Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
14
Pentigraf The Best
Horor
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

HP.                

 Oleh               

David Perdana Kusuma.

Rasanya seperti mimpi.

Barusan saja, aku sedang berbicara dengan anakku menggunakan HP.

"Ibu, lihat aku menari balet." Katanya sambil berputar melakukan gerakan seperti dalam tarian black swan yang sering kami tonton di teater.

Aku memang sedang tugas di luar kota. Kebetulan lagi lowong dan aku menyempatkan diri menelepon anakku yang lucu ini.

"Papah dimana nak?" Tanyaku padanya.

"Papah sedang tidur, jangan dibangunkan, sssst." 

 Kata putri cantikku ini sambil meletakkan jari telunjuk ke mulutnya, dan menunjuk ke arah tempat tidur.

Tunggu, ada yang aneh. 

"Nak, yang pegang hape siapa ya?" Tanyaku pada anakku.

Hape itu tiba-tiba bergerak dan terburu-buru buru dimatikan. Kamera belakangnya dihidupkan, namun yang terlihat di layar hanya gelap dan silhoutte seseorang.

 Aku melihat riak wajah anakku, tersenyum ke kamera, lalu senyum itu hilang, raut wajah kebingungan tersirat di alisnya dan jidatnya yang berkerut.

Aku berteriak, menangis sekencang-kencangnya.

Panik, naluri protektif seorang ibu menghampiriku dengan seksama.

Aku mencoba menelpon polisi.

Tiba-tiba ada suara di sampingku.

"Bu maaf, mohon hapenya ditaruh kembali di konter."

Seorang petugas keamanan, terlihat dari bajunya menghampiriku.

"Anak saya pak, anak saya."

Ucapku sambil terisak.

 Kenapa orang ini tidak melihat kalau aku sedang panik?. Kok malah minta hapeku ditaruh di konter?. Pikirku.

"Mohon maaf Bu silahkan keluar dari toko kami.

Ibu dari tadi berbicara sendiri, berteriak dan menangis tidak jelas." Ucap orang itu dengan tegas dan terkesan ketus.

"Tapi, aku, anakku..."

Ucapku terbata.

Petugas itu menjawab,

"Hape itu belum diaktifkan bu. Ibu dari tadi berbicara sendiri. Mohon maaf ibu menganggu pelanggan lain. Mohon ikut dengan kami Bu." 

Ucapnya dengan nada memerintah.

Seorang petugas lain, tiba-tiba tiba saja muncul entah dari mana, dengan kasar memegang lenganku.

Mereka berdua membawaku ke sebuah mobil ambulan.

Mobil itu terus berjalan, dan sampai di suatu gedung.

Tulisan di depan gedung itu " RSJ SUMBER WARAS".

Lamandau, 2024..

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar