Jam 3 sore resepsi Marina semi selesai. Kami yang mengikuti semua rangkaian acara dari jam setengah 7 pagi hanya sanggup duduk di bangku. Terakhir menari bersama 3 lagu dangdut populer serasa menghabiskan kalori 3 piring prasmanan. Juga momen lempar bunga.
"Ayo ke mobil, Nin. Yang ikut ke mall semua, kan? Aku, Cay , Amel, Icha, dan Laks," kata Dina memastikan.
Aku dan lainnya menyetujui. Kami pamit ke Marina lalu keluar dari gedung Anggi menuju parkiran mobil. Karena Laks satu-satunya cowok jadi dia di kursi depan. Di kursi tengah Cay dan Amel. Sedangkan di belakang Icha dan Dina.
Rencana kami langsung ke Mall sebelum Laks dan Icha kembali ke Balikpapan. Tiba-tiba Dina berteriak setelah mengorek tasnya, "hapeku di mana?!"
Kami yang di mobil mode lelah ikut terkejut. Ditambah hape Dina dalam mode silent dan baterai sisa 7% membuat situasi runyam. Akhirnya kami turun dari mobil kembali ke dalam.
Di ruangan, kami berpencar mencari di setiap sudut. Laks menanyai pihak catering yang sibuk membereskan meja, Icha dan Amel menyusuri setiap bangku, Cay ke bagian penerimaan tamu, sedangkan Dina bertanya ke Marina yang sedang sibuk berpose untuk photobook ikut kebingungan. Akhirnya Dina dan Cay mencoba bertanya ke panitia WO.
Aku? Berdiri diam memegang dahiku. Bukan karena pusing mikir. Tapi pusing ingin baring sembari melepaskan bulu mata palsu ini. Dengan alasan mencoba cari di mobil siapa tau nyelip akhirnya aku kembali ke mobil.
Sesampainya di mobil, aku iseng mencari dan menemukan jelas sekali hape hitam di kursi belakang. Aku tertawa dan terduduk damai. Kulihat 40 missed calls dengan baterai 3% dan silent mode.
Aku menelpon Amel lalu akhirnya mereka ke mobil. Dina dari muka resah kembali bahagia sekali mendapati aku menemukan hapenya. Yang lain tidak menyangka aku akan menemukannya.
"Dasar Dina, bikin orang greget dan esmosi," gerutu Cay.
"Memang Dina nyari drama di sore hari," kata Amel geleng-geleng.
Icha menimpali. "Demi kamu, kita yang lelah gini nyariin ke mana-mana, sampai aku datangi keluarga Marina nanya satu-satu."
"Aku sampai suudzon ke mas-mas cateringnya gara-gara hapemu, Din," ucap Laks mengusap dadanya.
Dina menyengir.
"Aku no comment. Sudah biasa," kataku menyalakan mobil. "Kita jadi ke mall setelah kejadian tadi?"
"Jadilah! Kan hapeku udah ketemu. Gas Nin!"
"Hahahaha," tawa kami serempak.
"Di mall, jangan pisah, susah nanti nyari kamu, Din. Nyari hapemu aja sudah menyerap tenaga kami," ancam Cay sedikit.
"Tenang aja, aku mudah ditemukan. Kan kita pakai dress ala frozen-" kata Dina tertahan.
"Dan kamu yang paling cantik," selaku.
"Kok tahu?"
Jawab kami serempak sambil tertawa, "sudah biasa~"
Semangat kembali untukmu πͺ