Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
80
Besok Ada Yang Mati
Horor
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Pak Tono adalah seorang tukang gali kuburan di desa kecil yang terletak di pinggiran kota. Setiap hari, tugasnya adalah menggali kuburan untuk orang-orang yang baru meninggal, sebuah pekerjaan yang sudah dilakoninya selama bertahun-tahun. Namun, pada suatu hari, Pak Tono tiba-tiba melakukan hal yang aneh.

Saat itu, langit pagi tampak cerah, dan cuaca tidak begitu panas. Pak Tono keluar dari rumah dengan wajah serius. Dia membawa sekop besar dan menyuruh anaknya, Tama, yang sedang duduk di depan rumah untuk membantunya.

“Tama, ayo ikut! Gali lubang,” kata Pak Tono.

Tama, yang masih mengantuk, hanya melirik ayahnya dan berkata, “Apa, Pak? Gali lubang lagi? Siapa yang meninggal kali ini?”

Pak Tono menatap anaknya dengan tatapan tajam. “Sudah, ayo ikut! Bantuin Bapak,” perintahnya dengan tegas.

Tama mengerutkan kening. Biasanya, Pak Tono hanya menggali kuburan jika ada yang meninggal, dan tentu saja, selalu ada yang memberitahunya terlebih dahulu. Tapi kali ini, tidak ada yang memberi tahu, dan tidak ada yang meminta jasanya.

“Pak, gak ada yang meninggal kan? Kenapa harus gali kuburan?” tanya Tama ragu.

Pak Tono menggeleng. “Besok ada yang mati,” jawabnya setengah berbisik.

Tama terdiam mendengar kata-kata itu. Besok ada yang mati? Siapa yang dimaksudkan ayahnya? Dengan perasaan bingung, Tama akhirnya setuju untuk membantu menggali lubang tersebut, meskipun ia merasa aneh.

Di sepanjang jalan, mereka melewati rumah-rumah warga. Banyak yang melirik dengan curiga dan heran. Beberapa di antaranya bertanya, “Pak Tono, mau gali kuburan siapa?”

Pak Tono menjawab dengan tenang, “Besok ada yang mati.”

Warga desa semakin penasaran. Mereka mulai berkumpul dan membentuk kelompok-kelompok kecil. Ada yang menganggap bahwa Pak Tono sudah gila. Ada pula yang merasa khawatir dan bertanya-tanya, siapakah kira-kira yang akan meninggal. Mereka berbondong ke kuburan melihat Pak Tono dan Tama menggali sebuah lubang.

Tama hanya terdiam. Dia merasa risih dilihat banyak orang, tetapi ia tak bisa membantah perintah ayahnya. Semua warga akhirnya kembali ke rumah masing-masing setelah melihat Pak Tono menggali lubang yang cukup dalam.

Malam itu sebagian warga begadang. Mereka takut ketika sedang terlelap dalam tidur tiba-tiba maut datang menjemput. Warga sangat khawatir dengan ucapan Pak Tono karena selama ini ia adalah orang yang paling jujur di desa itu. Tidak sekalipun pria tua itu berbohong. Makanya wajar jika mereka yakin kalau ucapan Pak Tono pasti akan kejadian!

Tapi masalahnya siapa? Siapa orangnya yang akan meninggal? Dan bagaimana Pak Tono bisa tahu? Simpang-siur pendapat akhirnya menjadi sebuah perdebatan panjang yang melelahkan. Energi warga benar-benar terkuras hanya untuk memikirkan perkataan Pak Tono.

Keesokan harinya, kabar tentang perkataan Pak Tono bahwa "besok ada yang mati" masih menjadi bahan perbincangan. Warga desa berlarian kesana kemari, bertanya-tanya, “Siapa yang meninggal?” “Apakah ada yang meninggal?” Beberapa bahkan mulai menduga-duga. Mereka mencari tahu apakah ada orang sakit di desa itu, kemungkinan besar dialah orangnya yang bakal meninggal.

Namun, di pagi hari yang cerah, ketika suara ayam berkokok dan embun masih menempel di daun-daun, Tama terbangun dan mendapati ayahnya belum keluar kamar. Dengan cemas, Tama mengetuk berulang kali. Tak ada sahutan.

Tama membuka pintu yang tak terkunci. Di dalam, ia mendapati Pak Tono terbaring di atas ranjang tuanya. Tama memanggil.

“Pak. Bapak.”

Pak Tono tak menjawab. Dengan rasa penasaran Tama mendekat, lalu menyentuh tubuh ayahnya. Mendadak ia merasakan keterkejutan bagai disengat aliran listrik ribuan volt. Tubuh ayahnya kaku, wajahnya pucat pasi. Tama berkata lirih…

“Innaalillaahi wainnaa ilaihi rooji’uun…”

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Horor
Rekomendasi