Sudah sebanyak buih di lautan dosa-dosanya. Dari dosa kecil, hingga yang besar. Sudah tak terhitung pula doa-doanya. Dari hanya bisa doa sebelum makan, hingga kini soal percintaan. Namun, dunia justru menggiring ia ke dalam nestapa lebih dalam. Pengkhianatan yang dialami bertubi-tubi meremukan jiwa hingga menjadi debu. Membuat perempuan usia matang itu tak lagi percaya dengan sebuah pernikahan. Baginya, kata SAMAWA hanya mitos belaka.
"Menyerah sepertinya lebih mudah", pikirnya sambil menatap lekat pisau dapur dalam genggaman.
Mata indah itu, tak satu hari pun tidak basah. Dan setiap sudut kamar, merupakan saksi bisu jerit tangisnya tanpa pernah ada yang mendengar.
Amarah, kecewa, dan sedikit dendam, berjejalan memenuhi rongga dada hingga sesak. Di satu sisi, dia tak rela jika dirinya harus berakhir nista. Sejatinya dia juga manusia penuh dosa.
Tak ada pilihan lain yang bisa dilakukan kecuali kembali berdoa. Hingga suatu hari ia bangun di dunia berbeda. Sang Kuasa telah mencabut nyawanya. Memaksa ia pergi meninggalkan sejuta luka, juga doa-doa. Sedetik ia sempat terusik ketika menyadari keberadaanya kini.
"Baguslah, jadi aku tak perlu menambah dosa karena menghabisi nyawaku sendiri," ujarnya seraya melebarkan pandangan.
Kedua matanya terhenti melihat pahala sebesar gunung, hanya berjarak beberapa kaki dari tempatnya berdiri. "Gunung pahala yang berkilauan ini milik siapa ya? Mengapa ada di hadapanku?" dia seolah bertanya pada diri sendiri.
"Ini milikmu. Gunung amalmu," kata suara tanpa wujud, entah dari mana. Seketika perempuan itu terperanjat hingga mundur beberapa langkah.
"Milikku? Bagaimana bisa? Dosaku saja tak terhingga."
"Engkau memang pendosa. Namun, engkau juga seorang pendoa."
"Lalu?" tanya perempuan itu. Matanya mengitari sekitar, berharap ada petunjuk atas pemilik suara tersebut.
"Engkau tak pernah putus berdoa. Dan ini adalah balasan atas sebagian doa-doamu yang selama ini belum kukabulkan. Aku sengaja melakukannya, agar memberatkan timbangan amalmu di sini."
Hamba Allah itu bertekuk lutut. Manik indahnya kembali basah. Namun kali ini ia basah oleh air mata bahagia.
"Ya Rabb, seandainya aku diberi kesempatan kembali ke dunia walau sekejap. Ingin ku sampaikan pada orang terkasih. Seberat apapun masalahmu, berdoa saja. Agar mereka bisa memiliki gunung pahala lebih besar dariku."
"Engkau tak perlu repot. Hamba-hambaku terdahulu telah melakukannya."
TAMAT.
Notes : Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan satu doa, melainkan pasti Allah memberikannya kepadanya, atau Allah menghindarkannya dari kejelekan yang sebanding dengan doanya, selama ia tidak mendoakan dosa atau memutuskan silaturahim.” Lalu seseorang berkata, “Kalau begitu, kita akan memperbanyak doa.” Beliau bersabda, “Allah lebih banyak memberi (dari apa yang kalian minta).” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih)
Diriwayatkan juga oleh Al-Hakim dari Abu Sa’id, dan ia menambahkan, “Atau Allah menyimpan untuknya berupa pahala yang sebanding dengan doa tersebut.” [HR. Ahmad]
Sumber https://rumaysho.com/23398-tiga-cara-allah-kabulkan-doa.html