Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
110
Ku Taruh Semua Yang Telah Selesai
Drama
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Bilamana keresahan hati seseorang karena mencintai, maka artinya dia tulus. Namun tidaklah mulus jalan bagi orang yang tulus, sebab mereka perlu sejalur dengan yang dicintai.

_____

Tapi pernahkah terlintas separuh pikiran padanya, bahwa orang yang dia teramat sayang dan cintai itu, juga sangat menyayanginya. Mungkin saja sejak awal dia hanya menebak-nebak seberapa tinggikah minat yang dicintainya kepadanya.

Namun tebaklah, perasaan pertama bagi yang dicintai, hanyalah abu-abu. Tapi itu tidak berlaku lama. Sejalan dengan waktu, bunga mawar seakan mekar, serbuknya membumbung di udara, sejauh mana pun seseorang berjalan akan segera tahu keberadaan bunga mawar yang mekar itu.

_____

Tebaklah, ini yang kurasakan. Mengenalnya selama enam bulan, bukan berarti aku dengan mudah dapat meninggalkan, melepas, dan memutus hubungan dengannya.

Dia bagai tongkat pancing bagiku, jika dia hilang maka aku tak dapat ikan dan tak bisa hidup lagi karena kelaparan. Aku ini terjebak di tengah laut yang luas dan dalam, dengan hanya bermodalkan sampan usang saja.

Bagaimana jika aku nekat melompat dari sampan, dan mencari ikan dengan sendirinya? Entahlah, aku belum berani, keberanian itu hilang ketika tongkat pancingku sudah hilang. Jika aku tetap memaksa, maka lebih baik aku melompat dan tak usah kunjung bertemu lagi dengan udara.

Dia mungkin salah sangka, dan aku ialah orang yang naif. Dia mengira bahwa aku adalah monster tak berhati, dari luar terlihat dapat menjalani kehidupan dengan baik tanpanya, dapat tertawa lepas, sementara dia merasa terasingkan. Yang semua dia lihat itu hanyalah sampul buku yang bagus, tapi tidak dengan isinya.

Percayalah, aku merasa merana setiap hari, dalam sepi aku melamun. Ditinggal sendirian aku mengeluh. Di setiap malam aku mengurung. Aku tidak sebebas apa yang kau lihat. Aku hidup dengan wajah baik-baik saja di luar, dan rapuh di dalam.

Tak semena-mena aku tunjukkan wajah rapuh itu pada semua orang, bahkan sekali pun di hadapan kau. Aku hanya tak ingin kau menjadi sedih karena melihat wajah rapuhku.

Tapi ternyata aku salah, kau selalu menunggu aku mengeluarkan wajah rapuh itu, kau ingin melihat diriku yang jujur, kau ingin aku menunjukkan sisi meranaku saat kau tak berada di sampingku. Betapa naifnya diriku ini yang tak mengikuti kata hatiku.

Aku terlalu berpegang teguh pada pendirian untuk tak memperlihatkan wajah rapuhku itu. Kini aku benar-benar tenggelam di dalam lautan, sedalam-dalamnya, dan tak ada secercah cahaya pun yang dapat memberiku harapan lagi. Saat aku ingin tetap menyimpan perasaan bunga mawar itu, aku malah tersakiti oleh durinya. Apa mudah untuk membiarkan bunga mawar ini layu dengan sendirinya? Jika saja aku mengutarakan isi hatiku lebih cepat, maka aku akan tetap merasa hidup. Jika saja diriku ini tidak naif, lalu turut pada perkataan hatiku, maka bunga mawar itu tidak layu.

Tapi apa-apaan ini? Aku melakukan semuanya dengan salah, dan pantaskah aku mengeluh soal ini? Mungkin dia akan menemui bunga mawarnya yang baru, sementara aku masih saja akan menyirami bunga mawar ini.

Nyatanya, aku tidak ingin menaruh semua yang telah selesai begitu saja.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi