Aku terbangun di tengah hutan yang asing. Udara dingin menusuk kulit, dan pepohonan tinggi menjulang di sekelilingku. Yang aneh, aku tidak ingat bagaimana bisa sampai di sini. Satu-satunya hal yang kuingat adalah percobaan mesin waktu yang kulakukan di laboratorium tadi malam.
Aku mencoba berjalan mencari jalan keluar. Namun, semakin jauh melangkah, semakin banyak hal yang terasa ganjil. Tidak ada jejak teknologi modern dan tidak ada mobil, tidak ada lampu jalan, hanya jalanan tanah dengan beberapa orang mengenakan pakaian kuno.
Lalu, aku melihat sebuah desa kecil. Aku berjalan masuk, dan di sanalah aku melihatnya, dua sosok yang sangat kukenal. Seorang pemuda dengan kemeja lusuh dan celana longgar, serta seorang gadis muda dengan senyum cerah. Aku terpaku. Itu... adalah kedua orang tuaku! Namun, mereka masih muda, mungkin berusia sekitar dua puluhan.
Jantungku berdegup kencang. Aku harus berhati-hati agar tidak mengubah sejarah. Aku memutuskan untuk mendekat tanpa menarik perhatian.
Aku mendengar mereka berbicara tentang festival desa yang akan datang. Tanpa sadar, aku tersenyum. Aku ingat cerita ibuku tentang bagaimana dia bertemu ayahku di festival itu. Namun, ada sesuatu yang tidak beres. Seorang pria berbadan besar menghampiri ayahku dan menantangnya berkelahi.
Itu tidak ada dalam cerita yang pernah kudengar!
Aku panik. Jika sesuatu terjadi pada ayahku sekarang, aku mungkin tidak akan pernah lahir! Aku harus bertindak. Dengan nekat, aku maju dan pura-pura tersandung, menabrak pria itu agar perkelahian bisa dicegah. Semua orang menoleh, termasuk ayah dan ibu.
“Siapa kau?” tanya ayahku, menatapku curiga.
Aku harus berpikir cepat. “Aku hanya seorang musafir,” jawabku dengan gugup.
Ibu tersenyum ramah. “Kau butuh bantuan?”
Aku hanya bisa mengangguk. Tanpa sadar, aku telah membuat diriku bagian dari masa lalu mereka.
Hari-hari berikutnya, aku tinggal di desa itu, berusaha tidak terlalu mencampuri urusan mereka, tetapi tak bisa menahan diri untuk mengawasi. Aku menyadari betapa polos dan penuh harapan mereka. Itu adalah sisi mereka yang belum pernah aku lihat.
Namun, waktu terus berjalan, dan aku menyadari bahwa aku mulai terjebak di sini. Mesin waktuku tidak berfungsi. Aku harus menemukan cara kembali sebelum semuanya terlambat.
Sampai suatu malam, di festival yang menentukan itu, aku melihat sesuatu yang aneh, sosok misterius berpakaian hitam yang sepertinya mengawasi ayahku. Aku mengikuti sosok itu dan menemukan sesuatu yang mengejutkan: dia adalah ilmuwan dari masa depan, sama sepertiku.
“Kau juga terjebak di sini?” tanyaku.
Dia mengangguk. “Tapi aku punya cara untuk kembali.”
Dengan bantuannya, aku memperbaiki perangkatku. Namun, ada satu hal yang harus kulakukan sebelum pergi yaitu membiarkan sejarah berjalan sebagaimana mestinya. Aku memastikan ayah dan ibu bertemu seperti yang seharusnya, lalu menekan tombol pada perangkatku.
Cahaya terang menyelimuti ku, dan semuanya menghilang.
Saat aku membuka mata, aku sudah kembali di laboratorium. Percobaan ku berhasil, aku telah menjelajahi waktu. Tapi pengalaman itu mengajarkanku satu hal bahwa masa lalu adalah sesuatu yang harus dijaga, bukan diubah.
Aku tersenyum sambil menatap foto kedua orang tuaku. Aku kini lebih menghargai perjalanan hidup mereka dan perjalananku sendiri.