Sejak siang, kepalaku berdenyut sakit karena menerima tugas jaga di rumah sakit jiwa. Aku tidak pernah tahu beratnya berjaga di tempat itu. Belum lagi seorang pasien dari bilik pojok berceloteh banyak tak henti-henti sepanjang hari.
“Mau istirahat dulu? Aku bisa menggantikanmu berjaga di sini.” ujar rekan kerjaku.
“Sungguh? Oh ya, ngomong-ngomong pasien di bilik pojok itu apa pernah menculik seseorang sebelumnya?”
“Darimana kau tahu?” sahut rekan kerjaku terkejut.
“Dia bicara banyak sekali sejak siang. Memangnya kenapa? Dia sungguh-sungguh penculik?”
“Bukan begitu. Pasien di bilik pojok dulunya seorang penulis. Dia jadi gila di tengah-tengah menulis kisah seorang idola yang diculik penggemarnya sendiri dan disiksa hingga mati. Tapi pasien itu sudah meninggal seminggu yang lalu.”