"Selesai juga!!!" Aku meregangkan seluruh otot-otot tanganku yang terasa begitu kaku dan pegal karena menulis artikel yang menjadi tugas harian ku. Merasa tubuh ini perlu untuk beristirahat, aku pun beranjak dari tempat belajarku menuju kasur empuk yang sudah aku damba-dambakan sebagai tempat ternyaman yang aku butuhkan saat ini.
Baru saja aku membaringkan tubuhku di atas kasur, tiba-tiba terdengar suara keras yang berasal dari rumah sebelahku. Aku mengerutkan keningku saat mendengar musik yang sangat kencang dan menggangguku serta tetangga lainnya. "Tumben sekali Bunga menyalakan musik sekencang ini. Apakah dia sedang berpesta? Huft! Jahat sekali jika ia tidak mengundangku, awas saja! Akan aku hampiri rumahnya!"
Aku pun segera bergegas menuju rumah Bunga.
Aku ketukkan pintu rumahnya namun tidak ada yang membukakan pintu ini. Lantas, aku pun membuka pintu rumahnya perlahan. Maafkan aku yang tidak sopan ini. Perlahan aku memasuki rumahnya dengan langkah hati-hati menuju kamar Bunga. Pintunya tidak terkunci juga.
Tanganku mendorong pintu kamarnya perlahan hingga menampakkan keadaan kamar gadis itu yang acak-acakkan dan pandanganku selanjutnya adalah gadis bertubuh kurus itu sedang tidur terlentang dengan bantal yang menutupi wajahnya.
"Hei, Bunga! Bisakah kau bercerita padaku mengapa semua ini terjadi?!"
Tak ada sahutan apapun dari Bunga. Itu membuatku merasa jengkel karena ia tidak menyahuti pertanyaanku lantas aku pun menghampirinya dan menarik bantalnya.
"Bunga?!"
Ia terbangun karena terkejut melihatku, matanya yang merah dengan air mata yang membasahi pipi serta hidungnya yang merah akibat menangis. Keadaanya terlihat kacau. Sepertinya, ada hal yang menyebabkan ia seperti ini. Setahuku, Bunga adalah orang yang pendiam dan perfeksionis lalu sekarang yang aku lihat malah sifat Bunga yang sebaliknya.
"M-mau a-pa kau?!" Tanyanya sambil mengubah posisi yaitu membelakangiku dan mematikan musiknya. Aku menghela napasku kemudian duduk ditepi kasur sambil berkata,
"Kau boleh bercerita apapun padaku, oke? Jika kau punya masalah apapun itu kau bisa berbagi itu denganku. Aku bisa membantumu."
Bunga masih terdiam kemudian posisi duduknya berubah menjadi menghadap ke arahku. "K-kau yakin?" Terdengar suara keraguan darinya maka aku pun mengangguk mantap untuk mengusir keraguannya padaku.
"Apapun itu, kau bisa mengatakan itu padaku. Anggap saja aku ini sebagai tempat curhatmu, Bunga." Mulanya kepala Bunga menunduk tetapi setelah mendengar ucapanku itu ia langsung memberanikan diri menatap mataku.
"Mmm... Baiklah. Jika kau sangat yakin bisa membantuku maka akan aku beritahu sesuatu yang aku alami sampai aku begini." Bibirnya berhenti seketika saat aku yang sudah merasa sangat ingin tahu sekali dengan apa yang terjadi padanya.
Ia menatapku dengan tatapan kosong, "Raka. Hatiku sangat hancur, pacarku telah mengakhiri hubunganku dengannya."
Mataku membulat sempurna kala mendengar bahwa Bunga sebelumnya telah memiliki kekasih? Aku tidak menyangka sama sekali. Rupanya gadis pendiam sepertinya telah salah menaruh hati.
"Dan kau tau apa yang membuatku hancur? Ia telah mengambil ciuman pertamaku, hiks..." Kepalanya menunduk dan sepertinya ia menangis lagi. Seketika aku gelagapan karena bingung harus melakukan apa jika ada gadis yang menangis di hadapanku.
"Bunga, tolong jangan menangis di depanku. Air matamu sangat berharga dan kau juga sama berharganya bagiku."
Karena sejujurnya, aku pun menaruh hati padanya.