Nadilla Hoemar

Pembaca awam seperti saya selalu merasa kurang familiar setiap membaca novel pengujaran orang kedua tunggal (POV 2 tunggal / kamu). Sejak mula terasa berat membacanya. Tapi setelah melewati bab Prolog, saya mulai membiasakan diri. Novel ini membelah diri sebagai novel yang sadar bentuk (dengan POV 2 tunggal), dan cerita gotik aksi. Keduanya berpadu dengan baik. Timbul tenggelam lalu muncul lagi. Pantas novel ini disebut Dee sebagai juri tahun lalu sebagai novel terbaik versinya. Rinci, sabar bercerita, dan kebahasaannya terjaga dengan baik. Ya, novel ini pantas jadi pemenang di tahun lalu.

Bukan tipikal novel platform, meski digarap serba singkat seperti episodik kisah seniman raksaksa Ronggo Warsito. Membacanya mengingatkan penuturan novel-novel Balai Pustaka: detail, runut, diksi yang berpola pada Melayu Jawa, Melayu tinggi, dan penceritaan yang patuh pada kaidah kurva ketegangan pada novel klasik. Namun demikian, saya menyambut dengan gembira novel berkelas ini di rimba novel digital. Ia tak sendiri, di kwikku ada beberapa temannya. Saya semat lima bintang untuk kerja keras penulis ini.

Menariknya kisah ini adanya kohesi antara dua generasi yang berbeda tanpa efek jomplang. Kejenakaan narasi tidak membuat cerita jadi meleot, cacat cerita dan misleading. Satu contoh cerita yang bukan berlumuran kisah pribadi, dan kendaraan cerita tetap pada titis cerita.

Naskah ini terus membayangiku tentang GABO, dan jujur mau tak mau kubandingkan narasi sejak kalimat pertama sampai akhir. So sorry! Kendati tak sama persis, hey dirimu si penulis novel apik ini, bisa menjadikan magism sureals menjadi Jakarta punya. Lupakan GABO, narasi novelmu ini seperti berisi serbuk bintang: SELALU BERPENDAR di setiap akhir paragraf. Sayang cuma ada 5 bintang di nilai review, maunya kasih delapan (supaya tidak membutuhkan puyer obat pusing lagi)

https://event.kwikku.com ikut kak

Penulis ini butuh tantangan lagi menulis di luar tema domestik. Tema di luar rumahan. Kebahasaannya cekatan. Jelas, penulis bukan cuma jualan barang, tapi juga sekaligus pembeli barang. Penulis juga harus banyak baca. Ini hasilnya. Saya suka caranya menempatkan bahasa Indonesia yang tepat di naskah ini.