Flash Fiction
Disukai
3
Dilihat
293
Sukarno : Akhir Hayat Sang Pemimpin
Sejarah
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Bung Karno.

Putera Sang Fajar dari Blitar begitulah dunia menjulukinya. Seorang insinyur yang jujur, adil, dan bersyukur namun akhir hayatnya "kurang mujur". Terkenal sebagai pahlawan, lahir sebagai bangsawan, wafat jadi tahanan.

Pemimpin kharismatik yang pandai berpolitik, selalu tampil nyentrik membawa tongkat mistiknya. Korban politik, meninggalnya karena sakit, ginjalnya rusak,tulangnya rematik. Selain keturunannya hanya satu peninggalannya : Semangat juangnya, semangat juangnya, semangat juangnya.

Bukan lelaki yang suka berangan-angan. Bung Karno hidupnya penuh perjuangan. Demi negara, tak pernah jera bolak-balik keluar masuk penjara. Berjuang gagah demi ciptakan sejarah ; bertumpah darah demi memerdekakan negeri yang diperah para penjajah.

Ibu Kartini pernah berkata : habis gelap terbitlah terang. Sayangnya dia tak tahu kisah sang fajar, yang dulu begitu terang tapi mati dalam gelap. Tenggelam tanpa sunset, dihujani lolongan serigala lolong di malam purnama merah yang berdarah.

Aku tak percaya,"Bagaimana bisa proklamator di kalahkan diktator ? Dimanakah hati nurani untuk Sang Fajar pencinta seni? Mengapa kau mengalah saat dirimu di jarah? Kemanakan tongkat saktimu? Mengapa tak kau kutuk saja tikus-tikus itu menjadi batu?" Ternyata hanya satu, hanya satu jawabannya. Berjiwa besar itulah rahasianya. Mending dagingnya terkoyak daripada rakyat yang dikoyak-koyak. Sejarah sudah terlanjur berdarah, Bung Sjahrir pun jadi saksinya. Hukum karma memang nyata, tak peduli engkau digdaya.

Apa indahnya pohon cendana, bila rakyatmu merana.Dari Sukarno aku belajar pemimpin haruslah berjiwa besar, harus mengayomi, bukannya menghabisi, dan mengebiri rakyat sendiri.Harus kuat dikritisi, jangan mudah terbujuk korupsi.

Sebuah maha karya, kisah cintanya melegenda, tersebar di dunia maya, tentang lelaki karismatik yang dikagumi gadis-gadis cantik eksentrik. Begitu piawai memanjakan wanita, menjelajah hati mereka lalu mengajaknya mengarungi bahtera rumah tangga.Dari Utari hingga Ratna Sari Dewi, Semuanya tahu kebesarannya.

Kudengar kisahnya bersama Bu Fatmawati yang melindunginya saat revolusi, lalu menyisih darinya karena poligami. Meninggalkan Istana Bogor, sampai kisahnya kesohor. Air matanya berderai, lisannya tak sanggup mengucap cerai demi anak-anaknya tak tercerai berai. Bu Fatmawati anti poligami. Apa indahnya tinggal di Istana, bila kekasih mendua.

Kudengar pula kisah istrinya terkasih , namanya Inggit Garnasih. Di Kala ananda dikurung, hatinya cemas nan mendung : bersujud kala petang, berserah dengan sembahyang teruntuk kekasih tersayang.Sungguh malang nasibnya, istri bangsawan tak sanggup bayar delman. Demi ananda tercinta, dua puluh kilo ia tempuh, walau kaki harus melepuh. Tiada dua perjuangannya, tetap mencintai hingga kekasihnya berpulang.

Aku selalu hapal kata Bung Karno, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri"

Memang pedih tersandung batu, apalagi yang kena anak sendiri.Megawati Soekarnopoetri gadis cantik, ratu politik. Suka dengan wayang, pernah jadi dalang. Begitu malang kisahnya, anak sang mulia terus dicela musuhnya.Sambil sinis mereka berkata,"Bapaknya perjuangkan negara, anaknya jual aset negara."

Kini rakyat dijajah bangsa sendiri. Krisis moneter memang bikin teler teler. Orang pinter kebelinger, orang waras mati diperas, orang bijak dipenjarakan, orang goblok dipertahankan.

Dunia bukan milik Sukarno bukan pula milik Suharto,apalagi milik A--mereka yang hobi main boneka.Negeri ini milik pribumi yang sedang terkubur di negeri sendiri.Merana karena corona, tak berdaya karena tak punya biaya, hanya bisa menanti ksatria yang diramalkan Jayabaya yang konon katanya bisa buat Indonesia Raya kembali berjaya.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Sejarah
Rekomendasi