Salma hidup di lingkungan para narsistik. Mulai dari orang tuanya, saudara-saudaranya, hingga lelaki yang terpaksa dinikahinya. Ia jadi tidak tahu bagaimana semestinya bersikap pada orang yang ditemuinya. Lingkungannya yang narsistik membentuknya menjadi keras, mau benar sendiri dan mudah tersinggung. Ia jadi tidak tahu akan kebaikan-kebaikan yang semestinya ia dapatkan. Ia berjuang sendirian menghadapi derasnya ujian dan godaan hidup yang selalu menerpa.

Salma yang baik dan cerdas malah dianggap sebagai saingan oleh Ibunya. Pujian-pujian ayah pada Salma membuat Ibu iri dan menghasut Ayah agar kerap memarahi Salma.
Makian, pukulan dan tendangan ayah sudah jadi makanan sehari-hari Salma. Cap durhaka kerap ayah sematkan pada Salma. Dalam kondisi begini, ibu pasti datang mendatangi Salma. Tapi bukan dukungan seperti yang Salma harapkan, Ibunya malah menambah-nambah pukulan-pukulan cacian pada Salma. Bahkan Ibu senang membentrokkan Salma dengan kakak-kakaknya.

Ibunya memang punya masa lalu yang cukup traumatik. Terlahir sebagai anak pertama dari delapan bersaudara di keluarga yang sangat miskin, membuat Ibu terpaksa harus bekerja membantu mencari nafkah setelah lulus SD.

Ibu juga mesti menikah di usia yang amat sangat muda. Ibu selalu menempatkan diri sebagai dewi penolong pada adik-adiknya. Ia pun tumbuh menjadi sosok narsistik yang haus akan pujian adan pengakuan. Namun di akhir hayatnya, Ibu malah dikhianati adik kesayangannnya.

Puncaknya adalah ketika Salma dipaksa menikah dengan teman yang sering ke rumahnya, Dion. Ayahnya yang imam masjid itu khawatir terlalu berpikir negatif dan takut akan omongan orang akan hubungan mereka. Padahal Salma tidak mau menikah dengan Dion karena Salma tahu bagaiman kehidupan Dion. Salma merasa Dion tidak cocok dengannya.

Feeling Salma tidak meleset. Dion bukan suami yang bertanggung jawab. Dion pandai menutupinya dengan mengakui semua kebaikan Salma pada Ayah dan Ibu adalah Dion yang melakukannya. Dion menutupi keburukan-keburukan dirinya melempar kesalahannya pada Salma, bahkan di hadapan Ibu Salma.

DI hadapan keluarganya sendiri, Dion berhasil menukar citra dirinya dengan istrinya Salma. Dion menjadi menantu kesayangan di keluarga Salma. Tapi tidak sebaliknya, Salma malah jadi menantu paling dibenci di keluarga Dion. Karena Dion juga melakukan hal yang sama di keluarganya.

Bagaimanakah kelanjutan pernikahan Salma dengan Dion?
Akan kah Salma tetap bertahan pada pernikahan yang sudah membuat hidupnya berantakan?
Di masa tua, akan kah Ukasya mau merawat Ibu?