane kesal, hatinya benar-benar merasa sakit. Jane menginjak gas mobilnya hingga mobil berwarna merah itu melaju dengan kecepatan tinggi. Ia bahkan tidak perduli dengan kondisi jalan yang licin.
Sementara itu handphone milik Jane terus saja berdering sejak tadi. Itu panggilan dari Mia, sahabatnya. Satu-satunya orang perduli dengan gadis itu. Jane meraih handphonenya dan menerima panggilan telepon tersebut.
"Kamu kemana aja sih Jane! Lama banget angkat teleponnya." Celetuk Mia langsung menyambar.
"Maaf, aku lagi dijalan." Sahut Jane sambil terus fokus menyetir dan enggan menghentikan mobilnya.
"Hujan deras begini kamu mau pergi kemana? Terlalu berbahaya untuk bepergian disaat cuaca seperti sekarang." Kata Mia menasehati sahabatnya. Mia belum tau tentang kepergian Kane dari rumahnya.
"Aku akan pergi ke tempatmu dan menceritakan semuanya jika perasaanku sudah merasa sedikit lebih tenang." Sahut Jane berusaha tenang.
"Jane, kamu ada masalah?" Tanya Mia menebak.
"Nant........-------" Belum sempat Jane menyelesaikan ucapannya secara tiba-tiba ia melihat seseorang melintasi mobilnya dan saat itu juga Jane membanting setir hingga mobilnya menerobos masuk kedalam hutan tak terkendali. Mia yang mendengar teriakan Jane dari sambungan telepon langsung khawatir, ia terus menerus memanggil nama Jane namun tidak ada jawaban dari sahabatnya. Hanya suara hujan deras dan teriakan Jane yang ia dengar saat ini.
Mobil Jane menabrak keras sebatang pohon besar dan mengakibatkan benturan hebat dan sudah jelas Jane juga ikut terluka bahkan bisa dibilang parah. Kepala dan dadanya menghantam keras setir mobil. Jane berusaha tetap sadar, ia tidak dapat merasakan apa-apa pada tubuhnya yang terluka karena sakit itu berpusat pada dada Jane. Jane merasa sangat sesak dan nafasnya terasa sangat berat. Jane batuk darah bahkan darah dadanya makin terasa sakit hingga ia merasa jika detik ini adalah ajalnya.
"JANE! KAMU KENAPA? JANE JAWAB!" Suara Mia masih terdengar dari sambungan telepon yang belum terputus. Jane mengerang kesakitan, tangannya berusaha kuat meraih handphonenya dan ada didekat kaki namun tubuh Jane tidak mampu bergerak.
"Tuhan, apa ini saatnya untukku pergi? Semiris inikah akhir hidupku? Bahkan tidak akan ada yang tau jika aku mati didalam hutan ini. Mama, Jane sakit tolong Jane." Ucap Jane dalam hati. Mata Jane mulai tertutup rasa sakit mulai terasa sangat memuncak dan kini rasa sakit dari luka lainpun ikut datang. Tubuhnya yang kian lemah dan juga darah yang terus menerus mengalir dari luka Jane membuat Jane merasa kehilangan setengah nyawanya.
Sekilas mata Jane menangkap seseorang berjalan kearahnya. Jane berusaha kuat mengangkat tangannya kearah orang tersebut .
"To.....long." Ucap Jane terbata hingga Jane kembali batuk darah. Jane mengedipkan kedua matanya dan orang itu kini sudah berada dihadapan Jane. Seorang pria dengan pakaian serba hitam dan memakai jubah serta topi jubah yang menutupi separuh dari wajahnya.
Jane kembali meminta tolong dengan sisa tenaga yang ia miliki. Pria itu lalu membuka topi yang menutupi wajahnya, kulitnya pucat pasi hingga terlihat urat yang menjalar disekitar wajahnya berwarna hitam. Kedua bola matanya berwarna merah menyala. Jane tidak tau mahluk apa yang sedang berada dihadapannya saat ini yang ia tau ia sangat membutuhkan pertolongan untuk membawanya kerumah sakit.
Jane terkejut saat pria itu mulai menjilati darah yang mengalir dari luka-lukanya. Menjilat dengan lahap seperti orang yang kelaparan.
"Apakah dia manusia? Atau dia seorang malaikat maut yang datang untuk menjemputku?" Tanya Jane pada diri sendiri. Dengan sekejap pria itu kini berada sangat dekat dengan Jane.
"Darah yang sangat manis." Ucap pria itu, berbisik ditelinga Jane yang sedang sekarat. Rasa takut bercampur aduk saat ini, takut dengan kematian dan dengan pria yang saat ini ada didekatnya. Andai bisa lari, walau sakit ia akan tetap berlari.
Tiba-tiba Jane merasakan sakit dilehernya, mirip seperti tusukan benda tajam membuat tubuhnya bergetar menahan sakit, belum lagi dadanya yang makin terasa sulit untuk bernafas juga kepalanya yang terluka parah.
"Apa ini? Apa yang orang ini lakukan padaku? Kenapa rasanya sangat sakit? Kulitku bahkan terasa terkoyak. Apa dia menggigitku? Apa ia akan memakanku? Tuhan, tolong aku. Selamatkan aku dari semua ini. Ma, tolong Jane ma, sakit, ini sangat menyakitkan." Kata Jane dalam batinnya, mata Jane tidak lagi sanggup untuk tetap terbuka lebih lama.
"Tuhan, jika ini adalah akhir dari hidupku maka aku ikhlas. Setidaknya, tolong beritahu pada ayah tentang kematianku." Mata Jane tertutup dan Jane kehilangan kesadarannya.
Pria yang tadi sedang menikmati darah segar milik Jane tiba-tiba terpental kuat hingga tubuhnya terbanting mengenai batang pohon.
Pria itu mengerang kesakitan, belum habis darah Jane ia hisap kini datang pengganggu yang merusak acara makan siangnya.
"Si*alan! Siapa disana!" Teriak pria tadi marah besar.
"Kamu melanggar perjanjian dan kamu tau hukuman apa yang pantas kamu dapatkan." Sahut seseorang dari balik pohon lainnya.
"Cih! Mereka adalah makanan untuk bangsa kita, itu sudah menjadi hukum alam sejak ribuan tahun yang lalu. Lihat gadis itu, walaupun aku tidak menghisap darahnya ia akan tetap mati....Dan lagi kamu harus tau, darah manusia jauh lebih nikmat daripada darah hewan yang biasa kita minum." Sahut pria yang menghisap darah Jane tadi. Ia mulai melangkahkan kakinya kembali kearah Jane dan berniat melanjutkan makan siangnya yang terganggu.
Namun belum sampai 3 langkah tubuhnya kembali terpental kuat menghantam pohon membuat pria itu tidak bisa lagi menahan emosinya.
"Baj*ngan! Cepat keluar dan hadapi aku, jangan bersembunyi seperti seekor kelinci! Akan kukirim kamu ke neraka hingga kamu tidak bisa lagi reinkarnasi dalam wujud apapun!" Teriak pria tadi dengan angkuh dan sombong. Pria itu lalu mengendus dalam mendeteksi siapa yang sejak tadi menyerangnya. Seketika matanya membulat besar, tubuhnya serasa kaku saat mengenali bau dari penyerangnya.
"Pa......pangeran Theo.&q