Daftar isi
#1
Pantulan Jingga dari Barat #1
#2
Kabut Pagi Yang Mengabu #2
#3
Sengatan Siang Yang Menjerit #3
#4
Senja Memerah #4
#5
Lukisan Sedih Yang Berembun #5
#6
Gelap Ke Terang atau Terang ke Gelap. . . #6
#7
Tangisan Musim Kemarau #7
#8
Layunya Anyelir Merah #8
#9
Ada Awal dan Ada Akhir #9
#10
Pertemuan dan Jodoh Yang Tak di Duga #10
Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
#5
Lukisan Sedih Yang Berembun #5
Bagikan Chapter
Sepanjang perjalan pulang Gendis hanya diam membisu, tatapan matanya penuh kekosongan. Raut wajahnya masihtersimpan rasa ketakutan. Sesekali ia menoleh ke kanan dan kekiri, menatap barisan toko maupun rumah yang rusak akibattindakan anarkis.
Suara serpihan kaca terdengar di mna-mana. Kebanyakanrumah dan toko berdinding kaca mengalami kerusakan berat.f95 392Para pemilik toko membersihkan puing -puing yang rusak,namun ada sebagian ibu-ibu hanya bisa menagis melihat tokomereka yang rusak. Pemandangan tersebut hampir terjadi di jalan poros yang dilalui oleh para pendemo.
Tiba-tiba terdengar suara klakson dari becak.
“Kring….kring….kring….”
“Bagian5jg smfmana rumahta Naksc5 bra?” tanya Pak becak.
“Masuki diwkg y92Lorongl3t trf1xtg a96Daeng.”jawab Gendis.4cp iup(Daeng dalamnbahasa Makassar adalah sebutan bagi laki-laki)
Pandangan Gendis tiba-tiba tertuju pada sebuah atraksi di sekitar awan. Seperti lukisan gerak yang menunjukankeindahannya. Berpuluh-puluh Capung membentuk koloniberterbangan ke sanae9j pbgkemari seperti sebuah tarian. Sesekaligerakannya naik tiba-tiba turun,02w mhldan naik lagi seperti ombakyang bergelombang,sesekali juga berputar ke segala arah.
“Daeng, coba lihat ki itu banyak sekali capung terbang?”tanyaGendis menunjuk ke arah capung.
“Kalau menurut tradisi dan kepercayaan nenek moyangku duluitu tandanya mau turun hujan.” balas Daeng Becak.
“Oh….gitu yahuyk s5r!” seru Gendis memandang capung yang berterbangan.
“xfc 8tjWah…..sungguh indah sekali pemandangan itu. Ketika kepalamengadah ke atas, tarian dari capung terbingkai dalam sebuahlukisan gerak yang memberikan rasa takjub dan keindahan. Tapi ketika memandang ke bawah ,pecahan kaca dan puing puing bangunan yang rusak terhampar di atas tanah terbingkai dalamlukisan diamio9 x7uyang memberikan rasa kesedihan,ketakutan dan kecemasan.”ucap Gendis dalam hati.
Suara ayunan kakismi khwyang mengayuh becak terdengar jelasbersanding dengan napasvg9 tv3Daeng becak yang ngos-ngosan….
“Stop….stop, sampai mi di sini Daeng,” ucap Gendis secaratiba-tiba.
Daeng Becak pun segera menekan rem secara mendadak.Gendis pun turun dari becak dan mengeluarkan tiga lembar uangv7x fn3serratus untuk membayar ongkos becak.
“Inicnq fw1Daeng uangnya!” ucap Gendis.
“Terimakasih nak.” balas Daeng Becak.
“Iyegqb 3pmDaeng sama-sama .” balas Gendis kembali.
Tepat di depan rumahnya, Gendis hanya memandang dan terdiam cukup lama.Sesekali matanya melirik ke arah rumahtetannga,hpq l6kdan surauwmq vt9yang ada di kompleks rumah.
“ Kenapa hari ini penuh keteganngan. Tetangga pun sepi sekali, padahal biasanya mereka berkumpul sambil mencarikan anakgadisnya kutu. Begituxzf 0kgpun dengan suraur8m u1f,tidak di penuhi oleh anak yang mengaji.” ucapnya dalam hati.
“Tok….tok….tok…..” suara Gendis yang mengetok pintu.
“ Assalamualaikum….” sahut Gendis.
“Assalamualaikum….” sahut Gendis lagi.
Lima menit berlalu, tidak ada suara balasan. Gendis lalu duduk bersandar di depan pintu.
“Assalamualaikum…Mae….Mae….!” teriak Gendis(masihmenyandarkan diri di pintu).
“Waalaikum salam……” terdengar suara dari dalam.
“Gedebug……sts,……” suara Gendis yang jatuh dekat pintu.
“i7e 3thOh walah…. Nak Gendis to!” seru Pakde Herman ( kakak darimamanya Gendis).
“oit 8ecKok kamu baru pulang, Ndok?” tanya Pakde Hermanrue yao( kata Ndok sebutan sayang untuk anak perempuan atau adikperempuan dighf zw7Sukumfo dgjJawa)
“yjq fvjKamu ndak apa apa kan ? Ibumu tadi keluar sekaligus nyariinkamu loh!” seru Pakde Herman.
“ Gendis baik-baik aja kok Pakde.” balas Gendis menuju mejamakan .
“c0o hm2Loh…. katanya Pakde hari ini mau pulang ke Jawa, kok masihdi rumah?” tanya Gendis sambil mengambil minum.
“ Ndak jadi Ndok, ndak ada mobil ke arah terminal luar kota.tzs 2s4Tadi Pakde ke terminal dalam kota , ndak ada satu pun mobilyang jalan ke sana, katanya mau ada mahasiswa yang demo.” jawab Pakde Herman sambil menyalakan televisi.
“ Ssssstt……..sstttttssss……..” suara ngorok Gendis yang tertidur pulas di kursi saling berbaur dengan suara berita dig3k hmdTV.
“r59 8uyMama……mae…..mama……!” terdengar suara anak kecilyang memanggil.
“qji 5htEh…..z5a m1iTole, udah bangun cah bagus,l6t ykjmama lagi keluar, sinisama Pakde.” ucap Pakde Herman sambil menggendong Rudi (tole adalah sebutan kesayangan untuk anak laki-laki).
Tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu.
“ Assalamulaikum…..” ucap Ibunya Gendis sambil masuk kedalam rumah,
“ Waalaikum salam. Piye situasine…?” tanya Pakde Herman.
“jbz sdwWes kacau kabeh Gus (kacau semua kak), toko-toko akeh sengpecah kocone (toko-toko banyak yang pecah kacanya). Gerobakdodolanku yo rusak (gerobak jualanku juga ikut rusak). Endi Gendis wes muleh ta (ysp t7lmana gendis sudah pulang kah )?” balasIbunya Gendis.
“rm7 8rfWes lage ntas teko ( sudah,barusan datang), wonge turu nengkursi(orangnya tidur di kursi),zdm besWes9do j24nah tenang(sudah tenang), anakmu muleh selamet (anakmu pulang selamat)!” seru PakdeHerman.
Rasa cemas seorang ibu tidak bisa disembunyikan. Ibunyapun berlari memeluk Gendis yang tertidur lelap di kursi dengansangat erat.
“1w8 mdvKamu kok baru pulang to Ndok,79u hn6pean (kamu) dari mana aja ?Biasanya pean kalau jamsv4 w3z1 sudah di tempat jualnnya Mae9hu vt8?”ucap Ibunya sambil memeluk dan mengelus rambut Gendis.
Tiba-tiba Gendis menangis sangat keras, seakan-akanmeluapkan apa yang ditakutkan selama sehari ini.
“Mae…,mae…,mae…, aku takut sekali tadi!”ucap Gendismemeluk Ibunya.
“ Tenang, tenang Nak, ono opo ta (ada apa )?” tanya Ibunya.
“Tak kiro aku tadi mau mati . aku takut sekali, baru kali ini akumelihat orangmiq c3kdemo.” ucap Gendis menangis sesegukkan.
“ Huuuu,,,,,, huuu,,,, aku tadi singgaah ke toko buku bersamateman-teman, tapi tiba-tiba langsung banyak orang89t japdemous3 4nddandj6 gmxkamifi5 u75pun terjebak di toko buku. Khuuu……ekhe khekhe…..ekhe . Sepurane Mae (maaf mama), Gendis salah. Maafkan gendis, ekha,,,khe,,,,9xa rpk.” ucap Gendis lagi dengantangisan yang lebih keras dan tersenguk-sengguk.
“9ql 5byWes… ndak usah nangis lagi, sekarang sudah aman.” balasIbunya sambil menepuk Pundak Gendis dan meneteskan air mata.
“bha ondTeman-temanmu aman kan semuanya ? tanya ibunya lagi.
“ Nggeh(iya) Mae, aman mboten enten seng(tidak ada yang)luka.” jawab Gendis
“vnu odkWes nah meneng, ojo ditangisi.mcu yweIki jenenge musibah.(udatenang jangan ditangisi ini Namanya musibah), tidak ada yang tahu kapan datangnya.1w7 gvxpodo karo(sama seperti) aku, arep mbalikneng Jowo (mau balik ke Jawa) ternyata gak bisa, rupanya adakejadian seperti ini. ucap Pakde Herman sambil menyerahkanRudi ke Ibunya Gendis.
“4kb z6vCah bagus main dulu ya sama Mbak Gendis,”m18 f3eMae mau masakuntuk makan malam.
Ibunya Gendis pun beranjak menuju dapur dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Chapter Sebelumnya
Chapter 4
Senja Memerah #4
Chapter Selanjutnya
Chapter 6
Gelap Ke Terang atau Terang ke Gelap. . . #6
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi
Cerpen
Saksi Sekejap
Novel
Someone You Loved
Flash
MALINGGUNA : The Story Of Wasim.
Flash
Gerbang Nasib
Flash
Kamis Bahagia
Flash
MALAM BERSAMA MALING
Novel
Yang Tenggelam di Dasar Kenangan
Novel
Terima Kasih Sudah Menjadi Istriku
Flash
Sebentar Lagi Natal
Novel
Surat Untuk Ayah
Novel
Love or Laugh
Novel
Brinet, The Lovely Angel
Cerpen
LALI
Flash
Nenek Cantik, Nenek 14 Anak
Novel
Gadis Pramugari
Flash
TUAN HAJI MURAD
Flash
Youth
Cerpen
Buku Mimpi Mimi
Novel
Ketika Tidak Berjalan Dengan Semestinya
Novel
Scenario