Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
239
Google Membunuh Tidurku
Drama
Flash Fiction ini masih diperiksa oleh kurator

Google Membunuh Tidurku

Jantungku berdegup kencang, seperti seseorang yang sedang berlari maraton. Otot di kepalaku terasa tertarik, menimbulkan rasa sakit yang sulit kutahan. Membaca informasi di Google malah memperburuk keadaan. Kepala yang sudah sakit ini, kini terasa semakin berat dengan kecemasan yang muncul.

Jarum jam menunjuk pukul dua pagi, tetapi mataku tetap terbuka. Tidak ada rasa kantuk, hanya rasa gelisah yang menguasai pikiranku. Andai saja aku tidak membaca informasi itu di Google, mungkin kepalaku takkan setegang ini. Tapi sekarang, aku tak bisa berhenti memikirkan apa yang kubaca. Ketakutanku semakin menjadi-jadi setiap mengingat informasi itu.

"Dasar Google sialan," pikirku. Aku seharusnya tahu bahwa mencari informasi mengenai kesehatan di google hanya akan membuat beban pikiranku bertambah. Kini, malamku menjadi semakin sulit. Haruskah aku ke dokter malam ini? Tapi aku tidak ingin membuat ayah dan ibu panik.

Namun, bagaimana jika informasi itu benar? Gejala yang kurasakan hampir sama dengan apa yang tertulis di Google. Aku sangat berharap semua yang kubaca tadi salah. Tapi kalimat itu terus menghantuiku “Sakit kepala yang berlangsung terlalu lama bisa menjadi tanda kanker otak. ”Kalimat itu terus menggema di kepalaku. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar semua ini hanyalah kekhawatiran berlebihan. Aku tidak ingin mati muda. Aku harus pergi ke dokter besok untuk memastikan.

Pagi itu aku terbangun kesiangan. Malam yang penuh kecemasan telah menyiksa pikiranku. Ketakutan akan kematian terus menghantui. Aku teringat tetanggaku yang meninggal karena tumor otak. Rasanya mengerikan membayangkan diriku berada dalam situasi yang sama.

Tanpa menunda lagi, aku segera memesan jadwal pemeriksaan di dokter umum dekat rumah. Setelah mengantri, akhirnya tiba giliranku.

Aku menceritakan semua keluhan yang kurasakan kepada dokter, dari sakit kepala yang tak kunjung hilang hingga rasa pusing yang sering datang tiba-tiba. Dokter mendengarkan dengan seksama, kemudian mulai memeriksa dengan teliti. Setelah selesai, ia memintaku untuk duduk kembali.

“Tidak ada yang serius,” kata dokter dengan senyuman menenangkan. “Anda hanya kurang minum air putih.”

Aku menatapnya, dengan sedikit bingung.

“Sakit kepala yang Anda rasakan disebabkan oleh dehidrasi. Tubuh Anda membutuhkan cairan. Cobalah untuk minum lebih banyak air setiap hari,” lanjutnya.

Mendengar penjelasan itu, beban yang selama ini menghimpit dadaku seakan-akan lenyap. Aku merasa sangat lega. Saat keluar dari ruang praktik, aku tersenyum kecil. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak lagi memepercayai informasi kesehatan yang berada di Google. Malam itu, aku tidur dengan tenang, tanpa rasa takut yang menghantui.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi