Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
Chapter #3
Tekad dan Perpisahan
Bagikan Chapter
[1] "Kita harus mencari tempat aman."
[2] "Aku berniat ingin pergi ke Mulyoagung. Di sana ada kelompok gerilya. Aku ingin bergabung dengan kelompok itu dan ikut melawan Belanda."
[3] "Kamu bisa ikut rombongan Kyai Safi"i nanti, Nah. Kamu pasti aman,"
[4] "Kamu bicara apa, nah?
[5] "Pergilah ke Mulyoagung, Kang. Aku akan kembali ke Banyuurip."
[6] "Apa kamu sudah gila, Nah? Kamu malah mau kembali ke tempat yang sudah dikuasai Belanda?"
[7] "Nah, jangan melakukan hal yang bodoh!"
[8] "Aku ingin memejamkan mata sebentar, Kang. Aku tidak kuat terjaga lagi,"
[9] "Maaf, Nah. Aku tidak bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Aku tidak bisa merasakan sakitnya kehilangan keluarga."
[10] Terima kasih, kang. Mulai sekarang aku jalan sendiri. Semoga kamu bisa selamat sampai ke Mulyoagung. Kita sama-sama berjuang, tapi dengan cara yang berbeda."
[11] "Ayo! Ikut kami!"
[12] "Wanita sialan!"
[13] "Wanita kampung rendahan!"
[14] "Wanita kotor yang sok pintar!
[15] "Sialan, kampungan, rendahan, kotor ... apa lagi? Mati dan hidup wanita kotor ini tidak ada di tangan kalian para bedebah!
[16] "Cukup!"
[2] "Aku berniat ingin pergi ke Mulyoagung. Di sana ada kelompok gerilya. Aku ingin bergabung dengan kelompok itu dan ikut melawan Belanda."
[3] "Kamu bisa ikut rombongan Kyai Safi"i nanti, Nah. Kamu pasti aman,"
[4] "Kamu bicara apa, nah?
[5] "Pergilah ke Mulyoagung, Kang. Aku akan kembali ke Banyuurip."
[6] "Apa kamu sudah gila, Nah? Kamu malah mau kembali ke tempat yang sudah dikuasai Belanda?"
[7] "Nah, jangan melakukan hal yang bodoh!"
[8] "Aku ingin memejamkan mata sebentar, Kang. Aku tidak kuat terjaga lagi,"
[9] "Maaf, Nah. Aku tidak bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Aku tidak bisa merasakan sakitnya kehilangan keluarga."
[10] Terima kasih, kang. Mulai sekarang aku jalan sendiri. Semoga kamu bisa selamat sampai ke Mulyoagung. Kita sama-sama berjuang, tapi dengan cara yang berbeda."
[11] "Ayo! Ikut kami!"
[12] "Wanita sialan!"
[13] "Wanita kampung rendahan!"
[14] "Wanita kotor yang sok pintar!
[15] "Sialan, kampungan, rendahan, kotor ... apa lagi? Mati dan hidup wanita kotor ini tidak ada di tangan kalian para bedebah!
[16] "Cukup!"
Chapter Sebelumnya
Chapter 2
Sumpah
Chapter Selanjutnya
Chapter 4
Serangan Pertama
Komentar
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Rekomendasi
Novel
Nyi Kemretek
Novel
Novel Ini Untuk Naina
Novel
PCPK Claudia vs Nadia
Flash
Di Halaman Gereja
Novel
DEBAT
Novel
Fall in Love with Devils
Flash
Pusi, The Sadly Cat
Flash
Akhirnya Kalian Putus Juga
Flash
Pandora
Novel
Proof Of My Heart
Novel
SONIA
Flash
Seorang Operator Telepon di Negara Dunia Ketiga
Flash
Arini
Novel
Paranormal Academy
Novel
19+
Flash
Jika Musik dan Lagu Bisa Berbicara padamu...
Cerpen
Pilihan Dimas
Flash
Rupawan yang Terbuang
Cerpen
Tak Bisa Pulang
Cerpen
Memulung Murung