Daftar isi
#1
Pengakuan
#2
Lamba dan Kepergian
#3
Koja dan Suratnya
#4
Bapak
#5
Oh, Perempuan Muda
#6
Hari Sang Dara Agung
#7
Perempuan itu Bernama Kau
#8
Batas
#9
Datangnya Sebuah Kabar
#10
Perempuan Berbibir Tipis
#11
Utuh, Sepenuhnya, Seluruhnya, Semuanya, Tanpa Setengah-setengah.
#12
Menulis, Menulis, Menulis
#13
Memeluk Sajak
#14
Petuah Dua Kawan
#15
Perjalanan, Sajak-Sajak, dan Manusia Transisi
#16
Lusi
#17
Mawar Itu Sudah Dipetik Tangan Lain
#18
Selamat Tinggal Masa Muda
#19
Sebuah Mimpi yang Menuntun Nasib
#20
Kenangan Lima Hari Memadu Kasih
#21
Perkawinan Tungku Cu
#22
Perjumpaan yang Kedua
#23
Tak Layak untuk Aku Pangkas, Tak Pantas untuk Aku Petik
#24
Lusi dan Kotanya
#25
Hujan dan Romansa
#26
Perseteruan
#27
Surat Kepada Lusi dan Mendeng
#28
"Amin," tutup Koja
#29
Anak Kepala Suku
#30
Saya Menjadi Aku
#31
Surat-Surat Balasan
#32
Menjadi Milikku, Seutuhnya
#33
Akhirnya
#34
Maumere, 12 Desember 1992
#35
Kepadamu, Sang Dara Agung
Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
Chapter #2
Lamba dan Kepergian
Bagikan Chapter
Chapter ini masih diperiksa oleh kurator
1. Kraeng: sapaan kraeng secara harafiah artinya adalah tuan. Kraeng khusus ditujukan untuk seseorang (laki-laki) yang berketurunan bangsawan, misalnya raja, kesatria, kepala suku, dan sebagainya.
2. Oto Kol: Ini adalah sebuah truk colt diesel yang oleh orang-orang setempat disebut Oto Kol.
Tidak seperti truk-truk lain, Oto Kol merupakan truk yang dimodifikasi dengan menambahkan bak kayu di belakangnya.
Bak kayu itu diberi atap dan di dalamnya diisi dengan bangku-bangku tempat penumpang duduk dan bersandar.
Nana: sebutan kesayangan untuk seorang lelaki.
Caci: atau tarian caci adalah tari perang sekaligus permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk (larik) dan perisai (Nggiling)
2. Oto Kol: Ini adalah sebuah truk colt diesel yang oleh orang-orang setempat disebut Oto Kol.
Tidak seperti truk-truk lain, Oto Kol merupakan truk yang dimodifikasi dengan menambahkan bak kayu di belakangnya.
Bak kayu itu diberi atap dan di dalamnya diisi dengan bangku-bangku tempat penumpang duduk dan bersandar.
Nana: sebutan kesayangan untuk seorang lelaki.
Caci: atau tarian caci adalah tari perang sekaligus permainan rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan cambuk (larik) dan perisai (Nggiling)
Chapter Sebelumnya
Chapter 1
Pengakuan
Chapter Selanjutnya
Chapter 3
Koja dan Suratnya
Komentar
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Rekomendasi
Novel
Imagine
Novel
Kala Bulan Menemui Malam
Novel
Nak, Jangan Jadi Guru
Novel
Oh My Beebu
Cerpen
Bu Guru Hastin Ditangkap Polisi
Cerpen
Bos 100 Dolar
Flash
Mister Jamu
Novel
Dua Puluh Empat Skenario
Flash
Lelaki dengan Sepatu Jebolnya
Novel
KOL (Karang Ombak Laut)
Novel
Friend Or Lover
Cerpen
the sunthree
Komik
Nah...
Flash
Sepenggal Rasa Yang Tertinggal
Novel
ASTRO(NAUT)
Novel
Dia Yang Tidak Mencintaiku
Novel
Secercah Asa di Desa Lada
Cerpen
Kami Membuat Ibu Tobat
Novel
Theresia
Novel
Secercah Asa