Di tengah rintik gerimis yang jatuh, aku tersenyum sembari menyesap secangkir teh madu dan sepiring biskuit coklat kesukaanmu. Bahkan aromanya masih menguar sejak kukeluarkan dari oven tiga menit yang lalu. Mataku terpejam, menikmati momen damai ini sambil mengingat yang kau katakan semalam tadi di bawah sorot lampu terang yang menyinarimu.
“Terima kasih karena selalu berada di sisiku. Aku mencintaimu selamanya,” katamu.
“Aku juga mencintaimu lebih dari sekedar selamanya,” aku berbisik. Kuletakkan cangkir teh yang masih mengepulkan asap itu dan berjalan menuju sebuah ruang kecil di sudut rumah. Kunyalakan lampu temaram yang menggantung dekat di sederet foto yang kuambil untuk mengenang momen kebersamaan kita di konser-konser skala dunia. Di lantai kayu berderit yang kuinjak, aku berjongkok dan membelaimu penuh sayang. Kau yang menyadari keberadaanku seketika mendongak dan berkata sambil menatapku dalam-dalam,
“Kumohon lepaskan aku.”