haii, ini aku, udah ngebungsu 15 tahun, tapi adek tiba-tiba lahir? jujur rasanya aneh campur aduk banget. tapi ada rasa sedikit seneng akhirnya kalo suatu saat aku pergi, se ngga nya mereka tetep ber6 🫂
aku nerima kok kehadiran adek aku, aku usahain semua hal aku buat dia. tapi tetep aja, adek aku luka sedikit, aku yang harus kena imbas dari mereka.. belum lagi aku harus selalu ngalah, sebelum ada adek aja aku udah banyak ngalah disuruh ngertiin buat kebutuhan kakak-kakak ku (ada 3), kebutuhan ku selalu di kebelakanhkan , semenjak ada adek aku makin sering ngalah.. kadang aku bertanya, "aku di lahirkan cuma untuk ngalah ya?"
fyi guys, aku ini anak yang ngga di harapkan karena pas itu mama papa lagi di masa jaya mereka, dengan aku hadir mereka mengganggap aku pemutus rezeki mereka 😞 aku juga yang paling bodoh di antara kakak-kakak ku, karena aku sendiri yang tumbuh kembangnya sama sekali tidak di bersamai mereka.. bahkan ngerasain asi juga ngga. aku seolah-olah di asingkan, 2 hari setelah lahir mereka nitipin aku di rumah bibi (adeknya papa) sampe aku masuk sd baru di ambil sama mereka. aku pikir setelah itu hidup aku bakal bagus alurnya, tapi ngga, dari kecil aku selalu di kambing hitamkan sama kakak-kakak ku kalo mereka buat kesalahan (misal mecahin pot tetangga, tp aku yg disuruh ngaku) ujung-ujungnya aku dipukulin di kamar mandi, dan uang jajan ku di potong. hari-hari ku selalu kaya gitu, kalo ngga aku yang jadi sasaran empuk buat di maki-maki mama papa kalo mereka lagi capek sama kerjaannya.
dari aku kelas 1sd semua kerjaan rumah aku yang pegang, kakak-kakak ku cuma pontang-panting kaki kaya boss. kalo di bilang cape, pasti banget belom lagi tiap hari se ngga nya harus nerima pukulan/makian dari mereka. aku jalanin ini sendirian, aku gabisa cerita ke siapa-siapa, temen jg gapunya karena dari kecil selalu dikurung di rumah.. aku tahun ini udah 18, semua hal selalu aku pendam sendiri, ada yang mau jadi teman cerita ku?
Hai semuanya, perkenalkan aku alana aku anak bungsu dari keluarga ku aku memiliki 2 kakak laki-laki tetapi walaupun aku memiliki 2 kakak laki-laki rasanya terasa sangat berbeda sekali, aku melihat kakak laki-laki diluar sana mereka sangat menyayangi dan melindungi adiknya, tetapi aku tidak pernah disayang oleh kakak laki-laki ku bahkan sekedar melindungi aku dari bentakan mama dan papah ku mereka justru hanya melihat nya saja tidak pernah membantu terkadang disatu sisi lain aku merasa iri dengan ke 2 kakak laki-laki ku karena mereka masih di beri kasih sayang oleh orang tua ku ketika mereka sakit mama dan papah selalu memperhatikan mereka dan merawat nya hingga sembuh, sedangkan aku selalu merawat diri ku sendirian tanpa ada nya pegangan tangan dari siapa pun. Orang orang diluar pernah bilang "enak ya jadi anak bungsu bisa dimanjakan dan disayang oleh orang tua nya dan juga kakak laki-laki nya" tetapi semuanya terasa bohong bagiku nyatanya aku tidak pernah sama sekali mendapatkan itu semua bahkan di umur ku yang 15 tahun ini harus ikut memikirkan kedepannya "bagaimana ya cara membuat mama dan papa ku bahagia?" , terkadang juga disaat aku merasa lelah terhadap hidup yang aku jalani ini aku merasa ingin bercerita ingin bersandar dan beristirahat sejenak untuk merasakan kelegaan yang selama ini aku pendam sendiri terkadang rasanya lelah jika harus menahan semuanya sendirian ada saatnya juga aku memiliki rasa lelah dan rasa untuk menyerah tetapi disatu sisi lain aku masih banyak impian yang belum aku capai dan dapatkan dalam hidup ku, aku tau mungkin aku tidak pantas mendapatkan apapun tetapi selama ini aku selalu menguatkan diri ku sendiri untuk tetap kuat dan bertahan tanpa adanya senderan bahu, tempat bercerita atau pun tempat untuk kembali pulang.
Saya merasa prihatin melihat masih banyak kasus perundungan di sekitar kita, terutama di lingkungan sekolah. Banyak anak yang tumbuh dengan luka batin karena dibully, merasa sendirian, dan kehilangan kepercayaan diri. Kadang, kita terlalu sibuk hingga lupa memperhatikan tanda-tanda bahwa seseorang sedang menjadi korban. Padahal, sebagai orang tua, guru, atau masyarakat, kita punya tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak. Mengajarkan empati, menghargai perbedaan, dan berani bersuara ketika melihat ketidakadilan adalah langkah kecil yang bisa membuat perubahan besar.
sebelum beranjak ke dewasa, nikmati apapun yang kamu rasakan sekarang, entah itu mungkin pertemanan, kebahagiaan, orang tua, dan apapun itu. Karena menjadi seseorang yang dewasa, itu tidak seperti apa yang kita bayangkan saat kita masih kecil.
Halo semua!! kenalin aku Ryan (Nama Samaran)
disini aku akan berbagi cerita ke kalian semua, kejadian ini terjadi 3 tahun yang lalu tapi rasa sakit yang aku alami masih membekas di dalam hati.
Bermulai dari aku yang sedang belajar untuk persiapan ujian akhir sekolah aku berharap sekali masuk ke sekolah negeri agar tidak membebani ibu tiriku, ayah dan ibu telah meninggal beberapa tahun yang lalu. ibu tiri ku sering memarahi ku tanpa sebab, aku tidak tau apa salah ku, walaupun begitu aku tidak boleh membenci nya.
aku berada di meja belajar kamarku belajar untuk ujian, suasana dalam kamar sunyi, hanya ada jangkrik di luar kamar yang terus berbunyi. aku mulai mengantuk dan memutuskan untuk menaruh kepala ku di meja sejenak, lalu aku mulai berpikir. "bagaimana hidup ku jika ayah dan ibu masih ada ya? aku pasti gabakal di pukulin oleh mantan istri ayah." air mata ku mulai mengalir dan membasahi buku tulis. saat aku sedang menangis pintu terbuka dengan kencang dan muncul ibu tiriku yang sedang mabuk (ibu tiriku sering pergi ke diskotik), dia berjalan dengan cepat dan menjambak rambut ku "HEY KAU ANAK B*JINGAN, KAU BERMALAS MALASAN TERUS APA MAU MU? MAU KU B*NUH KAU??" aku kesakitan saat ibu menarik rambut ku "aduh lepasin bu, aku sudah belajar dan sedikit mengantuk tolong kasihani aku" ujar ku, "HALAH ALASAN KAU DASAR ANAK B*JINGAN". ibu mendorong kepala ku ke meja dan meninggalkan kamar ku. tangisan ku pun pecah saat ibu tiri ku pergi. dalam hati ku berkata "ayah ibu, aku kangen kalian aku engga kuat menghadapi ini terus terusan". Tangisan ku pecah saat itu.
Pagi hari nya aku memutuskan untuk ke pemakaman ayah dan ibu. saat aku berjalan ke batu nisan ayah dan ibu aku melihat bunga bertaburan yang masih segar, menandakan ada seseorang yang berkunjung ke makam ibu dan ayah aku pun duduk dan memegang nisan ayah ibu "Assalamualaikum ayah-ibu aku disini, aku kangen kalian, kalian disana apa kabar semoga kalian tenang di alam sana ya." lalu aku mulai membaca surat Yasin, saat membaca aku meneteskan air mata di buku yasin tersebut tidak kuat dengan kejadian yang menimpaku saat itu.
Saat aku menangis tiba tiba ada yang menepuk pundakku, ternyata dia adalah tante dari keluarga ibu yang kebetulan sedang berkunjung ke makam ayah dan ibu, dia berkata "loh nang kamu gapapa? kok kamu ke makam sendirian" aku pun semakin menangis dan memeluk tante "aku ga sekuat itu tante, aku mau pergi dari rumah aku udah ga kuat hidup serumah sama orang itu, bertahun² aku tahan tante" teriak ku di pelukan tante. aku pun bercerita semua yang aku alami pada malam itu "nang kalo emang kamu mau pindah, kamu bisa kerumah tante, rumah tante terbuka untuk kamu. tante akan bantu". ujar tante. "Tante terimakasih banyak T_T", "iya nang setelah ini kamu pulang dan langsung ambil barang kamu dan pergi dari rumah itu, dan tidak usah berpamitan dengan perempuan licik itu
beberapa hari kemudian aku sudah pindah dan meninggal kan rumah yang penuh kenangan itu, walaupun berat aku harus tabah dan terima apa yang terjadi, aku tidak ingin lagi seatap dengan perempuan itu.
-Ryan Glorya
Hyyy aku harsa ( Nama samaran)
Aku anak bungsu dari 3 bersaudara
Aku anak yang selalu diam saat terjadi masalah dirumah aku anak yang slalu dianggap tidak bisa apa apa,slalu dianggap apa yang aku rasain itu tidak ada apa apanya dibanding mereka
ortu ku ortu ku berhasil mendidik kami hanya saja mereka gagal dalam memahami kami semua dan ada satu kejadian dimana ortu berantem disitu ada anak kecil umur 9 tahun (aku) harus menyaksikan betapa berantakan dan hancurnya rumah yng slama ini dia anggap indah dan sempurna memang benar rumah itu tempat ternyaman untuk pulang saat kita merasa capek dgn semuanya tapi sejak saat itu rumah bagiku tempat dimana aku merasakan trauma yang hebat dan menjadikan aku anak yang tidak bisa apa apa ini harus merasakan kerasnya kehidupan seorang dia
Ibaratnya aku ada di keramaian tapi yang kurasakan sebenarnya hanya sunyi dan sepi
Jujur banyak percobaan yang sudah aku coba tapii nyatanya aku masih bertahan
Aku ingat akan satu quotes "kuat itu bukan tentang kita melawan tapi tentang bagaimana kita menghadapi itu "
Jangan menyerah karna kita tau bahwa hidup terus berjalan dan coba lah lebih lama hidup untuk hal terkecil sekalipun
Luka dari kata-kata itu ga keliatan, tapi sakitnya bisa lebih parah dari luka fisik.
aku hanya bisa diam dengan keadaan sunyi ini,aku lebih bahagia dengan kesunyian,tapi setiap kali aku selalu bertengkar dengan kesunyian.aku benci dengan kesunyian di hidupku,tapi semenjak aku mengenal apa itu artinya kebahagian aku sangat senang ternyata kesunyian yang bikin aku selama ini menderita itu bisa membuat aku menemukan kebahagian itu.
tapi aku masih belum bisa menerima semuanya karana luka yang mereka berikan untuk ku yang membuat aku kehilangan kepercayaan diri untuk menjadi lebih baik .
Hai namaku Nara . Akau tinggal di asrama, sebenarnya aku suka tinggal disini cuma kadang aku suka sakit hati . Karena, kalau tiba² mereka kesel aku di caci maki di omongin lah . Aku suka mikir salah gak sih aku disini, padahal kan aku disini cuma mau belajar mandiri tapi kenapa harus dapet caci maki juga. Sakit banget tau . Aku lebih mending dipukul dari pada dikasih kata²kasar karna menurut aku kalau luka fisik bisa sembuh sedangkan luka batin belum tentu bisa.
Rumah...
Aku ingin pulang
Tapi, tak pernah dalam benakku ada 'rumah' disana
Ga semua luka itu keliatan, tapi sakitnya bisa lebih dalem dari yang kita kira.
Bukan cuma fisik yang bisa terluka, hati juga bisa.
Depresi? gila? mereka yang depresi bukan berarti gila. Depresi juga sering dianggap masyarakat sebgi aib, kurangnya ibadah, dll. Mereka yang depresi hanya butuh didengar bukan dihakimi,
guys jangan anggap remeh bullying, bullying bukan sesuatu hal yang bisa di remehkan, bullying bisa saja membunuh korbannya, bukan membunuh secara langsung, dia membunuh perlahan lahan, kalian yang di luar sana yang masih suka bullying stop guys, memang kalian pikir ga sampe bunuh diri kan? tapi kalian udah bunuh mental mereka, sama aja sama pembunuh, STOP BULLYING!
Jangan anggap remeh efek dari kata-kata, bisa jadi lebih nyakitin dari pukulan.
Judul
Cerita