“Aku jenuh. Dia selalu mencampuri urusan rumah tangga kami,” ceritaku padamu. Kamu hanya diam mendengarkan dengan penuh perhatian.
“Lakukan sesuatu,” ucapmu kemudian.
“Aku tidak bisa melakukan apapun. Kamu tahu kan masalahnya adalah dia belum menikah. Jadi aku harus selalu mengalah dan mengerti. Wanita seusia dia dan belum bertemu jodohnya jadi kesepian dan sensitif.”
Kamu terdiam cukup lama. Mungkin kamu bosan mendengar keluh kesahku yang selalu berputar tentang kakak iparku. Tetapi, kamu tetap setia menjadi sahabatku, seorang pendengar yang sangat baik.
Kamu lalu menatap lekat mataku. “Aku akan menikahinya. Akan kubuat dia mencintaiku. Jadi hidupmu akan tenang.”
Aku bingung dan terkejut mendengarnya, berpikir kamu bercanda, tapi wajahmu sangat serius.
“... karena aku mencintaimu,” lanjutmu.