Flash Fiction
Disukai
1
Dilihat
574
Rupawan Monster Selalu Menyerupai Mangsanya
Drama

Mamak berpesan, sebelum malam, pintu harus tertutup rapat.

______

Pesan Mamak selalu aku turuti, mau senggang atau tidak, itu sudah menjadi kebiasaan, layaknya ibadah, jika tak berbuat, maka berdosalah aku.

Tak pernah kutanyakan pada alam bawah sadarku, mengapa tak pernah bertanya perihal itu pada Mamak? Apakah begitu tabu? Memangnya mengapa perlu menutup pintu sebelum matahari terbenam?

Aku coba berpikir lebih matang saat perintah Mamak menjadi tanda tanya di kepalaku. Tepatnya dua hari yang lalu, saat kami belum dilanda masa beban, ialah kali pertama Mamak menjawab pertanyaan itu—mengapa pintu harus selalu tertutup rapat sebelum malam hari, sebelum Mamak pulang kerja.

Mamak menjawab, bilamana aku tak mengunci pintu sebelum matahari terbenam, maka datanglah monster menyeramkan yang siap menyantap anak kecil umur enam tahun sepertiku.

______

Mamak ialah wanita hebat yang kukenal. Ia hidup seorang dalam tanggung jawab, tak ada punggung laki-laki yang meneduhkan ubun-ubunnya saat hujan tiba, Mamak selalu mahir menggunakan payung sendiri untuk memayungi badannya. Selain hebat menguatkan diri, payung milik Mamak pandai sangat menyapu hujan di atas kepalaku.

______

Aku tak pernah berkhayal bagaimana rupawan milik monster. Mamak selalu berkata, monster itu punya wajah dan perilaku yang buruk. Anak berusia enam bilamana dijelaskan dengan ciut, maka semakin penasaranlah ia.

Maka Mamak segera memberiku buku cerita bergambar serigala dan domba. Kubaca sampai ujung ke ujung, pagi-siang-malam, tak habis masa kupantau di muka. Sebab seronok tulisan dan gambar disatu padu.

Aku jarang melihat hal seperti itu, buku cerita bergambar, Mamak biasanya membacakan cerita padaku lewat buku tak bergambar, sebuah novel yang diringkasnya dengan cita rasa sendiri.

Dan umur enamlah, aku mulai mahir membaca kalimat-kalimat bagi pemula.

_____

Dalam alkisah cerita domba dan serigala. Serigala selalu berusaha membuka paksa pintu rumah milik seekor induk domba dan seekor anak domba.

Teruk sangat, diganggunya kenyamanan, padahal kenyamanan ialah hak segala makhluk hidup.

Namun tak ada masa bagi induk domba tuk mengeluh kesah, mau dipanggilnya penjaga pun tak bisa, dia hidup di tengah padang rumput luas, jika mencoba pergi, sama saja seperti kau melempar kait pancing ke dalam bak mandi—percuma.

Lantas tiap hari, senang betul induk domba memperingati anaknya tuk bermain di dalam rumah sambil mengunci pintu, induknya berpesan, jangan sampai membuka pintu jika bukan induknya yang pulang.

Bergantilah masa pagi menjadi petang, semakin ingin terbenam, matahari sudah mulai dilahap oleh gunung di ujung padang. Masa petanglah, induk domba akan pulang dan mengetuk pintu. Anak domba asik bermain dan menunggu induknya tiba dengan timbunan rumput sebagai lauk makan malam.

Hingga tibalah masa saat pintu diketuk dari luar. Anak domba tak curiga dan membuka pintu dengan lantang tak berdosa. Terkejutlah dia. Sorot matanya bergetar bagai gempa pengguncang tanah kaum Luth. Menyaksikan domba berkepala serigala. Pahamlah anak domba itu, serigala itu sedang menyamar dengan kulit Mamaknya. Singkatlah sudah kisahnya, singkat juga kisah anak domba itu. Mamaknya pulang lebih petang, mendapati anaknya hanya tersisa bulu dan tulang belulang. Maka menangislah ia, menangis sejadi-jadinya dan berilham bahwa kehidupan pemangsa dan diburu selalu memperteruk perasaan yang dimangsa. Mamak domba itu tak bisa berbuat apa-apa, dia tidak pernah terpikirkan untuk menjadi pemangsa, mencari serigala itu dan membalas kematian anaknya. Dia tak terpikirkan itu, karena dia hanya hewan biasa yang tidak bisa apa-apa.

______

Kisahnya sepantaran denganku, sama-sama dikejutkan dengan monster itu. Bapak pulang ke rumah, dia menggoda penuh halus dan harapan kepadaku di balik pintu. Bodohnya aku membalasnya, maka terjadilah percakapan, berujung manipulasi.

Mamak biasanya pulang saat petang atau lebih larut.

Kejadian yang kualami ialah kali pertama. Tak pernah Bapak memanggilku dari balik pintu, dan tak pernah aku bersua dengannya selama hidupku, karena Bapak meninggalkan kami saat aku lahir. Maka, saat suara Bapak terdengar yakin ingin mengubah haluan keluarga kami menjadi lebih baik, ia justru menjadi serigala berbulu domba.

Masuklah ia ke dalam rumah, ditendangnya aku. Diobrak-abrik semua perabotan, gampang sekali tangannya berulah. Sampai dia mencari kamar Mamak, dia berusaha mencari barang berharga, barang yang bisa buat Bapak hidup kaya.

Berhasil pula dia temukan keinginannya, kemudian berjalan menuju pintu keluar, bertemu denganku dan mencoba menendangku sekali lagi. Aku berteriak, menunduk sambil mata terpejam. Belum habis aku berteriak, Bapak lebih dulu berteriak sambil melempar emas milik Mamak, tumpang riuh lantai berseteru badan dengan perhiasan mahal. Maka tertariklah aku untuk menengok sambil takut-takut.

Persis di depanku, selayak induk domba, Mamak tiba di depan pintu menyaksikan anaknya. Namun dia tidak menangis dan berkeluh kesah, menyalahkan dirinya karena telah terjadi, hanya bermuram-muraman di hadapan bulu anaknya. Mamak berbeda, dia telah menjadi monster lain untuk membunuh monster.

_____

Lepas kejadian, sering bagiku berpulang ke penjara daripada rumah. Sebab Mamak mengatakan tak akan tinggal di rumah sejak kejadian dua hari yang lalu. Mamak dikatakan sepantaran dengan pembunuh kelas kakap, sebab berlaku keji pada Bapak. Entahlah kata orang, Mamak tetap payung kuat yang mampu menangkis ribuan air hujan, sekali pun hujam dari sayatan luka lama.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Hi Mamak 😭
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi