Flash Fiction
Disukai
2
Dilihat
25
Sayang, Mari Kita Berpisah
Drama
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kamu dan kekasihmu duduk bersama di dalam mobil. Sengaja berhenti di bahu jalan tepat di depan toko buku favoritmu yang sudah tutup sejak azan Isya berkumandang. Kalian sengaja datang di jam delapan malam setelah pergi kencan menonton film Dua Garis Biru jilid dua.

Namun, kekasihmu nampaknya tak begitu senang dengan kencan hari ini. Wajahmu tetap sumringah walau awan mendung masih di kepala kekasihmu.

Kekasihmu bermata panda. Tidak mengurangi ketampanan paripurna yang selalu kamu puji seperti karakter manga. Kekasihmu tak memiliki selera fashion bagus selain jaket denim dan celana jeans. Itu tidak masalah bagimu karena kamu tak memandang caranya berpakaian.

Kamu mencintainya setulus hatimu. Akan tetapi, kencan terakhir ini adalah penentuannya. Sudah lama kalian menjalin hubungan selama tiga tahun. Apa benar kekasihmu memiliki perasaan kepadamu?

“Sayang, terima kasih ya. Hari ini seru banget, bisa jalan-jalan lagi semenjak tiga bulan yang lalu kamu sibuk bertemu teman baru. Film-nya bagus. aku baru ingat alur film lama jilid satunya.”

Kekasihmu bergeming. Mungkin, dia memang lelah. Baterai energinya sudah berkurang banyak.

Kamu berpikir positif seperti itu. Setiap hari kamu mencoba memahami aktivitasnya yang bisa kamu tebak; makan, tidur, memojokkan diri butuh inspirasi, atau mandi jika ia tak diingatkan olehmu.

Namun, lagi-lagi ini adalah hari penentuan mendapatkan validasi perasaan kekasihmu selama menjalin hubungan cukup lama.

“Seperti yang aku katakan sejak kemarin, ini adalah hari terakhir mengajakmu kencan di luar. Jika kamu masih ingin tetap tak berubah, aku akan terus memaksamu kencan setiap minggu.”

Kekasihmu akhirnya melirikmu lesu. Dia sepertinya lelah mendengar celotehanmu sejak pagi bertemu malam.

“Apa sekarang aku belum kelihatan …, berubah?”

“Sudah sih, setidaknya daripada tahun kemarin, kamu sudah mulai aktif berbincang dengan teman-teman di komunitasmu.” Kamu tersenyum manis menjawab pertanyaan tak bertenaga itu. “Aku bangga sama kamu. Karena itu, sesuai janjiku ini adalah kencan terakhir kita.”

“Tak bisakah, kamu kembali lagi esok?”

Kamu berpikir sejenak. Tak bisa menjawab pertanyaan sederhana itu karena ada pertimbangan matang dal isi pikiranmu. Namun, kamu harus menjawabnya sekarang.

“Jika aku datang kembali, kamu hanya terus bergantung padaku. Lebih baik kita berhenti bertemu dan fokus menjalani kehidupan masing-masing. Aku ingin melihatmu tersenyum lebar lagi.”

Kekasihmu menundukkan kepala ketika kamu memutuskan keluar dari mobil. Kamu berdiri di depan toko buku favoritmu dan memandangnya lekat.

Pintu mobil itu sengaja tidak ditutup. Kamu membiarkannya seperti itu agar kekasihmu sedikit bergerak setelah kamu pergi dari hadapannya.

“Kamu gak perlu khawatir. Aku akan tetap di sini sampai kamu siap,” ucapmu lembut tanpa paksaan.

Lalu kalian saling bertatapan. Ia tak bisa menahan kamu kembali duduk di sampingnya. Sayangnya, kamu juga tak mau dia bergantung denganmu setelah melalui banyak hal untuk tetap bertahan semampunya.

“Apa kamu mencintaiku?”

Pertanyaan itu mungkin sudah ratusan kali kamu dengar saat kamu berduaan dengannya. Kamu tak berhenti tersenyum dan menjawab yakin.

“Aku mencintaimu. Sebab itulah mari kita berpisah sekarang.”

Kamu dapat melihat kekasihmu membuang napas perlahan sebelum membuka dashboard mobil. Ia mengambil botol mineral dan botol obat.

Satu kapsul terakhir kekasihmu telan bulat-bulat sebelum ia meneguk air itu secukupnya. Kamu senang melihat langkah yang dilakukan kekasihmu.

“Sayang, terima kasih sudah merelakanku.”

Begitu kamu mengucapnya dengan senyum lebar, kamu membalikkan tubuh menuju ujung jalan tergelap di hadapanmu. Menyembunyikan dua tangan di belakang punggung. Hatimu yang senang menggerakkan tubuhmu berputar-putar bagai ballerina.

Kamu bersenandung lagu favorit kekasihmu dengan kaki telanjangmu.

“You know how I feel. It’s a new dawn. It’s a new day. It’s a new life. For me. I’m feeling good….”

Begitulah kamu berpisah dengannya. Tak peduli akan mengembara ke mana. Semoga kamu pun tak bertemu kekasihmu lagi di hari esok dan esoknya.

-----

Michael Bublé — Feeling Good

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi