5 tahun yang lalu aku dan keluargaku mengalami kecelakaan beruntun, semua anggota keluargaku meninggal, dan hanya tersisa aku, saat itu aku berusia 17 tahun dan barusaja menyelesaikan sekolahku. Tepat di hari pemakaman, Agung dan keluarganya memintaku untuk tinggal bersama mereka, Agung adalah anak dari sahabat orang tuaku, usianya terpaut 8 tahun denganku.
Aku menolak, karena setelah pemakaman aku berencana untuk bunuh diri, setelah keadaan rumah sepi, aku memulai aksiku dengan menggantungkan tali pada pohon di halaman belakang rumah, tapi belum selesai aksi itu, Agung datang menyelematkanku, aku marah karena dia menggagalkan rencanaku untuk pergi dari rasa sedih dan sepi itu.
Agung membujukku dan berkata bahwa dia tidak akan pernah membuatku sedih dan kesepian, dia ingin menikahiku, aku tertegun mendengarnya, atas hidup yang mulai tanpa arah itu, aku mengangguk, dan memilih menikah dengan Agung.
5 tahun pernikahan sudah berlalu, aku dan Agung bahagia, kami sudah di karunia seorang anak bernama Alif, malam itu Agung memberitahuku sebuah rahasia.
“Rahasia apa?” tanyaku menatap Agung dalam-dalam.
“Aku mau kita berpisah” sebuah rahasia yang ternyata sudah dia simpan bertahun-tahun.
“kenapa? apa alasannya?”
“Gak cinta”
“Setelah 5 tahun dan sudah ada Alif? Kamu bilang gak cinta?”
Agung menatapku, dia mencoba menjelaskan dengan pelan “Dulu, saat aku lihat kamu terpuruk hatiku sakit, karena kita saling mengenal sejak kecil, aku sayang kamu, tapi ternyata sayang dan cinta beda, 5 tahun aku berusaha untuk cinta sama kamu, nyatanya nggak pernah bisa, aku mau berhenti bohong, aku nggak pernah cinta sama kamu”
Aku terdiam, rasa sedih dan sepi yang dia hapus sejak 5 tahun yang lalu ternyata hanya sebuah omong kosong, aku bahagia di atas kebohongan, dan di atas penderitaan seseorang yang seharusnya bahagia dengan mencintai orang lain, bukan justru terperangkap dalam pernikahan tanpa cinta denganku.
Kasihan Alif anakku, dia harus terlahir dari keluarga yang tumbuh dengan belas kasihan, bukan cinta.