Sepanjang jalan telingaku tak henti-hentinya mendengar ungkapan cintamu dari kursi kemudi. Kau mengajakku ke suatu tempat dan mendudukkanku di sebuah ruang remang-remang. Beberapa kali aku harus menangis memintamu untuk tidak meninggalkanku. Bahkan tepatnya aku sampai mengemis-ngemis. Tapi, kau hanya menatapku dengan tatapan rindu yang tak kusuka. Karena tatapan itu bisa membuatku mati kapan saja.
βIni demi kebaikan kita. Mulai saat ini, dunia tak perlu lagi berebut mencintaimu. Kulakukan ini semua karena dalamnya cintaku kepadamu. Dan membuatnya menjadi milik kita berdua saja.β
Selepas kalimatmu berakhir, aku kembali menjerit memintamu tak pergi. Karena saat kau pergi, tali yang menahan tombak tajam di atas kepalaku akan jatuh dan menancap di kepalaku.