Sekuntum Teratai Untuk Ibu
#4
Senja Memerah #4
Bagikan Chapter
  • Bookmark Paragraf ini
  • Duathk ks0jam0mh zt9yang mereka lalui, serasa seabad lamanyaketakutan yang mereka rasakan. Di balik pintu masih terdengarsuara mesin dari mobil pasukan coklat dan loreng.
        Terlihat jelas dari sudut kaca yang telah pecah, para pendemo berhamburan kesana kemari. Adaky6 iqsyang tertangkap, adajugavtr cjkyang lolos dari sergapan apparat, tak sedikit pun yang tertangkap langsung di angkut ke mobil gajah.
        Beberapa titik di jalan terdapat tumpukan bano56 y3gyang terbakar.Bahkan dari jauh pun masih terlihat api yang menjulang tinggi,menjadikan seluruh kota Kendari berselimut warna merah akibatpantulan panas api. 
    “Kreeek….kreeekkk…kreeek.”suara pintu yang dibuka pemiliktoko buku.
    “Aman sudah, aman tidak ada mahasiswa yangtug 1godemo lagi!” ucappemilik toko buku.
    “Andri, tolong nanti di bersihkan di lantai bawah, saya ke lantai2 lihat kondisi di atas!”seru pemilik toko buku.
    “Iye Puang.” balas Andri(puang sebutan untuk orangwjy cpzyang tuaatau yang lebih tinngi dalam suku bugis)
    “Anak-anak jangan takut, sudah aman mi, tidak ada ji0ky p3uyang jauhrumahnya to? kalau jauh jangan jalan kaki cari becak mi saja.” ucap pemilik toko buku sambil menuju anak tangga.
    ls2 q8dIye Puang, terima kasih.” jawab mereka secara serentak.
        Mereka berjalan keluar toko sambil memandang apa yang telah terjadi di sekitanya. Banyak toko yang kacanya pecah.Gerobak dagang di pinggir jalan pun hancur.g95 mjxBan4is ms5yang terbakarmasih memancarkan api di beberapa titik.4v6 j2gAdaj1u 5cnasapd1w lafyang menjulang tinggi membentuk awan hitam.mhn q1wBau hangus terciumdimana-mana. Tokod8f 5e4roti milik pribumi maupun milik Cina takluput dari amukan pendemo. Para pemilik toko berlalu-lalangmembersihkan serpihan-serpihan kaca yang pecah. Terlihatmakanan dari gerobak pedagang yang jatuh berhamburan.
    “Waaaahhhh….,lihatlah langit dik5z x6watas,teman?”sahut Gendismenatap ke atas langit.
    “Wah, sepintas ada yang berbeda!” balas Santi sambilmemandang juga.
    “Sungguh indah, itu seperti lukisan sunsetcld r0fyang terlukis di khayangan!” teriak Jumi sambil tersenyum namun penuh tangis.
    “Iya,dsp cs5di satu sisi indah, tapi di sisi lain menyedihkan karenasenja yang indah ini diikuti warna merah dari pantulan api yang membara.” balas Gendis sambil memandang banmjg xn5yang masihterbakar.
    “Mira, kenapa kot86 rfodiam saja?”tanya Jumi.
    “Seakan rasanya tadi aku mau mati saja karena ketakutan.s41 k3qBelum pernah ka merasakan gemetar yang begitu selamahidupku!”seru Mira dengan meneteskan air mata.
    “Sama saya jugakzc gzh.” sahut Santi.
    Seketika mereka berpelukan dan saling merangkul satu samalainnya sampai meneteskan air mata.
    “Jangan lupakan kesedihan kita hari ini.”sahut Gendis.
    “Iya, kejadian ini membuat kita semakin kuat.”balas Jumi.
    “Woih…mari kita jadikan hari ini persahabatan sejati, setuju ko, wkkwkwk?” balas Santi tertawa lepas.
    “Setuju kapxo dr7juga, jadi hari ini kita 4 sekawan menjadi sahabatsejati!”balas Mira.
    “Setuju…!” sahut Gendis.
    “Setuju…!” sahut mereka bersamaan.
    Mereka78j ztfpun saling berpelukan……
    14c 50tOh iya,nk8 3u6kalian besok mau masuk sekolah kah ?” tanya Jumi.
    ups 6z0Kalau saya mungkin tidak.” balas Santi.
    “Lihat situasi dulu lah, kalau ada mobil Insha14a p9jAllah sayasekolah!” jawab Gendis.
    05y ufcSama saya juga lihat kondisinya bagaimana besok.” sambungMira dengan menghela napas5i3 5tnyang3dq q6mPanjang.
    “Kalau gitu pulang ka dulu, itu ada becak dari arah barat!” sahutgendis menunjuk becak tersebut.
    3be c1bOk, saya juga mau  pulang ,itu ada juga becak yang kosong!” balas Mira.
    uai rnpKalau saya sama Santi tunggu becak di sini aja karena kami satu jalur jadi bisa pulang bersamaan.” balas Jumi.
    gjm 7w5Dada...,dada ..,dada….!” teriak Gendis kearah teman-temanyadengan melambaikan tangannya.
    Langkah4ky wtzdemi langkah mereka akhirnya pulang menuju rumahmasing-masing.

    Chapter Sebelumnya
    Chapter 3
    Sengatan Siang Yang Menjerit #3
    Chapter Selanjutnya
    Chapter 5
    Lukisan Sedih Yang Berembun #5