Rangga, pria berambut keriwil gondrong itu melirik pada wanita di sampingnya. Ia berusaha fokus menyetir seraya sibuk menebak yang ada dalam pikiran wanita tersebut. Wajah tanpa ekspresi itu cukup membuatnya kebingungan.
"Ada apa dengan Cinta?" batin Rangga bingung.
Ia tak tahan lagi melihat sikap diam Cinta. Rangga memutuskan untuk bersiah*. Lalu, mematikan mesin mobil agar ia bisa fokus pada wanita berambut indah itu. Ia memandangi wajah Cinta yang beraut datar. Tak ada ekspresi di wajah bak pualam milik kekasih hatinya.
"Cinta?" panggil Rangga pada akhirnya, setelah diam yang cukup lama.
Cairan bening tiba-tiba mengalir di pelupuk mata Cinta. Seolah, hatinya tersayat begitu dalam. Tangisnya terdengar amat pilu. Wanita itu tertunduk menyembunyikan wajah dan menangis lebih kencang. Sungguh, isaknya sanggup membuat hati Rangga lara mendengarnya.
"It's ok, Love. Kita bereskan di rumah sakit. Kita keluarkan saja dia. Setelah ini, kamu bisa bebas," ucap Rangga terenyuh seraya mengelus pundak Cinta yang bergetar.
Cinta mengangguk. Setelah tangisnya mereda, Rangga kembali melajukan mobil dengan gelisah. Sesekali ia melirik pada wanita itu yang masih terisak menahan sakit.
Benjolan cukup besar yang mengeluarkan liau* di paha kiri Cinta, sudah tak bisa disembunyikan lagi. Mau tak mau harus dikeluarkan. Meski harus menahan sakit yang teramat sangat.
"Lain kali kalo makan telur jangan kebanyakan. Efeknya gitu, kan. Bisulan," ujar Rangga seraya menggeleng.
***
Bersiah : menepi, menyisi, menghindar ke sisi (KBBI)
Liau : nanah (KBBI)