Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna
Blurb
Kelelahan begitu terlihat dari wajahnya yang putih pucat, kegiatan perkuliahan yang padat membuatnya terlihat lebih kurus. Tidak, sebenarnya yang membuat ia semakin kurus adalah kisah percintaannya. Kisahnya dengan seseorang yang bernama Karang, seseorang yang mencintainya degan sempurna namun justru menjadikannya merasa tidak pantas menerima cinta itu, tentang kisah cinta yang tidak pernah usai.
Ia mengerjapkan mata kemudian membukanya perlahan, keterkejutan terlihat nyata dari wajahnya yang semakin pucat, ia tidak sedang berada di dalam kamar kos miliknya. Seluruh ruangan disapu dengan matanya yang mulai berkaca-kaca, sebuah televisi menggantung tepat di dinding yang berada di hadapannya, pintu yang terkunci rapat berada di sebelah kiri berdampingan dengan pintu kamar kecil, kemudian sebuah meja kecil dengan dua botol air mineral, remot AC, tas dan telepon seluler miliknya, ia sedang berada di sebuah kamar hotel.
Perasaan aneh pada tubuhnya membuat ia tergesa memeriksa apa yang terjadi dibalik selimut yang dikenakan, baju yang terakhir ia kenakan saat makan malam bersama Glen sudah tertanggal tidak tersisa apa pun. Kaca-kaca di matanya pecah tidak tertahankan, rasa sakit dalam hatinya jauh lebih sakit dibanding dengan rasa sakit apa pun yang pernah ia rasakan.
Sakit karena rasa kecewa, kecewa dengan apa pun yang pernah ia miliki. Kecewa dengan keadaan yang menimpa dirinya, kecewa dengan Glen sebagai teman dekatnya, kecewa dengan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga kesuciannya, kecewa karena dirinya tidak bisa menjaga amanah Ibu dan almarhum Bapaknya.
Menangis sesenggukan tidak berarti apa-apa, ia terus berusaha diam pun tidak berguna.
Pikirannya yang kacau membuat ia tidak tahu harus bagaimana, banyak sekali kata-kata yang berkeliaran justru membuatnya semakin pusing dan menambah derai di pipinya semakin deras.
Perlahan ia meraih telepon seluler miliknya, menatap layar depan yang menunjukkan jam delapan pagi. Ia tidak tahu pasti sudah berapa lama dia berada di dalam kamar itu, ia juga tidak tahu bagaimana bisa berada dikamar hotel itu. Yang melekat dalam ingatannya terakhir kali ia sedang bersama Glen dalam perjalanan pulang setelah makan malam.
"Setelah ini, lebih baik kamu pergi." Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenali baru saja ia baca. Ia menduga bahwa pesan itu dari Glen, menjadikan derai di pipinya semakin deras.
Setelah mengenakan pakaian ia segera meraup semua barang miliknya dan melangkahkan kaki meninggalkan hotel itu. Sembari kembali mengingat apa yang mungkin saja terjadi, bahwa ketika dalam perjalanan pulang motor yang dikendarai Glen dihadang sebuah mobil hitam dan sekitar tiga orang keluar dari mobil menggunakan penutup wajah, ia tidak begitu melihat secara jelas. Ia sempat berteriak meminta tolong dengan seluruh tenaga yang dimilikinya, namun tidak ada yang mendengar, bahkan Tuhan tidak menjawab permohonannya. Dan selebihnya ia tidak mengingat apa-apa lagi.
Ia mengerjapkan mata kemudian membukanya perlahan, keterkejutan terlihat nyata dari wajahnya yang semakin pucat, ia tidak sedang berada di dalam kamar kos miliknya. Seluruh ruangan disapu dengan matanya yang mulai berkaca-kaca, sebuah televisi menggantung tepat di dinding yang berada di hadapannya, pintu yang terkunci rapat berada di sebelah kiri berdampingan dengan pintu kamar kecil, kemudian sebuah meja kecil dengan dua botol air mineral, remot AC, tas dan telepon seluler miliknya, ia sedang berada di sebuah kamar hotel.
Perasaan aneh pada tubuhnya membuat ia tergesa memeriksa apa yang terjadi dibalik selimut yang dikenakan, baju yang terakhir ia kenakan saat makan malam bersama Glen sudah tertanggal tidak tersisa apa pun. Kaca-kaca di matanya pecah tidak tertahankan, rasa sakit dalam hatinya jauh lebih sakit dibanding dengan rasa sakit apa pun yang pernah ia rasakan.
Sakit karena rasa kecewa, kecewa dengan apa pun yang pernah ia miliki. Kecewa dengan keadaan yang menimpa dirinya, kecewa dengan Glen sebagai teman dekatnya, kecewa dengan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga kesuciannya, kecewa karena dirinya tidak bisa menjaga amanah Ibu dan almarhum Bapaknya.
Menangis sesenggukan tidak berarti apa-apa, ia terus berusaha diam pun tidak berguna.
Pikirannya yang kacau membuat ia tidak tahu harus bagaimana, banyak sekali kata-kata yang berkeliaran justru membuatnya semakin pusing dan menambah derai di pipinya semakin deras.
Perlahan ia meraih telepon seluler miliknya, menatap layar depan yang menunjukkan jam delapan pagi. Ia tidak tahu pasti sudah berapa lama dia berada di dalam kamar itu, ia juga tidak tahu bagaimana bisa berada dikamar hotel itu. Yang melekat dalam ingatannya terakhir kali ia sedang bersama Glen dalam perjalanan pulang setelah makan malam.
"Setelah ini, lebih baik kamu pergi." Sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenali baru saja ia baca. Ia menduga bahwa pesan itu dari Glen, menjadikan derai di pipinya semakin deras.
Setelah mengenakan pakaian ia segera meraup semua barang miliknya dan melangkahkan kaki meninggalkan hotel itu. Sembari kembali mengingat apa yang mungkin saja terjadi, bahwa ketika dalam perjalanan pulang motor yang dikendarai Glen dihadang sebuah mobil hitam dan sekitar tiga orang keluar dari mobil menggunakan penutup wajah, ia tidak begitu melihat secara jelas. Ia sempat berteriak meminta tolong dengan seluruh tenaga yang dimilikinya, namun tidak ada yang mendengar, bahkan Tuhan tidak menjawab permohonannya. Dan selebihnya ia tidak mengingat apa-apa lagi.
Tokoh Utama
Aksara
Karang
Setya
Glen
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Disukai
0
Dibaca
439
Tentang Penulis
Zasenja
Bagian dari masalalu yang mencoba untuk menjadi lebih baik dimasa depan
Bergabung sejak 2021-09-05
Telah diikuti oleh 31 pengguna
Sudah memublikasikan 5 karya
Menulis lebih dari 6,762 kata pada novel
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Sweeter Than Coffe
Shafa Maurrizka
Novel
Mengeja(r) Senja
Zasenja
Novel
If Only
Bentang Pustaka
Novel
PINK!
Mahia Kata
Novel
Sita Story
Tri harnanik atas asih
Novel
Suddenly
Bisma Lucky Narendra
Novel
Bukan Orang Ketiga
Nanik Hastuti
Novel
Besanku Cantik Sekali
Deche
Novel
Sebuah Surat Di Kotak Pos Merah
Nur Intan Dwi Purnama Hakim
Flash
STOP
Shabrina Farha Nisa
Novel
Waktu Yang Salah
Miftachul W. Abdullah
Novel
Cinta yang Tepat, Datang Terlambat
Galih Aditya Mulyadi
Cerpen
Botol Surat
Galang Gelar Taqwa
Novel
Unexpected
Yeni fitriyani
Novel
Dilamar Mantan
Dacytta Peach
Rekomendasi