Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna
Blurb
FITRAH MANUSIA pada setiap orang itu bermacam-macam. Sesuai kodrat dan misi yang dikaruniakan Tuhan kepada masing-masing mereka. Seseorang yang telah menemukan fitrahnya: kenapa saya ada di bumi, siapa yang menciptakan saya, dan untuk apa saya diciptakan ada? Ketika manusia telah mendapatkannya, tahu asal-muasal diturunkan ke dunia ini, maka mereka akan mencari ilmu dan alatnya agar misi hidup mereka dijadikan sebagai manusia itu kembali kepada Pencipta dengan nilai rapor yang bagus, selamat, dan berkah bagi semesta. Benarkah, orang-orang yang wafat di tempat terindah atau terfavorit mereka disebut telah menemukan fitrah? Dan mereka pupus di medan jihad ketika mengemban misi di dunia masing-masing.
Kirayla Ayunda Hasnawati, atau disapa Kirey, bertahun-tahun meninggalkan suasana rumahnya yang serbaada, baik lahir maupun batin. Nahasnya, bukan itu yang ia cari di dunia ini. Sejak kehilangan ayahnya yang hingga kapan pun menjadi sosok panutannya, dia tumbuh menjadi wanita dewasa yang egois, ingin selalu diperhatikan, dan benci dinasihati walau itu amat baik baginya. Bekerja sebagai fotografer adalah passion hidupnya. Hingga Edison, sang sahabat kuliah, memberikan pekerjaan itu di majalah bisnis, traveling, dan pariwisata yang dia rintis bersama bos-nya yang sangat dikagumi Kirey. Kirey pun aktif di sana seolah menemukan surganya, setelah merasa gagal oleh pelbagai macam pekerjaan lamanya selama tiga tahun hijrah di Ibu Kota. Sementara itu, keluarga besarnya, keluarga pondok pesantren mewanti-wanti dirinya agar ingat asal-usulnya, jangan sampai jadi perawan tua di Jakarta, dan harus segera memakai jilbab sebagaimana kaum Muslimah di sekitar mereka. Kirey benci dengan nasihat dan peringatan mereka yang telah menganggapnya seperti anak gadis ingusan saja. Buntutnya, ia makin benci pada mereka ketika perkenalan calon suaminya.
Danish Donaukanal, atau Moza, seorang fotografer dan petualang dari Austria yang akhirnya meluluhkan hatinya. Jumpa pertama mereka di Pulau Komodo, ketika keduanya tengah mengambil obyek foto di pulau ajaib itu. Keduanya pun jatuh cinta karena memiliki kecocokan sebagai pencari jati diri: Kirey didera iklim keluarga kyai yang dirasakannya bak putri di sangkar emas, dan Moza sebagai korban perceraian orangtua serta aktor kehilangan kekasih demi pengorbanan kepada saudara terbaiknya yang sama-sama mencintainya, lalu keduanya memertanyakan fitrah mereka ada di dunia ini. Apakah Tuhan hanya ingin membuatnya menderita? Takmemiliki bahagia yang sesuai harapan hati dan selalu ditinggal jauh sosok-sosok yang membahagiakan?
Ludwig, buah hati Kirey dan Moza yang malah lebih banyak waktu dengan para pengasuhnya. Orang tua Ludwig pun beribut hebat dan berpisah dengan ideologi masing-masing. Di puncak dakwahnya, Moza wafat dalam keadaan Muslim di tempat terindahnya, pegunungan. Butuh waktu dan perjuangan yang panjang dia mengakui dia Muslim sebagai jati dirinya. Dia harus berkeliling Eropa, Afrika, lalu ke Asia, dan terakhir mantap menetap di Indonesia yang menurutnya berpesona yang berbeda, dan tergugah ber-Islam ketika ia menginap di perkampungan pesantren di rumah Kirey. Semangat ber-Islam-nya melesat cepat hingga dia diaku anak oleh seorang Habib dan mewasiatkannya membina pengajian mualaf se-Jabodetabek.
Dan pesan terakhir buat isterinya: "Mencari nafkah itu wajib, menuntut ilmu juga wajib, mendidik anak juga wajib, dan berdakwah juga wajib. Jikalah kita belum bisa melanjutkan dakwah Almarhum—ayah Kirey yang kiai itu—, setidaknya kita bisa berdakwahlah dahulu di rumah kecil ini, rumah kita!"
Tidak hanya Kirey yang terpukul. Tetapi, Ludwiglah yang sejak kecil banyak kehilangan figur orang tua. Setelah takmemiliki sosok kakek di dalam hidupnya, dia pun harus kehilangan ayah yang begitu perhatian, tapi dihancurkan oleh sikap keras ibunya. Kirey pun taktahu bahwa anaknya mengidap komplikasi di dalam tubuhnya, saking sibuknya berkarier di surga dunianya. Ludwid wafat di hari miladnya, 17 Ramadan. Di hari di mana dirinya mulai bertekad menjadi Muslimah sejatinya, yang memiliki ayah seorang kiai terpandang dan sering mengingatkan ummat berakhlak qurani—termasuk sempurna menutup aurat—, dan seorang suami mualaf yang penuh loyaliti dan integriti dalam mengualitaskan diri yang banyak ketertinggalannya, serta memajukan dakwahnya, termasuk nasihat bijak terakhirnya untuk isteri tercintanya: "Aku mendakwahi ribuan orang wajibnya menutup aurat, tapi istriku sendiri!"
Kirey, sebagai 40 Fotografer Terbaik Nasional, frustasi kelas tinggi, seolah ia mengaku bahwa Tuhan menunjukkan fitrahnya kepada dirinya yang keras itu dengan cara yang lebih keras. Lalu, ia kembali ke rumahnya yang telah ditinggalkan selama 11 tahun. Di sanalah, hidup barunya dimulai, pada Ramadan Terakhir Ludwig, demi meneruskan dakwah suci kedua figur terbaiknya, meski di dadanya terasa pilu karena mereka yang giat menjilbabkannya, takada lagi di dunia. Apakah ini ikhlas itu?![]
Kirayla Ayunda Hasnawati, atau disapa Kirey, bertahun-tahun meninggalkan suasana rumahnya yang serbaada, baik lahir maupun batin. Nahasnya, bukan itu yang ia cari di dunia ini. Sejak kehilangan ayahnya yang hingga kapan pun menjadi sosok panutannya, dia tumbuh menjadi wanita dewasa yang egois, ingin selalu diperhatikan, dan benci dinasihati walau itu amat baik baginya. Bekerja sebagai fotografer adalah passion hidupnya. Hingga Edison, sang sahabat kuliah, memberikan pekerjaan itu di majalah bisnis, traveling, dan pariwisata yang dia rintis bersama bos-nya yang sangat dikagumi Kirey. Kirey pun aktif di sana seolah menemukan surganya, setelah merasa gagal oleh pelbagai macam pekerjaan lamanya selama tiga tahun hijrah di Ibu Kota. Sementara itu, keluarga besarnya, keluarga pondok pesantren mewanti-wanti dirinya agar ingat asal-usulnya, jangan sampai jadi perawan tua di Jakarta, dan harus segera memakai jilbab sebagaimana kaum Muslimah di sekitar mereka. Kirey benci dengan nasihat dan peringatan mereka yang telah menganggapnya seperti anak gadis ingusan saja. Buntutnya, ia makin benci pada mereka ketika perkenalan calon suaminya.
Danish Donaukanal, atau Moza, seorang fotografer dan petualang dari Austria yang akhirnya meluluhkan hatinya. Jumpa pertama mereka di Pulau Komodo, ketika keduanya tengah mengambil obyek foto di pulau ajaib itu. Keduanya pun jatuh cinta karena memiliki kecocokan sebagai pencari jati diri: Kirey didera iklim keluarga kyai yang dirasakannya bak putri di sangkar emas, dan Moza sebagai korban perceraian orangtua serta aktor kehilangan kekasih demi pengorbanan kepada saudara terbaiknya yang sama-sama mencintainya, lalu keduanya memertanyakan fitrah mereka ada di dunia ini. Apakah Tuhan hanya ingin membuatnya menderita? Takmemiliki bahagia yang sesuai harapan hati dan selalu ditinggal jauh sosok-sosok yang membahagiakan?
Ludwig, buah hati Kirey dan Moza yang malah lebih banyak waktu dengan para pengasuhnya. Orang tua Ludwig pun beribut hebat dan berpisah dengan ideologi masing-masing. Di puncak dakwahnya, Moza wafat dalam keadaan Muslim di tempat terindahnya, pegunungan. Butuh waktu dan perjuangan yang panjang dia mengakui dia Muslim sebagai jati dirinya. Dia harus berkeliling Eropa, Afrika, lalu ke Asia, dan terakhir mantap menetap di Indonesia yang menurutnya berpesona yang berbeda, dan tergugah ber-Islam ketika ia menginap di perkampungan pesantren di rumah Kirey. Semangat ber-Islam-nya melesat cepat hingga dia diaku anak oleh seorang Habib dan mewasiatkannya membina pengajian mualaf se-Jabodetabek.
Dan pesan terakhir buat isterinya: "Mencari nafkah itu wajib, menuntut ilmu juga wajib, mendidik anak juga wajib, dan berdakwah juga wajib. Jikalah kita belum bisa melanjutkan dakwah Almarhum—ayah Kirey yang kiai itu—, setidaknya kita bisa berdakwahlah dahulu di rumah kecil ini, rumah kita!"
Tidak hanya Kirey yang terpukul. Tetapi, Ludwiglah yang sejak kecil banyak kehilangan figur orang tua. Setelah takmemiliki sosok kakek di dalam hidupnya, dia pun harus kehilangan ayah yang begitu perhatian, tapi dihancurkan oleh sikap keras ibunya. Kirey pun taktahu bahwa anaknya mengidap komplikasi di dalam tubuhnya, saking sibuknya berkarier di surga dunianya. Ludwid wafat di hari miladnya, 17 Ramadan. Di hari di mana dirinya mulai bertekad menjadi Muslimah sejatinya, yang memiliki ayah seorang kiai terpandang dan sering mengingatkan ummat berakhlak qurani—termasuk sempurna menutup aurat—, dan seorang suami mualaf yang penuh loyaliti dan integriti dalam mengualitaskan diri yang banyak ketertinggalannya, serta memajukan dakwahnya, termasuk nasihat bijak terakhirnya untuk isteri tercintanya: "Aku mendakwahi ribuan orang wajibnya menutup aurat, tapi istriku sendiri!"
Kirey, sebagai 40 Fotografer Terbaik Nasional, frustasi kelas tinggi, seolah ia mengaku bahwa Tuhan menunjukkan fitrahnya kepada dirinya yang keras itu dengan cara yang lebih keras. Lalu, ia kembali ke rumahnya yang telah ditinggalkan selama 11 tahun. Di sanalah, hidup barunya dimulai, pada Ramadan Terakhir Ludwig, demi meneruskan dakwah suci kedua figur terbaiknya, meski di dadanya terasa pilu karena mereka yang giat menjilbabkannya, takada lagi di dunia. Apakah ini ikhlas itu?![]
Tokoh Utama
Kirey
Moza
Ludwig
Aldam
Aleks
Edison
Ishac
#1
Orang Kedua yang Benar-benar Kehilangan Ludwig
#2
Kalau Kita Cinta Fotografi
#3
Laki-laki Paling Bersedih di Dunia
#4
Bosan dengan Kekalahanku
#5
Peranan Perempuan Dilahirkan
#6
"Ada Apa dengan Kaver Majalah Saya?"
#7
Buku Perpisahan
#8
Kaset Beethoven di Tangan Kananku
#9
Jika Serius, Harus Menikah
#10
"Agama Calon Suami Apa, nDuk?"
#11
Istri Orang Pulau Komodo
#12
Barchen, Beruang Kecilku
#13
Maus, Bulan Madu Gratis
#14
Ludwig Bukanlah Anakku
#15
Temani Saya ke Bengkulu
#16
Oh, Indahnya, yang Jadi Istrinya
#17
Ke Kalimantan
#18
Kemping Wisata di Hutan Tercantik
#19
Bumi Allah Masih Luas di Sini
#20
Ada Pertemuan, Mustahil Tiada Perpisahan
#21
Sebelum ke Kalimantan
#22
MOZAAA....
#23
Sebentar Lagi Hujan, Rey!
#24
Siapa Neusie Feldhasekou itu?!
#25
Ludwig dan Negeri Sejarahnya
#26
Wiener Festwochen
#27
Cerita Lambadranaya dan Kisah di Balik Layar Rencana Mereka
#28
"Semoga Cepat Dapat!"
#29
Aku Butuh Suamiku Malam Ini Juga
#30
17 Ramadan
#31
MUHASABAH
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Disukai
58
Dibaca
19.3k
Tentang Penulis
Mahabb Adib-Abdillah
Pengarang, penyair, esais, penulis lagu, pendaki gunung, pemain bas, pekerja sosial, guru literasi, aktor dan sutradara teater.[]
Bergabung sejak 2020-05-31
Telah diikuti oleh 997 pengguna
Sudah memublikasikan 4 karya
Menulis lebih dari 166,151 kata pada novel
Rekomendasi dari Religi
Novel
Ramadan Terakhir Ludwig: Ibu Teladan, Ayah Petualang, Anak Istimewa
Mahabb Adib-Abdillah
Novel
Kapal Nuh Abad 21
Bentang Pustaka
Cerpen
Undangan Misterius Kazumi Untuk Hiroshi
Hadis Mevlana
Novel
If You Believe That You Can
Andini Maulana
Cerpen
LUKISAN LELAKI MEMPERSEMBAHKAN DOMBA
Sri Wintala Achmad
Novel
Will You Be Mine
Tri Gustari
Novel
KHADIJAH:PEREMPUAN TELADAN SEPANJANG MASA (REPUBLISH)
Mizan Publishing
Flash
TAKJIL
Hesti Ary Windiastuti
Cerpen
Salah Kaprah
LISANDA
Flash
Reuni
Bisma Lucky Narendra
Cerpen
The Two of Us
Hans Wysiwyg
Novel
Romantic Destination (Found You)
Alita
Novel
Di Tepian Kehidupan 1
Mfathiar
Cerpen
Takbir Rindu
AndikaP
Novel
Kiai Gokil
Bentang Pustaka
Rekomendasi