Hari itu, tanggal 31 Desember 2024, Risa menulis catatan di buku hariannya.
“Aku sudah melakukan apa saja, ya, selama tahun 2024?” gumamnya sambil memainkan penanya.
Risa memandang ke sekeliling. Dinding kamarnya penuh dengan kertas-kertas yang ditempel Risa. Anak itu memang suka menggambar dan menulis puisi. Tak heran dia selalu memenangkan lomba menggambar, atau lomba tulis puisi.
Risa bangkit dari kursinya, lalu menatap kertas-kertas yang ditempel di dinding. Setiap minggu, Risa selalu menyempatkan waktunya untuk menggambar dan menulis sebuah puisi. Dalam satu kertas, Risa membuat satu gambar, dan di bawahnya diberi sebuah puisi yang temanya sesuai dengan gambar itu. Setiap kertas mewakili kejadian-kejadian setiap harinya.
Gadis berambut pendek dan ikal itu lantas kembali duduk di kursinya. Diambilnya selembar kertas, lalu dia mulai menggambar.
Sayangnya, waktu sudah menunjukkan pukul 21:37. Risa tertidur di meja belajarnya, dengan pensil, kertas gambar, pena, dan buku harian berserakan di dekatnya. Lampu meja belajar lama-lama meredup, lalu mati.
Tok, tok, terdengar bunyi ketukan pintu. Risa tak menjawabnya, karena dia sudah terlelap di mejanya. Pintu itu terbuka, dan menampakkan ibunya yang sedang berkacak pinggang.
“Aduh, Risa, Risa. Bagaimana, sih, kamu ini? Lampu meja sudah mati, tapi kamunya malah ketiduran,” sang ibu memasuki kamar Risa.
Ibunya mengangkat Risa dan membaringkannya di atas ranjang. Tak lupa, sang ibu menyelimuti anaknya, kemudian membereskan barang-barang di atas meja. Kemudian sang ibu mematikan lampu kamar, kemudian pergi.
***
Risa terbangun esok harinya. Gadis itu duduk tegak, dan melihat matahari sudah hampir tinggi. Dia bergegas keluar kamar, lalu turun tangga.
“Bu! Ibu! Mana sarapanku?” tanyanya begitu sampai di dapur.
“Itu, Nak, ada di meja!” balas ibunya, yang rupanya sedang mencuci baju di kamar mandi.
Risa duduk di kursi. Dia pun makan telur dan ikan rebus, serta sayur bayam. Ibunya masuk ke dapur, dan merapikan lemari es yang berantakan.
“Kemarin malam kamu ketiduran di meja belajar, terus lampu belajarmu mati. Akhirnya Ibu yang mengangkatmu sampai ke tempat tidur. Lain kali kalau sudah di atas jam delapan, kamu jangan begadang, ya!” nasihat Ibu.
Risa tersenyum dan mengangguk. Dihabiskannya sarapannya, lalu dia mandi. Setelah itu barulah dia kembali ke kamar.
Ponsel Risa bergetar dan berbunyi nyaring. Risa segera mengangkat panggilan telepon itu, yang rupanya dari sahabatnya, Lilis.
“Ris, apa rencanamu buat merayakan tahun baru?” tanya Lilis.
“Tahun baru?” tanya Risa balik. “Kamu bilang tahun baru? Memangnya ini tanggal berapa, Lis?”
“Loh, Ris, kamu tidak sadar? Hari ini tanggal 1 Januari, tahu?! Kamu ini bagaimana, sih? Kamu baru bangun tidur, ya, makanya tidak sadar?!” ujar Lilis agak kaget.
Risa tidak kalah kagetnya. Matanya langsung beralih ke kalender gantung yang dimilikinya. Benar juga, sekarang tanggal 1 Januari! Tahunnya juga bukan 2024 lagi, melainkan 2025!
“Oh, iya, maaf aku lupa. Ternyata memang tanggal satu dan tahun baru, hehehe…”
“Dasar pelupa! Nah, terus kamu sudah memikirkan apa yang harus kita lakukan untuk perayaan tahun baru?”
“Hmm… apa, yaa? Bagaimana kalau kita pergi ke pantai, lalu membuat postingan di Instagram dan Facebook?”
“Bah! Itu terlalu sederhana, Ris! Aku mau suatu perayaan yang luar biasa, tapi hanya kita berdua yang melakukannya. Ayo, dong, pikirkan!”
Risa terdiam sejenak. Bola matanya berputar-putar.
“Aha, aku tahu! Bagaimana kalau kita mengadakan pesta barbeque, mau tidak? Kita ketemuan pukul… berapa, ya, enaknya? Terus, kita ajak teman-teman yang lain, untuk berkumpul di rumahmu atau rumahku. Kita makan barbeque bersama-sama. Setuju apa tidak?”
“Wah, keren sekali usulmu, Risa! Nyam, nyam… pasti enak makan sosis bakar sama daging sapi. Nanti kita suruh teman-teman kita untuk bawa makanan untuk acara barbeque bersama, ya! Eh, nanti ketemuan di mana? Jam berapa?”
“Jam satu siang saja, di rumahku! Kebetulan, ibuku punya grill pan buat masak makanannya. Aku tutup dulu, ya, Lilis! Bye,” Risa menutup pembicaraan.
Tak perlu berlama-lama, Risa minta izin kepada Ibu untuk memakai grill pan. Awalnya Ibu tidak mengizinkan, tetapi setelah dibujuk oleh Risa, akhirnya Ibu mengizinkannya asal jangan dipakai aneh-aneh.
Risa kembali ke kamarnya. Dia memandang ke arah kertas gambarnya.
“Oh, iya! Aku lupa menggambar dan menulis diary untuk tahun baru ini. Ah, sebaiknya aku cepat-cepat membuatnya, lalu memasangnya di Instagram!” gumamnya dalam hati.
Risa duduk di kursi, lalu mulai menggambar. Dia menggambar wajahnya sendiri dan menulis sebuah puisi.
Awal tahun yang menyenangkan
Terasa hampa bagiku
Namun, hari-hari tak kalah menjemukan
Kecuali satu hari bagiku
Hari itu
Seorang tahun menangis kehilangan sahabatnya
Sahabatnya itu
berjanji akan selalu menjaga temannya
Namun, tahun itu tetap sedih
Tak menyukai orang-orang yang bergembira pada awal tahun
Tak ada gunanya perayaan tahun baru
Riang gembira orang-orang itu menyambut hari itu
Meskipun aku ikut merayakannya
aku tetap sedih memikirkan tahun itu, yang kehilangan sahabatnya
Risa selesai menulis puisinya. Dia memotret gambarnya itu, lalu memajangnya di media sosial. Tak peduli berapa banyak orang yang menyukai fotonya. Yang penting, Risa tetap bisa berbagi momen di tahun baru.
Acara barbeque itu berlangsung dengan gembira. Teman-teman Risa menikmati daging sapi dan sosis bakar mereka. Risa menatap langit biru yang luas.
“2024, bahagialah kamu di sana. Dan kamu, 2025, tetaplah tabah dan jalani hidup ini dengan tersenyum,” bisiknya.