Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna
Blurb
"Jika ada pengadilan yang cukup berkenan menggugat Tuhan, maka akan kulakukan."
Kata-kata itu keluar dari mulut Koh Ah Tian. Pria tua Muslim Tionghoa berselimutkan trauma itu hampir kehilangan keyakinannya. Kerusuhan di tahun 98 tidak hanya merenggut rumah serta toko berharganya, tetapi juga seluruh kehidupannya. Koh Ah Tian kehilangan Meylan, dunia dan putri semata wayangnya dengan cara yang begitu tragis. Sudah setahun berlalu semenjak tragedi memilukan itu. Koh Ah Tian semakin mempertanyakan keadilan Tuhan dan peranan-Nya.
Di malam Koh Ah Tian mengenang kematian putrinya dan tragedi terkutuk pada hari itu, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk di tengah malam oleh seorang pria misterius berjas hitam. Pemuda yang berprofesi sebagai pengacara itu menyebut dirinya 'Sang Utusan.'. Pengacara muda bernama Gabby itu mengaku bahwa dirinya adalah advokat Tuhan. Dan bahwa Tuhan mendengar keluhan Koh Ah Tian yang berkeinginan menuntut diri-Nya di pengadilan.
Gabby pun menjelaskan kepada Koh Ah Tian, jika tuntutannya kepada Tuhan sangat serius. Gugatan Koh Ah Tian bisa mendatangkan kehancuran bagi seluruh dunia. Mendengar hal tersebut Koh Ah Tian semakin heran. Kenapa dunia bisa hancur hanya karena gugatannya? Gabby menjawab jika tragedi 98 juga hampir mendatangkan kehancuran serupa bagi dunia.
Tragedi 98 hampir merenggut Tabut Perjanjian milik Tuhan. Namun saat ini, setahun berselang, eksistensi Tabut Perjanjian kembali terancam disebabkan gugatan yang dilayangkan oleh Koh Ah Tian. Gabby mengatakan bahwa kedatangan dirinya berkaitan dengan Tabut Tuhan. Sebagai pengacara, Gabby tidak hanya datang untuk mengadvokasi Tuhan, tetapi juga agar Koh Ah Tian menarik kembali gugatannya demi menghentikan kehancuran serta akhir dari dunia.
Gabby memaksa Koh Ah Tian menceritakan semua memori pahit yang ia alami di bulan Mei tahun 1998. Di malam itu, dengan sangat kebingungan Koh Ah Tian tetap menceritakan kepada Gabby apa saja yang ia alami setahun lalu. Koh Ah Tian mengisahkan kembali serangkaian kenangan suram yang sebenarnya sangat ingin ia lupakan dan kuburkan dalam-dalam.
Dalam serangkaian pengalaman Koh Ah Tian melewati tragedi Mei 1998, terkuak sosok bocah Betawi manis bernama Ahmad Suhaili. Bocah polos yang mengaku memiliki pedang Sayyidina Ali ini adalah seorang maniak buku sama seperti Koh Ah Tian. Maskot toko dan sahabat kesayangan Koh Ah Tian ini merupakan sosok tak terpisahkan dari perjalanan ceritanya. Suhaili, bocah Betawi yang mengingatkan Koh Ah Tian kembali akan legenda Tabut Perjanjian.
Apa saja yang sudah Koh Ah Tian lalui bersamai Suhaili pada bulan Mei 1998?
Tragedi kerusuhan Mei 1998, Tabut Perjanjian, serta ancaman kehancuran dunia karena menggugat Tuhan di pengadilan. Semua jawaban pada akhirnya akan bermula dan berakhir hanya pada kisah yang diceritakan oleh Koh Ah Tian.
Kata-kata itu keluar dari mulut Koh Ah Tian. Pria tua Muslim Tionghoa berselimutkan trauma itu hampir kehilangan keyakinannya. Kerusuhan di tahun 98 tidak hanya merenggut rumah serta toko berharganya, tetapi juga seluruh kehidupannya. Koh Ah Tian kehilangan Meylan, dunia dan putri semata wayangnya dengan cara yang begitu tragis. Sudah setahun berlalu semenjak tragedi memilukan itu. Koh Ah Tian semakin mempertanyakan keadilan Tuhan dan peranan-Nya.
Di malam Koh Ah Tian mengenang kematian putrinya dan tragedi terkutuk pada hari itu, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk di tengah malam oleh seorang pria misterius berjas hitam. Pemuda yang berprofesi sebagai pengacara itu menyebut dirinya 'Sang Utusan.'. Pengacara muda bernama Gabby itu mengaku bahwa dirinya adalah advokat Tuhan. Dan bahwa Tuhan mendengar keluhan Koh Ah Tian yang berkeinginan menuntut diri-Nya di pengadilan.
Gabby pun menjelaskan kepada Koh Ah Tian, jika tuntutannya kepada Tuhan sangat serius. Gugatan Koh Ah Tian bisa mendatangkan kehancuran bagi seluruh dunia. Mendengar hal tersebut Koh Ah Tian semakin heran. Kenapa dunia bisa hancur hanya karena gugatannya? Gabby menjawab jika tragedi 98 juga hampir mendatangkan kehancuran serupa bagi dunia.
Tragedi 98 hampir merenggut Tabut Perjanjian milik Tuhan. Namun saat ini, setahun berselang, eksistensi Tabut Perjanjian kembali terancam disebabkan gugatan yang dilayangkan oleh Koh Ah Tian. Gabby mengatakan bahwa kedatangan dirinya berkaitan dengan Tabut Tuhan. Sebagai pengacara, Gabby tidak hanya datang untuk mengadvokasi Tuhan, tetapi juga agar Koh Ah Tian menarik kembali gugatannya demi menghentikan kehancuran serta akhir dari dunia.
Gabby memaksa Koh Ah Tian menceritakan semua memori pahit yang ia alami di bulan Mei tahun 1998. Di malam itu, dengan sangat kebingungan Koh Ah Tian tetap menceritakan kepada Gabby apa saja yang ia alami setahun lalu. Koh Ah Tian mengisahkan kembali serangkaian kenangan suram yang sebenarnya sangat ingin ia lupakan dan kuburkan dalam-dalam.
Dalam serangkaian pengalaman Koh Ah Tian melewati tragedi Mei 1998, terkuak sosok bocah Betawi manis bernama Ahmad Suhaili. Bocah polos yang mengaku memiliki pedang Sayyidina Ali ini adalah seorang maniak buku sama seperti Koh Ah Tian. Maskot toko dan sahabat kesayangan Koh Ah Tian ini merupakan sosok tak terpisahkan dari perjalanan ceritanya. Suhaili, bocah Betawi yang mengingatkan Koh Ah Tian kembali akan legenda Tabut Perjanjian.
Apa saja yang sudah Koh Ah Tian lalui bersamai Suhaili pada bulan Mei 1998?
Tragedi kerusuhan Mei 1998, Tabut Perjanjian, serta ancaman kehancuran dunia karena menggugat Tuhan di pengadilan. Semua jawaban pada akhirnya akan bermula dan berakhir hanya pada kisah yang diceritakan oleh Koh Ah Tian.
Tokoh Utama
Koh Ah Tian
Gabby
Suhaili
Meylan
#1
Bab 1 : Aku yang Mengetuk Pintu
#2
Bab 2 : Gabby Si Pengacara
#3
Bab 3 : Advokat Tuhan dan Tabut Perjanjian
#4
Bab 4 : Hati yang Menggugat
#5
Bab 5 : Gurauan Daging Babi
#6
Bab 6 : Bibliomania
#7
Bab 7 : Maskot Toko, Suhaili
#8
Bab 8 : Ujian Mendadak
#9
Bab 9 : Pedang Dzulfikar
#10
Bab 10 : Keyakinan Berbeda
#11
Bab 11 : Ah Tian Jilid Dua
#12
Bab 12 : Aron Ha-Brit
#13
Bab 13 : Moment Tak Terlupakan
#14
Bab 14 : Kesempatan dan Kesempitan
#15
Bab 15 : Menonton Film
#16
Bab 16 : Pilihan Berat
#17
Bab 17 : Kartu Pertama
#18
Bab 18 : Holocaust Tionghoa
#19
Bab 19 : Eternal Regret
#20
Bab 20 : Penumpang Gratisan
#21
Bab 21 : Kota Jahiliyah
#22
Bab 22 : Topi Penyelamat
#23
Bab 23 : Kekasih Meylan
#24
Bab 24 : Bos Cina
#25
Bab 25 : Qurbanot Pesakh
#26
Bab 26 : Aura Keputusasaan
#27
Bab 27 : Tujuh Berandal
#28
Bab 28 : Kota yang Terbakar
#29
Bab 29 : Sebuah Pengakuan
#30
Bab 30 : Lag BaOmer
#31
Bab 31 : Manusia Jahannam
#32
Bab 32 : Nadi Ali
#33
Bab 33 : Pasukan Bersayap
#34
Bab 34 : Yogya Plaza
#35
Bab 35 : Kematian Meylan
#36
Bab 36 : Lamed-Vovnik (36 Fondasi Dunia)
#37
Epilog
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Kamu harus masuk terlebih dahulu untuk mengirimkan ulasan, Masuk
Disukai
1
Dibaca
297
Tentang Penulis
Raz Aka Yagit
Penulis amatiran dan pemimpi ulung.
Bergabung sejak 2020-01-01
Telah diikuti oleh 569 pengguna
Sudah memublikasikan 5 karya
Menulis lebih dari 349,300 kata pada novel
Rekomendasi dari Drama
Novel
Perfect Purple
Mizan Publishing
Novel
UNQUALIFIED
Putri Lailani
Novel
Tabut Tuhan di 98
Raz Aka Yagit
Novel
KAKTUS
L.Biru
Novel
YANG BULAN SAKSIKAN
Raden Maesaroh
Flash
Listrik UGD 24 Jam
Martha Z. ElKutuby
Flash
Mengatasi Penyakit Menganggur
Eko Triono
Novel
AKU KECEWA
ATTAR DARNIS
Novel
Nana's Agreement
Ayuning Dian
Novel
Mellow Yellow Drama
Bentang Pustaka
Novel
Hesti dan Nurul
syafetri syam
Novel
Zahra Story
Dingu
Flash
Diajar Fajar
Silvarani
Cerpen
SANGKAN PARANING DUMADI
Heru Patria
Novel
Persidangan Langit
Maceloda
Rekomendasi