Flash Fiction
Disukai
519
Dilihat
15,271
Reverse # 4 : Cahaya Paling Terang
Aksi

-       Untuk Niken Suprapti

 

 

Dua karung berjajar di perbatasan negara tetangga. Dua karung itu dikelilingi kaki-kaki dan tangan-tangan yang tak bisa diam. Yang karung goni berbadan padat berisi. Yang satunya lagi adalah karung plastik berperawakan kecil, dan penuh lubang berkerak hitam bekas sundutan obat nyamuk. Meski kecil, isi karung plastik itu tak berhenti bergerak-gerak. 

β€œDiam, goblok!”

Umpat salah seorang di antaranya dengan imbuhan satu sepakan ke karung plastik yang terus-menerus berdecitan dengan suara merengek-rengek seperti anak kecil itu.

Saat isi karung plastik mulai tenang, cahaya terang matahari mulai luntur. Siang perlahan-lahan kembali menjemput bayangan pagi. Burung uncal terbang mundur di antara semak karamunting. Waktu yang bergerak mundur ditandai bayangan orang-orang yang mengelilingi dua karung itu perlahan menguncup. Karung plastik itu bergerak lagi. Setungkai kaki mendekati karung plastik minta ditinju. Yang ditunju kakinya sontak menelan umpatannya sendiri ke dalam mulut. 

Karung-karung tidak jadi berpindah tangan. Isi di dalam karung plastik tidak lagi setara dengan rasa manis sekarung goni gula seputih awan. Kaki-kaki bergerak mundur ke tempat asal mereka masing-masing.

Dia, maksudnya yang terbungkus di dalam karung plastik itu akan bertemu kembali pada induknya, dan bermain di bawah pohon pala-palaan hutan sambil menumbuhkan bunga-bunga dari dalam mulutnya ke dahan-dahan rendah. Tapi itu nanti. Belum sekarang.

Dia masih harus menunggu delapan hari ke belakang, untuk menunggu kulit kering induknya melembab dan bisa ditanami butiran darah oleh semut-semut. Untuk membuat kulit itu kembali bersimbah darah dan lemak, perlu tambahan satu hari lagi ke belakang.

Dua belas hari lagi kebelakang dibutuhkan untuk membuat kepala induknya yang masih dijemur sampai bisa dilompati butiran-butiran darah yang tersimpan di pembuluh tanah, hingga bisa disatukan kembali lengkap ke badannya. 

Dan pada akhirnya, sebuah makam akan diobrak-abrik. Bola-bola tanah akan berlompatan dan menumbuk tangan para penguburnya. Kurung batang mencaplok mayat yang berkafan putih bersih itu. Sebelum mengembalikan sisa-sisa irisan daging induk orangutan yang masih tersimpan di dalam perutnya, orang yang masih berada di dalam kurung batang itu nantinya akan menghilangkan sakit demam tinggi sambil mulutnya bersiap-siap menelan kembali busa-busa putih, liur dan bubur berwarna kebiruan yang saling berlompatan dari lubang jamban.

Kelak bongkahan daging serta darah induk orangutan itu akan memancarkan api saat melahirkan kembali kayu-kayu dari onggokan arang. Dan masih jauh dari kelak, anak orangutan itu akan melepaskan cahaya paling terang yang dalam waktu berjalan mundur seperti sekarang ini masih tersimpan jauh di dalam palung manik-manik matanya. 

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (15)
maaf, ini terlalu susah dimengerti oleh saya. πŸ™ Tapi seperti biasa, karya kakak selalu apik dan menggugah. 🌳🌳🌳🌳1/2/🌳🌳🌳🌳🌳 alias 4.5/5 dari saya. πŸ€—πŸ™
Balas
oke,
Balas
Saat saya merasa mulai bisa memahami keunikan dari cerita-cerita sang penulis, namun kemudian terbantahkan saat membaca kisah ini. Benar-benar cerita yang tidak mudah ditebak untuk pemula seperti saya. Saya kagum dengan ide penulis menuliskan kisah yang tidak biasa dengan cara tidak biasa, yang pada akhirnya memberikan tanda tanya kepada para pembacanya.
Balas
berusaha membayangkan bila kisah ini dibuat menjadi film.. hmm tidak mungkin jika direkam secara linear lalu direverse melalui proses editing, plek ketiplek! salah satu alasannya bila orang utan itu berteriak toloong, tentunya akan menjadi gnoolot atau loongto atau jangan-jangan lontooong hehe.. hmm.. semoga ini jadi tantangan para insan visual .. kisah-kisah terbalik mas yesno ini membuat otot otak saya mulai sedikit kekar bahkan terangsang mengikuti kegilaan ini. apa jadinya jika di dalam alam kecil mas yesno ini bertemu mahluk reverse dan mahluk linear dalam satu cerita? πŸ™ƒ
Balas
Ga mirip & ga sama, tapi kayak lagi baca naskahnya Pramoedya atau Mochtar Lubis (dalam konotasi positif) ya
Balas
😭😭😭😭valid no debat, punya kak Yesno Salto keren-keren. Macam baca karya kak Tere Liye semua
Balas
Harus mikir bacanya, but worth it. Seruuu
Balas
Ada bodrek. ?πŸ™πŸ™
Tingkatan sastra nya jauh melayang dikeberadaan saya berpijak. Biasanya hanya jemari dan isi kepala yang bergerak untuk menghasilkan sebuah cerita. Kali ini semua bekerja demi mengartikan sebuah cerita.
Balas
Mungkin saya bacanya waktu itu udah terlalu larut, tapi setelah saya baca tadi, rupanya cerita ini mengaduk-aduk rasa dan perasaan. Cerita berkualitas tentu memiliki esensi yang dalam.
Balas
Hmmm....B berat....
Balas
@koji18 betul mas. Setuju. Sarat sekali esensi πŸ‘
Balas
Saya harus baca berulang-ulang, Mas. Akan saya baca lagi sampai paham. Tapi setuju dg Mas Januard, dan krn esensinya yang dalam harus betul2 dipahami.
Balas
Pertama baca tulisan gaya mundur (backward) ini sampe sakit kepala. Udah Kesekian kali baca juga masih sakit kepala tapi ya kok nagih.
Butuh perjuangan buat ngebayangin setiap adegan, sampe harus baca ulang, terus merem buat ngerunut dan memahami.
Baru kali ini buat baca aja harus ngos2an dulu. Tapi, semuanya setimpal.
Baca ulang lagi dan lagi. Sakit kepala tapi nagih.
Balas
Dari sudut pandang pembaca awam seperti saya, reverse, rewind atau apapun namanya (saya baru nemu narasi gerakan mundur begini) bikin otak saya terpaksa kerja lebih keras. Tanpa sadar visualisasi dari setiap detail dipaksa hadir dan menetap di kepala, bukan hanya saat membaca tapi juga lama sesudahnya. Akibatnya nyeri, ngilu, mual, iba, marah, apalah apalah, awet kerasa. Brilian.
Balas
Pencapaian estetika dari eksperimentasi teks gerakan mundur / regresi. Belum pernah saya baca dari teks sastra / cerita di Indonesia sejauh ini.
Balas
Rekomendasi dari Aksi
Rekomendasi