“Ayah, Alif ingin ke surga.”
Laki-laki berkulit gelap memangku anak laki-lakinya yang sedang sakit. Ia sudah mencoba kemana-mana untuk menyembuhkan penyakit anaknya. Namun, beberapa rumah sakit menolaknya. Setetes air bening pun tumpah tanpa dapat ia cegah.
“Ayah menangis?”
Laki-laki itu berusaha menahan isakan dan tubuhnya yang berguncang. Ia membelai anaknya dengan penuh kasih.
“Ayah tidak menangis. Ayah hanya bahagia, Nak. Kamu cepat sembuh ya.”
Ingin rasanya ia berteriak meminta keadilan pada dunia, tapi dunia seakan berpaling darinya. Di mana letak keadilan orang seperti dirinya di muka bumi ini?
Laki-laki itu meletakkan anaknya di sebuah kursi panjang halte. Ia ingin mengambil air putih di seberang jalan. Sedari tadi tenggorokannya kering. Ia sangat haus-haus sekali.
Bocah kecil berkulit hitam dan kurus itu pun hanya terdiam. Ia mengulas senyum untuk laki-laki yang telah berjuang untuknya. Sang ibu sudah lebih dulu menghadap Illahi. Dan samar bocah kecil itu melihat sang ibu. Ia pun mulai bangkit dan bangun. Selama ini ia lumpuh, tapi hari ini ia berdiri dan berjalan menghampiri permpuan berbaju putih di seberang jalan.
“Ibu.” Teriaknya.
Laki-laki dengan baju sederhana itu melihat anaknya yang masih tertidur dibangku halte. Kemudian ia pun berlari menyeberang jalan. Suara klakson menggema mengagetkannya. Ia terpental dan semua menjadi gelap. Laki-laki itu pun melihat anak dan istrinya tersenyum kepadanya.
Warga berkerumun melihat laki-laki yang terpental di badan jalan dengan darah yang mengalir dari kepalanya.