Flash Fiction
Disukai
37
Dilihat
10,237
Radar Seorang Manusia yang Tak Berujung Pulih
Misteri

Fajar kala itu menyingsing, membangunkan seorang anak manusia yang tengah terlelap di balik kamarnya. Begitu pula denganku yang tanpa dia sadari akan selalu berada di dekatnya. Namun, aku tak mengerti mengapa banyak manusia membenciku. Bahkan tak ada satupun yang mau menjadi temanku.

"Kemana lagi Aku harus melangkahkan kaki?" Tanya laki-laki itu pada dirinya sendiri. Ingin rasanya aku menjawab, namun ia tak mampu melihatku. Andai ia dapat mendengarku, aku ingin menyampaikan sepatah kata bahwa aku ingin sekali berteman dengan dirinya.

Di hari itu, ku lihat dia melangkahkan kaki ke sebuah meja makan. Di sana, aku dan dirinya melihat seorang ibu paruh baya yang tengah menyiapkan makanan untuk sarapan di pagi hari.

"Faro, mulai sekarang, kamu ngga boleh jajan di luar lagi. Dan sekarang, kamu harus menghabiskan banyak waktu di rumah. Jangan suka main terlalu lama di luar. Apa kamu paham, Nak?" Tanya ibu paruh baya itu.

Faro mengangguk dan memeluk Ibunya. Aku yang mendengarnya pun tersentak kaget.

"Mengapa Ibu Faro melarangnya? Padahal, aku sangat mengagumi sosok Faro yang selalu bisa bergerak bebas dan bisa melakukan hal-hal seperti kebanyakan manusia lainnya. Ah, sungguh membosankan!" Batinku saat itu.

Faro, Ibunya sekaligus aku ikut makan tanpa Ayah Faro karena beliau masuk ke rumah sakit karena terkena suatu penyakit mematikan, entah apa namanya. Setelah makan, Faro pun bergegas ke kamar Ayahnya. Di sana, dia memeluk jaket ayahnya tepat sebelum ayahnya masuk ke rumah sakit kemarin malam. Faro mulai menangis, dan aku di sampingnya berusaha menenangkannya hingga ia terlelap.

Hari demi hari telah berganti, dan tiba-tiba saja Faro terkena demam. Dia juga merasakan sesak di dadanya. Lantas aku dan Ibu Faro sama-sama kebingungan. Aku memeluknya tanpa Ibunya sadari. Sementara Ibu Faro menelpon pihak rumah sakit. Tak lama kemudian, beberapa pihak rumah sakit datang dan melakukan pemeriksaan yang lagi-lagi tak ku ketahui apa namanya.

"Ibu, mohon maaf Bu. Anak Ibu terindikasi penyakit virus covid-19 dan harus segera mendapat penanganan."

Mendengar hal itu, ibu Faro menangis begitu pula dengan Faro dan aku. Petugas itu membawaku dan Faro ke rumah sakit. Di sana, aku menemaninya. Nampak jelas kesedihan di wajahnya, rasa sesak terus menyelimuti dadanya. Aku yang melihatnya merasa frustasi karena tak mampu berbuat apa-apa. Hingga akhirnya, tiba hari dimana aku dan Faro menemui ajal kami. Sebelum kami berdua mati, aku berkata lirih di dalam hati.

"Terimakasih karena telah mau menjadi temanku Faro dan maafkan aku karena kamu harus menanggung penyakit ini karena ku."

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (40)
@tejos789 : Terimakasih sudah mampir kak
Balas
nice story
Balas
@aldowandoyo : Hahaha, ngga tau kak, tiba-tiba ada yang komen kalo bahasanya seperti kak Tere Liye. Saya juga kaget kak, hehe..
Balas
Kok malah bahas Tere lIye? bahas crita ini dong... hehe
Balas
@adindasalsabilla : Terimakasih sudah mampir kak
Balas
@adindasalsabilla : Halo kak Adinda
Balas
Hai kak rohma..
Balas
@nadillahoemar : Terimakasih kak sudah mampir
Balas
Gpp Tere Liye jg bagus kok. Nicee, Sist...
Balas
@efiewidiarti : Terimakasih sudah mampirya kak
Balas
@donitonga : Terimakasih sudah mampir kak
Balas
@haediynoor : Iya kak bagus sekali itu. Terimakasih sudah mampir kak ya
Balas
Nice story... bywtw, Tere Liye yg judulny Pergi bagus bangeedd kak
Balas
@donitonga : Iya kak, pingin ketemu malahan meski cuman ngayal kak🤣insyaAllah siapa tahu rezeki bisa ketemu kak Tere Liye. Aamiin
Balas
Ada nuansa mirip2 (tapi tak sama persis) buansanya berasa kaya Pulang-nya Tere Liye. tapi gapapa, mungkin sy salah, hanya kayak dejavu aja. Suka banget Teree Liye ya kak Rohma?
Balas
@swarto : Terimakasi kak
Balas
@efiewidiarti : Iya kak saya baca nya suka dari karyanya kak Tere Liye. yang paling saya suka negeri para Bedebah sama hujan.
Balas
enak dibaca
Balas
ada niatan eksperimentasi di sini. Bacaannya Tere Liye mba?
Balas
@buayadayat : Terimakasih kak sudah mampir
Balas
Rekomendasi dari Misteri
Rekomendasi