Ia datang lagi. Gadis tercantik yang pernah kulihat. Ia sudah ada di tempatnya biasa duduk. Di meja sudut persis di bawah jendela yang menghadap ke taman.
Jantungku dag-dig-dug tak karuan.
Aku memberi isyarat pada rekanku Bono yang sudah bangkit dan mengambil menu. Bono mengangkat bahu dan duduk kembali. Ia tahu tentang gadis ini, sebab aku sering membicarakannya. Ralat, aku selalu membicarakannya.
Hari ini aku akan membawakan pesanannya secara langsung. Aku sengaja menyimpankan satu slice double chocolate cake, khusus untuknya dari dapur Alam, Chef restoran kami. Akan kusajikan bersama regular Americano, kesukaannya.
Ah itu dia, gadis impianku. Semakin dekat semakin tak karuan jantungku ini.
Seperti biasa, ia selalu membawa buku. Ini ia lakukan bila datang sendirian. Terkadang ia juga datang bersama beberapa temannya.
Aku melangkah penuh percaya diri dengan nampan di tanganku. Pesanannnya tepat, sesuai dugaan.
Oh my God, bahkan dari dekat ia lebih cantik lagi.
Ia mendongak dari buku yang sedang dibacanya.
βTerima kasih, Mas.β katanya, sambil mengibaskan rambut ke samping.
Suara dan jakunya mengagetkanku.